Title: inflasi targeting
1Independensi Bank Sentral
2- Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai
Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah
undang-undang baru, yait?u UU No. 23/1999 tentang
Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal
17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009. - Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan
sebagai suatu lembaga negara yang independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas
dari campur tangan Pemerint??ah dan/atau pihak
lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas
diatur dalam undang-undan
- Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam
merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan
wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam
undang-undang tersebut. - Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri
pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank
Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau
mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari
pihak manapun juga. - Status dan kedudukan yang khusus tersebut
diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan
peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter
secara lebih efektif dan efisien
3KEDUDUKAN BANK INDONESIA SEBAGAI LEMBAGA NEGARA
- Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia,
kedudukan BI sebagai lembaga negara yang
independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi
negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat, Badan
Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung. Kedudukan
BI juga tidak sama dengan Departemen karena
kedudukan BI berada di luar pemerintahan. - Status dan kedudukan yang khusus tersebut
diperlukan agar BI dapat melaksanakan peran dan
fungsinya sebagai Otoritas Moneter secara lebih
efektif dan efisien. - Meskipun BI berkedudukan sebagai lembaga negara
independen, dalam melaksanakan tugasnya, BI
mempunyai hubungan kerja dan koordinasi yang baik
dengan DPR, BPK, Pemerintah dan pihak lainnya. - Dalam hubungannya dengan Presiden dan DPR, BI
setiap awal tahun anggaran menyampaikan informasi
tertulis mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan
moneter dan rencana kebijakan moneter yang akan
datang. - Khusus kepada DPR, pelaksanaan tugas dan wewenang
setiap triwulan dan sewaktu-waktu bila diminta
oleh DPR. Selain itu, BI menyampaikan rencana dan
realiasasi anggaran tahunan kepada Pemerintah dan
DPR. - Dalam hubungannya dengan BPK, BI wajib
menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BPK.
4Hubungan BI dengan Pemerintah Hubungan Keuangan
- Dalam hal hubungan keuangan dengan Pemerintah,
Bank Indonesia membantu menerbitkan dan
menempatkan surat-surat hutang negara guna
membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) tanpa diperbolehkan membeli sendiri
surat-surat hutang negara tersebut. - Bank Indonesia juga bertindak sebagai kasir
Pemerintah yang menatausahakan rekening
Pemerintah di Bank Indonesia, dan atas permintaan
Pemerintah, dapat menerima pinjaman luar negeri
untuk dan atas nama Pemerintah Indonesia. - Agar pelaksanaan tugas Bank Indonesia benar-benar
terfokus serta agar efektivitas pengendalian
moneter tidak terganggu, pemberian kredit kepada
Pemerintah guna mengatasi deficit spending - yang
selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia
berdasarkan undang-undang yang lama - kini tidak
dapat lagi dilakukan oleh Bank Indonesia.
5Hubungan BI dengan Pemerintah Independensi
dalam Interdependensi
- Meskipun Bank Indonesia merupakan lembaga negara
yang independen, tetap diperlukan koordinasi yang
bersifat konsultatif dengan Pemerintah, sebab
tugas-tugas Bank Indonesia merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kebijakan-kebijakan
ekonomi nasional secara keseluruhan. - Koordinasi di antara Bank Indonesia dan
Pemerintah diperlukan pada sidang kabinet yang
membahas masalah ekonomi, perbankan dan keuangan
yang berkaitan dengan tugas-tugas Bank Indonesia.
- Dalam sidang kabinet tersebut Pemerintah dapat
meminta pendapat Bank Indonesia. - Bank Indonesia dapat memberikan masukan, pendapat
serta pertimbangan kepada Pemerintah mengenai
Rancangan APBN serta kebijakan-kebijakan lain
yang berkaitan dengan tugas dan wewenangnya. - Pemerintah dapat menghadiri Rapat Dewan Gubernur
Bank Indonesia dengan hak bicara tetapi tanpa hak
suara. - Oleh sebab itu, implementasi independensi justru
sangat dipengaruhi oleh kemantapan hubungan kerja
yang proporsional di antara Bank Indonesia di
satu pihak dan Pemerintah serta lembaga-lembaga
terkait lainnya di lain pihak, dengan tetap
berlandaskan pembagian tugas dan wewenang
masing-masing. - BI mempunyai tugas yang dibagi dalam tiga
keiompok besar Menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter. Mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan
mengawasi bank - Dalam upaya menetapkan dan melaksanakan
kebijaksanaan moneter BI berwenang menetapkan
sasaran laiu inflasi.
6- Babak baru tersebutjuga ditandai oleh perubahan
tugas pokok dariberagam sasaran (Multiplier
objective) menjadi sasaran tunggal (single
objective). - Single objective tersebut adalah mencapai dan
memelihara kestab'lan nii rupiah. - Dengan ngle objective maka tingkat keberhasilan
BI dalam menjalankan misinya akan lebih mudah
diukur dan dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat. - Dalam menjalankan tugas pokoknya, Bl diwajibkan
untuk menetapkan target inflasi yang akan menjadi
landasan bagi perencanaan dan pengendalian
sasaran-sasaran moneter. - Kewajiban Bl hanya terbatas pada Inflasi yang
dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter - Sasaran laju inflasi yang juga dikenal di dunia
intemasional sebagai Inflation Targeting
bukanlah suatu kebijakan moneter yang baru. - Target kebijaksanaan moneter ini sebenarnya sudah
menjadi agenda Bank Sentral di banyak negara di
dunia, walau Negara sedang berkembang masih
jarang yang menggunakan sasaran laju inflasi
tersebut, - Negara yang dikenal sebagai negara industri telah
banyak menggunakannya.
7- Negara-negara yang telah menggunakan sasaran laju
inflasi sebagai agenda pokok kebijaksanaan
monetemya antara lain Selandia Baru, Kanada,
Inggris, Finlandia, Swedia, Australia dan
Spanyol. - Tingkat sasaran laju inflasi di negara-negara
tersebut berkisar antar I dan 4. - Dan secara umum target-target berhasil dicapai,
walau dibeberapa negara terjadi inflasi yang
sedikit lebih tinggi. (RezaY Siregar 1999, 8). - Wijoyo Santoso dan donny Fajar A. (2000, hal 550
mengatakan bahwa pada hakekatnya lnflation
Targeting adalah suatu cara Bakn Sentral untuk
mcnuntun ekspektasi Inflasi publik agar searah
dengan target inflasiyang ditetapkan dalam rangka
meniorong pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan dan meningkatkan kesempatan
kerja.
8Di Indonesia, disagegasi inflasi IHK tersebut
dikelompokan menjadi
- 1. Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang
cenderung menetap atau persisten (persistent
component) di dalam pergerakan inflasi dan
dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti - Interaksi permintaan-penawaran
- Lingkungan eksternal nilai tukar, harga komoditi
internasional, inflasi mitra dagang - Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen
- 2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang
cenderung tinggi volatilitasnya karena
dipengaruhi oleh selain faktor fundamental.
Komponen inflasi non inti terdiri dari - Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food)
- Inflasi yang dominan dipengaruhi
oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan
makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor
perkembangan harga komoditas pangan domestik
maupun perkembangan harga komoditas pangan
internasional. - Inflasi Komponen Harga yang diatur
Pemerintah (Administered Prices) - Inflasi yang dominan dipengaruhi
oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga
Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif
listrik, tarif angkutan, dll.
9- Determinan Inflasi
- Inflasi timbul karena adanya tekanan dari
sisi supply (cost push inflation), dari sisi
permintaan (demand pull inflation), dan dari
ekspektasi inflasi. - Faktor-faktor terjadinya cost push inflation
dapat disebabkan oleh - depresiasi nilai tukar,
- dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara
partner dagang, - peningkatan harga-harga komoditi yang diatur
pemerintah (administered price), - terjadi negative supply shocks akibat bencana
alam dan terganggunya distribusi. - Faktor penyebab terjadi demand pull
inflation adalah - tingginya permintaan barang dan jasa relatif
terhadap ketersediaannya. - Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini
digambarkan oleh output riil yang melebihi output
potensialnya atau permintaan total (agregate
demand) lebih besar dari pada kapasitas
perekonomian. - Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi
dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku
ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka
inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya.
Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih
cenderung bersifat adaptif atau forward looking.
10Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga
di tingkat produsen dan pedagang terutama pada
saat menjelang hari-hari besar keagamaan
(lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan
upah minimum regional (UMR).M Meskipun
ketersediaan barang secara umum diperkirakan
mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan,
namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari
raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari
komdisi supply-demand tersebut. Demikian halnya
pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula
meningkatkan harga barang meski kenaikan upah
tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong
peningkatan permintaan.
- Inflatian Targeting meruakan kerangka kebijakan
monerer yang mengharuskan target inflasi secara
eksplisit dan diumumkan kepada publik, sehingga
kebijakan moneter diarahkan sedemikian rupa
untLrk mcncapai angka infi asi yang ditetpkan. - Dengan kerangka kerja yang demikian berarti
inflasion targeting selain memiliki sasaran akhir
laju inflasi uga menjadi inflasi langsung sebagai
jangkar kebijakan moneter itu sendiri. - Adapat efektif dilakukan maka pada setiap awal
periode program moneter, Bank Sentral harus
menetapkan dan memberikan komitmen ecara
eksplisil kepada masyarakat mengenai targett
inflasi yang akan dicapai dalam suatuperiode
tertentu.
11- Secara umum ada beberapa karakterisitik yang
harus diemban bank sentral jika menerapkan
kebijakan Inflasi Targeting (IT) , antara lain - Adanya publikasi mengenai target inflasi kedepan
pada publik. - Adanya komitmen untuk menjaga stabilitas harga
sebagai tujuan utama kebijakan moneter. - Penggunaan information inclusive strategy, yang
mana banyak variabel-variabel, tidak hanya
variabel moneter, digunakan sebagai informasi
dalam implementasi IT. - Peningkatan transparansi strategi kebijakan
moneter - Peningkatan akuntabilitas dari bank sentral
tentang pencapaian tujuan IT. (Mishkin, 2000) - Pemilihan strategi kebijakan IT tentu juga tidak
terlepas dari cerita sukses beberapa
Negara-negara maju yang lebih dulu sukses
mengimplementasikan kebijakan ini. - Namun cerita sukses tersebut tentunya tidak bisa
ditelan mentah bagi Negara-negara lain yang ingin
mengimplementasikan kebijakan IT, hal ini
disebabkan karena ada perbedaan mendasar antara
Negara maju dan berkembang. - Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain
- Lemahnya institusi fiskal di Negara berkembang
- Lemahnya institusi dan sistem keuangan, termasuk
regulasi dalam implementasi prinsip kehati hatian
dan supervisi bank - Rendahnya kredibilitas institusi moneter, dalam
hal ini bank sentral Currency substitution and li
ability dollarization - 4. Negara berkembang sangat rentan
terhadap sudden stopkhususnya dalam keluar masuk
modal. (Mishkin, 2000)
12 Kerjasama BI dengan Lembaga Lain
- Menyadari pentingnya dukungan dari berbagai pihak
bagi keberhasilan tugasnya, - BI senantiasa bekerja sama dan berkoordinasi
dengan berbagai lembaga negara dan unsur
masyarakat lainnya. - Beberapa kerjasama ini dituangkan dalam nota
kesepahaman (MoU), keputusan bersama (SKB), serta
perjanjian-perjanjian, yang ditujukan untuk
menciptakan sinergi dan kejelasan pembagian tugas
antar lembaga serta mendorong penegakan hukum
yang lebih efektif.
13Beberapa Kerjasama dimaksud adalah dengan
pihak-pihak sbb
- Departemen Keuangan (MoU tentang Mekanisme
Penetapan Sasaran, Pemantauan, dan Pengendalian
Inflasi di Indonesia, MoU tentang BI sebagai
Process Agent di bidang pinjaman dan hibah luar
negeri Pemerintah, SKB tentang Penatausahaan
Penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dalam rangka
penyehatan perbankan) - Kejaksaan Agung Kepolisian Negara SKB tentang
kerjasama penanganan tindak pidana di bidang
perbankan - Kepolisian Negara RI dan Badan Intelijen Negara
MoU tentang Pemberantasan uang palsu - Menkokesra, Kementrian Koperasi dan UKM MoU
bidang Pemberdayaan dan Pengembangan UMKM - Perhimpunan Pedagang SUN (Himdasun) MoU tentang
Penyusunan Master Repurchase Agreement (MRA) - Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur
Bank Indonesia tentang Koordinasi Pengelolaan
Uang Negara
14Evaluasi Kinerja Kerangka Kebijakan Moneter
Tahun Target Inflasi IHK Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Target Pertumbuhan Base money Nilai Tukar Rupiah per USD (Rata-rata) Pertumbuhan Base money actual (JUB) Inflasi IHK aktual
2000 5-7 3-4 8.3 8238 23.4 9.53
2001 6-8.5 5.0 11-12 10255 15.37 12.53
2002 9-10 3.5-4.0 14-15 9316 5.98 10.03
2003 8-10 3.5-4.0 13 8575 14.25 5.06
15TIME LAG
16MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKSANAAN MONETER
- BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik. Lebih lengkapnya, BI Rateadalah
kebijakan keuangan yang ditetapkan BI setiap
bulan yang didahului rapat anggota dewan gubernur
dengan melihat kondisi perekonomian di dalam dan
luar negeri secara keseluruhan. - Kemudian sikap BI terhadap kondisi tersebut
dirumuskan lewat operasi moneter sebagai acuan
untuk ditetapkannya BI Rate. - Salah satu faktor utama penetapan nilai BI
Rate adalah inflasi. - Harga-harga barang dan jasa akan naik atau turun
secara umum dan terus-menerus akibat naik
turunnya inflasi. Penetapan BI Rate akan
tergantung dari naik turunnya inflasi tersebut.
Jika inflasi naik, Bank Indonesia
akan menaikkan BI Rate. Sebaliknya, jika inflasi
turun, Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate.
- terdapat beberapa perbedaan berkenaan dengan
besarnya pengaruh uang terhadap perekonomian
(yakni besamya angka pelipat uang) serta
bagaimana jal ur pengaruh (mekanisme
transmisi) perubahan jumlah uang terhadap
perekonomian. - Ada beberapa jalur dalam mana perubahan
jumlah uang mempengaruhi kegiatan ekonomi
(biasanya kegiatan ekonomi diu kur dengan
pengeluaran total masyarakat)
17Jalur Biaya Modal (The Cost
Of Capital Channel)
- Dalam ekonomi Keynes, tingkat bunga
merupakan penghubung utama antara sektor
moneter dengan sektor riil. - Perubahan jumlah uang misalnya, akan
mempengaruhi tingkat bunga. - Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi
investasi atau bahkan mungkin juga
konsumsi. - Investasi merupakan bagian dari pengeluaran
total (agregate expenditure). - Perubahan dalam pengeluaran total pada
gilirannya akan mempunyai efek ganda terhadap
keseimbangan pendapatan nasional. - Dengan demikian, tingkat bunga yang
merupakan beaya modal dapat dipandang sebagai
indikator pengaruh kebijaksanaan
moneter/sektor moneter terhadap keseimbangan
pendapatan (sektor riil),
18Jalur Kekayaan (Wealth Channel)
- Pengaruh perubahan jumlah uang terhadap
pendapatan nasional dapat juga melalui jalur
kekayaan. Pengertian keka-yaan biasanya
meliputi
- Kekayaan yang berupa barang phisik (rumah,
tanah dan sebagainya) - Surat berharga .
- Uang tunai
- Hubungan antara kekayaan dengan pengeluaran
total (dalam hal ini konsumsi) telah
dijelaskan oleh Pigou (yang sering disebut
dengan Pigou effect atau real balance
effect). - Real balance effect dapat dijelaskan
sebagai berikut perubahan nilai uang kas
riil (real cash balance) baik disebabkan
oleh karena turunnya harga (dengan jumlah
uang tetap) ataupun naiknya jumlah uang
(dengan harga tetap) akan mempengaruhi
tingkat konsumsi. Konsumsi merupakan bagian
dari pengeluaran total. - Dengan perubahan pengeluaran total maka
keseimbangan pendapatan akan berubah. - Dengan demikian kebijaksanaan moneter akan
mempengaruhi jumlah, uang (dimana uang
merupakan bagian dari kekayaan) salah satu
komponen kekayaan ini (dalam hal ini uang kas
riil) akan mempengaruhi konsumsi (melalui
real balance/ Pigore effect). Konsumsi
merupakan bagian dari pengeluaran total.
Perubahan pengeluaran total akan mengakibatkan
perubahan pendapatan.
19Jalur Harga Relatip (Teori Portfolio)
- Teori portfolio merupakan dasar yang
rasional mengapa seseorang memegang sesuatu
(beberapa) kekayaan tertentu, termasuk dalam
bentuk uang. - Beberapa anggapan teori ini antara lain
- Setiap orang akan selalu berusaha untuk
menyamakan pendapatan marginal (marginal return)
dari masing-masing bentuk kekayaan dalam
portfolionya. - Bertambahnya salah satu bentuk kekayaan
akan menurunkan harga bentukkekayaan tersebut
relatip terhadap bentuk kekayaan yang lain.
Individu tersebut akan
menukarkan bentuk kekayaan yang harganya
turun tersebut dengan bentuk kekayaan Iain
yang harganya lebih tinggi. - Proses pertukaran tersebut (dengan demikian
juga berarti proses perubahan susunan
bentuk kekayaan akan berjalan terns (akan
dilakukannya) sampai pendapatan marginal dari
masing-masing bentuk kekayaannya sama besar,
20- Perubahan harga relatip sebenarnya
merupakan konsekuensi dari proses penyesuaian
susunan portfolio seseorang. Misalnya,
penambahan jumlah uang sebagai akibat dari
kebijaksanaan moneter membeli surat berharga
oleh Bank Sentral, akan menyebabkan individu
kelebihan uang kas dalam portfolionya. - Individu akan menukarkan kelebihan uang kas
ini dengan bentuk kekayaan yang lain. Harga
kekayaan lain akan naik (atau retumnya
turun). - Produksi (dan dengan demikian investasi)
pada bentuk kekayaan lain ak.an naik.
Investasi naik akan mengakibatk.an pendapatan
juga bertambah. Dari contoh ini jelas bahwa
kenaikan jumlah uang akan dapat menaikan
pendapatan.
Jalur Langsung (Teori Monetarist)
- Menurut teori ini pengaruh kebijaksanaan moneter
terhadap.Gf-P secara langsung. - Jalur mekanisme langsung, ini sifatnya lebih
sederhana. - Menurut pendapatnya, karena sebenamya
mekanisme transmisi itu begitu kompleks
sehingga suk.ar untuk digambarkan, maka tidak
bisa dinyatakan secara spesifik. - Oleh karena itu tidak bisa digambark.an
secara ter perinci. Secara skematis
mekanisme transmisi versi mone tarist ini
dapat digambark.an sebagai berikut.
21Pengaruh jumlah uang terhadap pengeluaran
total melalui perubahan harga.
Kebijaksanaan moneter untuk tujuan
stabilisasi ekonomi tergantung pada, pertama
kuat/tidaknya hubungan antara perubahan
kebijaksanaan moneter dengan kegiatan ekonomi
dan kedua jangka waktu antara perubahan
kebijaksanaan moneter dengan efeknya terhadap
kegiatan ekonomi.
22Recognition lag (pengakuan) mencakup waktu dari
to ke t 1, yakni waktu yang diperlukan oleh
Bank Sentral untuk mengumpulkan data ekonomi
serta menganalisa perubahan kegiatan ekonomi yang
diinginkan dengan melakukan kebijaksanaan
moneter. Pada waktu to tingkat kegiatan
ekonomi telah berubah, misalnya terdapatnya
kenaikan pengangguran yang cukup besar.
Sebelum Bank Sentral mengambil kebijaksanaan
moneter guna mengatasi masalah pengangguran ini
diperlukan waktu terlebih dahulu untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan
pengangguran.Administrative lag menunjukkan
waktu antara diketahuinya ( oleh Bank
Sentral) akan diperkirakan untuk merubah
kebijaksanaan moneter (t1) dengan waktu
dalam mana Bank Sentral betul-betul merubah
satu atau beberapa instrumen kebijaksanaan
moneter (t2)
- Keseluruhan recognition dan administrasi lag
sering disebut dengan inside lag, yakni
Jangka waktu antara perubahan keadaan
kegiatan ekonomi yang memerlukan perubahan
kebijaksanaan moneter dengan perubahan
satu atau beberapa instrumen kebijaksanaan
moneter, - Outside/impact lag adalah waktu antara
perubahan dalam instrumen kebijaksanaan
moneter (t2) dengan efek dari kebijaksanaan
moneter tersebut dalam kegiatan ekonomi.
Lag ini mengukur lamanya waktu dalam
mentransfer perubahan kebijaksanaan
moneter dengan efeknya terhadap kegiatan
ekonomi (t3).
. - Masalah lag ini sangat penting terutama
dalam kaitannya dengan kebijaksanaan
stabilisasi. - Lag ini rnenunjukkan efisiensi kebijaksanaan
moneter. Karena adanya tenggang waktu (lag)
inilah yang sering kebijaksanaan moneter yang
ditujukan untµk stabilisasi kegiatan ekonomi
malah berakhir dengan ketidakstabilan.
23- Milton Friedman adalah salah satu ahli
ekonomi yang mempermasalahkan lag dalam
kebijaksanaan moneter dan fiskal. Gambar
berikut menjelaskan permasalahan tersebut.
24- Misalnya, kebijaksanaan moneter yang
ekspansip diambil pada saat perekonomian lesu
(titik A). Karena efek kebijaksanaan ini ada
tenggang waktu, maka baru terasa justru pada
waktu perekonomian membaik, dan bahkan
kegiatan ekonomi dapat lebih melonjak (titik C)
dibandingkan dengan apabila tidak
diambil kebijaksanaan moneter ekspansip
(perekonomian akan bergerak seperti pada
pola garis tidak patah-patah). - Kegiatan ekonomi terus meningkat dan inflasi
mungkin dapat timbul. Untuk mencegahnya, maka
diambil kebijaksanaan moneter yang
restriktip. Karena adanya lag, maka efeknya
terasa pada waktu kegiatan ekonomi menurun,
dan bahkan menurunnya lebih tajam (titik D).
- Dengan .demikian tampak dengan jelas,
bahwa kebijaksanaan moneter yang dimaksudkan
untuk menstabilkan perekonomian justru
berakliir dengan ketidakstabilan. Garis
patah-patah menggambarkan gerak gelombang
kegiatan perekonomian sebagai akibat adannya
kebijaksanaan moneter, yang lebih tidak stabil
dibandingkan tanpa kebijaksanaan moneter.
25Transmisi Kebijakan Moneter
- Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan
memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah
satunya tercermin dari tingkat inflasi yang
rendah dan stabil. - Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia
menetapkan suku bunga kebijakan BI 7DRR sebagai
instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi
aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan
akhir pencapaian inflasi. - Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI 7DRR
sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut
sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag).
26BI 7-day (Reverse) Repo Rate
- Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka
operasi moneter dengan memperkenalkan suku bunga
acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI
7-Day Repo Rate, yang akan berlaku efektif
sejak 19 Agustus 2016. Selain BI Rate yang
digunakan saat ini, perkenalan suku bunga
kebijakan yang baru ini tidak mengubah stance kebi
jakan moneter yang sedang diterapkan. - Mengapa BI memperkenalkan suku bunga acuan BI
baru? Hal itu agar suku bunga kebijakan dapat
secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan
dan sektor riil. Instrumen BI 7-Day Repo
Rate sebagai acuan yang baru memiliki hubungan
yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang,
sifatnya transaksional atau diperdagangkan di
pasar, dan mendorong pendalaman pasar keuangan. - Pada masa transisi, BI Rate akan tetap digunakan
sebagai acuan bersama dengan BI Repo Rate 7 Hari. - Penguatan kerangka operasi moneter ini merupakan
hal yang lazim dilakukan di berbagai bank sentral
dan merupakan best practice internasional dalam
pelaksanaan operasi moneter. Kerangka operasi
moneter senantiasa disempurnakan untuk
meningkatkan efektivitas kebijakan. Khususnya
untuk menjaga stabilitas harga. - Penguatan kerangka operasi moneter juga
mempertimbangkan kondisi makroekonomi yang
kondusif dalam beberapa waktu terakhir, yang
memberikan momentun bagi upaya penguatan kerangka
operasi moneter.
27- Mekanisme bekerjanya perubahan BI 7DRR sampai
mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut
sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. - Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank
Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen
moneter dan target operasionalnya mempengaruhi
berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum
akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. - Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi
antara Bank Sentral, perbankan dan sektor
keuangan, serta sektor riil. - Perubahan BI 7DRR mempengaruhi inflasi melalui
berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga,
jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga
aset, dan jalur ekspektasi.
28(No Transcript)
29- Pada jalur suku bunga, perubahan BI 7DRR
mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga
kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang
mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat
menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif
melalui penurunan suku bunga untuk mendorong
aktifitas ekonomi. - Penurunan suku bunga BI 7DRR menurunkan suku
bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari
perusahaan dan rumah tangga akan meningkat.
Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan
biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi.
- Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi
dan investasi sehingga aktifitas perekonomian
semakin bergairah. - Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami
kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan
menaikkan suku bunga BI 7DRR untuk mengerem
aktifitas perekonomian yang terlalu cepat
sehingga mengurangi tekanan inflasi. - Perubahan suku bunga BI 7DRR juga dapat
mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini sering
disebut jalur nilai tukar. - Kenaikan BI 7DRR, sebagai contoh, akan mendorong
kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia
dengan suku bunga luar negeri.
30- Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut
mendorong investor asing untuk menanamkan modal
ke dalam instrument-instrumen keuangan di
Indonesia seperti SBI karena mereka akan
mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih
tinggi. - Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan
mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. - Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor
lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri
menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif
sehingga akan mendorong impor dan mengurangi
ekspor. - Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada
menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan
perekonomian. - Perubahan suku bunga BI 7DRR mempengaruhi
perekonomian makro melalui perubahan harga aset. - Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset
seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi
kekayaan individu dan perusahaan yang pada
gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk
melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan
investasi.
31- Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan
ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi publik akan
inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga
yang diperkirakan akan mendorong aktifitas
ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong
pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi
dengan meminta upah yang lebih tinggi. - Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh
produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga - Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja
memerlukan waktu (time lag). - Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan
yang lain. - Jalur nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat
karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai
tukar bekerja sangat cepat. - Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat
berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan
moneter. - Apabila perbankan melihat risiko perekonomian
cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan
suku bunga BI 7DRR biasanya sangat lambat. - Juga, apabila perbankan sedang melakukan
konsolidasi untuk memperbaiki permodalan,
penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya
permintaan kredit belum tentu direspon dengan
menaikkan penyaluran kredit. - Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit
perbankan juga belum tentu direspon oleh
meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat
apabila prospek perekonomian sedang lesu. - Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan,
perbankan, dan kondisi sektor riil sangat
berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya
proses transmisi kebijakan moneter.
32- Tujuan Kebijakan Moneter BI
33Tujuan Kebijakan Moneter Bank Indonesia
- Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan
oleh penguasa moneter (biasanya bank sentral)
untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit
yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan
ekonomi masyarakat (Nopirin, 1997).
- Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini
sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004
pasal 7 tentang Bank Indonesia. - Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah
antara lain adalah kestabilan terhadap
harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada
inflasi. - Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005
Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan
moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama
kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework)
dengan menganut sistem nilai tukar yang
mengambang (free floating). - Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam
mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. - Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan
kebijakan nilai tukar untuk mengurangi
volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan
untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
Dalam ?melaksanakan kebijakan moneter, Bank
Indonesia menganut sebuah kerangka kerja yang
dinamakanInflation Targeting Framework (ITF).
Kerangka kerja ini diterapkan secara formal
sejak Juli 2005, setelah sebelumnya menggunakan
kebijakan moneter yang menerapkan uang
primer (base money) sebagai sasaran kebijakan
moneter
34- Bank Indonesia secara eksplisit mengumumkan
sasaran inflas?i kepada publik dan kebijakan
moneter diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi
yang ditetapkan oleh Pemerintah tersebut. - Untuk mencapai sasaran inflasi, kebijakan moneter
dilakukan secara forward looking, artinya
perubahan stance kebijakan moneter dilakukan
melaui evaluasi apakah perkembangan inflasi ke
depan masih sesuai dengan sasaran inflasi yang
telah dicanangkan. - Dalam kerangka kerja ini, kebijakan moneter juga
ditandai oleh transparansi dan akuntabilitas
kebijakan kepada publik. - Secara operasional, stance kebijakan moneter
dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan
(BI Rate) yang diharapkan akan memengaruhi suku
bunga pasar uang dan suku bunga deposito dan suku
bunga kredit perbankan. - Perubahan suku bunga ini pada akhirnya akan
memengaruhi output dan inflasi. - Dengan telah dilepaskannya sistem nilai tukar
dengan band intervensi nilai tukar (crawling
band) di tahun 1997, Bank Indonesia memerlukan
jangkar nominal (nominal anchor) baru dalam
rangka menjalankan kebijakan moneter. Jangkar
nominal adalah variabel nominal (seperti indeks
harga, nilai tukar, atau uang beredar) yang
ditargetkan secara eksplisit oleh bank sentral
sebagai dasar/patokan bagi pembentukan harga
lainnya. - Misalnya kalau nilai tukar dijadikan target, maka
inflasi luar negeri akan menjadi inflasi
domestik.
35- Mengapa kebijakan moneter memerlukan jangkar
nominal? Karena tanpa adanya jangkar nominal,
tidak ada kejelasan kemana kebijakan moneter akan
diarahkan sehingga masyarakat tidak memiliki
pedoman dalam membuat ekspektasi inflasi. - Ibarat kapal yang mengapung di lautan tanpa
kejelasan kearah mana kapal dilabuhkan. - Sebaliknya, dengan adanya jangkar nominal
masyarakat akan membuat ekspektasi inflasi yang
diperlukan dalam kalkulasi usahanya sesuai dengan
jangkar nominal tersebut. - Dengan mengumumkan sasaran inflasi dan Bank
Indonesia secara konsisten dpt mencapainya akan
meningkatkan kredibilitas kebijaan moneter yg pd
gilirannya ekspektasi inflasi masyarakat sesuai
dengan sasaran yang ditetapkan BI.
- Ada sejumlah alasan mengapa menggunakan jangkar
nominal dengan ITF. - ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Dengan
sasaran inflasi secara eksplisit masyarakat akan
memahami arah inflasi. Sebaliknya dengan sasaran
base money, apalagi jika hubungannya dengan
inflasi tidak jelas, masyarakat lebih sulit
mengetahui arah inflasi kedepan. - ITF yang memfokuskan pada inflasi sebagai
prioritas kebijakan moneter sesuai dengan mandat
yang diberikan kepada Bank Indonesia. - ITF bersifat forward looking sesuai dengan dampak
kebijakan pada inflasi yang memerlukan time lag. - ITF meningkatkan trasparansi dan akuntabilitas
kebijakan moneter mendorong kredibilitas
kebijakan moneter. Aspek transparansi dan
akuntabilitas serta kejelasan akan tujuan ini
merupakan aspek-aspek good governance dari sebuah
bank yang telah diberikan independensi.
36- Lanjutan
- ITF tidak memerlukan asumsi kestabilan hubungan
antara uang beredar, output dan inflasi.
Sebaliknya, ITF merupakan pendekatan yang lebih
komprehensif dengan mempertimbangkan sejumlah
variabel informasi tentang kondisi perekonomian.
- Bagaimana ITF diterapkan? Dalam kerangka ITF,
Bank Indonesia mengumumkan sasaran inflasi ke
depan pada periode tertentu. - Setiap periode Bank Indonesia mengevaluasi apakah
proyeksi inflasi ke depan masih sesuai dengan
sasaran yang ditetapkan. Proyeksi ini dilakukan
dengan sejumlah model dan sejumlah informasi yang
dapat menggambarkan kondisi inflasi ke depan. - Jika proyeksi inflasi sudah tidak kompatibel
dengan sasaran, Bank Indonesia melakukan respon
dengan menggunakan instrumen yang dimiliki. - Misalnya jika proyeksi inflasi telah melampaui
sasaran, maka Bank Indonesia akan cenderung
melakukan pengetatan moneter. - Secara reguler, Bank Indonesia menjelaskan kepada
publik mengenai asesmen terhadap kondisi inflasi
dan outlook ke depan serta keputusan yang
diambil. - Jika sasaran inflasi tidak tercapai maka
diperlukan penjelasan kepada publik dan
langkah-langkah yang akan diambil untuk
mengembalikan inflasi sesuai dengan sasarannya.