PENDAHULUAN - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

PENDAHULUAN

Description:

PENDAHULUAN Harry S. Dachlan harrysd_at_ub.ac.id harrysd_at_ub.ac.id * Pengertian Filsafat (1) Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat ;berasal dari kata ... – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:132
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 33
Provided by: ppe56
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: PENDAHULUAN


1
PENDAHULUAN
  • Harry S. Dachlan

2
Pengertian Filsafat (1)
  • Perkataan Inggris philosophy yang berarti
    filsafat berasal dari kata Yunani philosophia
    yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan.
  • Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan
    sophia (kearifan).
  • Menurut pengertiannya yang semula dari zaman
    Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan.
  • Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja,
    melainkan meliputi pula kebenaran pertama,
    pengetahuan luas, kebajikan intelektual,
    pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin
    dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-soal
    praktis (The Liang Gie, 1999).

3
Pengertian Filsafat (2)
  • Menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno,
    orang yang pertama memakai istilah philosophia
    dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.),
    yakni seorang ahli matematika yang kini lebih
    terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang
    menetapkan jumlah kuadrat sisi miring dalam
    segitiga siku-siku jumlah kuadrat sisi-sisi
    siku-sikunya.
  • Pytagoras menganggap dirinya philosophos
    (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang
    sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh
    Tuhan.
  • Orang yang oleh para penulis sejarah filsafat
    diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales
    (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang filsuf yang
    mendirikan aliran filsafat alam semesta atau
    kosmos dalam perkataan Yunani.
  • Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah
    suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk
    mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan
    kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).

4
  • Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat
    terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh
    Socrates.
  • Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang
    mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus
    maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa
    dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan,
    terus menerus mengembangkan penalarannya untuk
    mendapatkan kebenaran (Soeparmo, 1984).
  • Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum
    dan merasa heran.
  • Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu
    terarah pada gejala-gejala alam. Dalam
    perkembangan lebih lanjut, karena persoalan
    manusia makin kompleks, maka tidak semuanya dapat
    dijawab oleh filsafat secara memuaskan.
  • Jawaban yang diperoleh menurut Koento Wibisono
    dkk. (1997), dengan melakukan refleksi yaitu
    berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan
    demikian, tidak semua persoalan itu harus
    persoalan filsafat.

5
Beberapa Definisi
  • Robert Ackerman philosophy of science in one
    aspect as a critique of current scientific
    opinions by comparison to proven past views, but
    such aphilosophy of science is clearly not a
    discipline autonomous of actual scientific
    paractice. (Filsafat ilmu dalam suatu segi
    adalah suatu tinjauan kritis tentang
    pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan
    perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang
    dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu,
    tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu
    kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah
    secara aktual).
  • Lewis White Beck Philosophy of science questions
    and evaluates the methods of scientific thinking
    and tries to determine the value and significance
    of scientific enterprise as a whole. (Filsafat
    ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode
    pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan
    pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu
    keseluruhan)

6
Beberapa Definisi
  • A. Cornelius Benjamin That philosopic disipline
    which is the systematic study of the nature of
    science, especially of its methods, its concepts
    and presuppositions, and its place in the general
    scheme of intellectual discipines. (Cabang
    pengetahuan filsafati yang merupakan telaah
    sistematis mengenai ilmu, khususnya
    metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
    praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam
    kerangka umum cabang-cabang pengetahuan
    intelektual.)
  • Michael V. Berry The study of the inner logic if
    scientific theories, and the relations between
    experiment and theory, i.e. of scientific
    methods. (Penelaahan tentang logika interen dari
    teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara
    percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)

7
Beberapa Definisi
  • May Brodbeck Philosophy of science is the
    ethically and philosophically neutral analysis,
    description, and clarifications of
    science. (Analisis yang netral secara etis dan
    filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai
    landasan landasan ilmu.
  • Stephen R. Toulmin As a discipline, the
    philosophy of science attempts, first, to
    elucidate the elements involved in the process of
    scientific inquiry observational procedures,
    patens of argument, methods of representation and
    calculation, metaphysical presuppositions, and so
    on and then to veluate the grounds of their
    validity from the points of view of formal logic,
    practical methodology and metaphysics. (Sebagai
    suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba
    pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang
    terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah
    prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola
    perbinacangan, metode-metode penggantian dan
    perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis,
    dan seterusnya dan selanjutnya menilai
    landasan-landasan bagi kesalahannya dari
    sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi
    praktis, dan metafisika).

8
Beberapa Definisi
  • Peter Caws Philosophy of science is a part of
    philosophy, which attempts to do for science what
    philosophy in general does for the whole of human
    experience. Philosophy does two sorts of thing
    on the other hand, it constructs theories about
    man and the universe, and offers them as grounds
    for belief and action on the other, it examines
    critically everything that may be offered as a
    ground for belief or action, including its own
    theories, with a view to the elimination of
    inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan
    suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi
    ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada
    seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan
    dua macam hal di satu pihak, ini membangun
    teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan
    menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi
    keyakinan dan tindakan di lain pihak, filsafat
    memeriksa secara kritis segala hal yang dapat
    disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan
    atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri,
    dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan
    kesalahan

9
Berdasarkan pendapat di atas ..
  • Diperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan
    telaah kefilsafatan yang ingin menjawab
    pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau
    dari segi ontologis, epistemologis maupun
    aksiologisnya.
  • Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian
    dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang
    secara spesifik mengakaji hakikat ilmu.

10
Kajian Hakikat Ilmu
  • Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud
    yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana
    hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap
    manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan
    ontologis)
  • Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
    pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana
    prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan
    agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Apakah
    kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu?
    Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang
    membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang
    berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
  • Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
    dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
    penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?
    Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah
    berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana
    kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
    operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
    moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun
    S. Suriasumantri, 1982)

11
SECARA SINGKAT ARTI FILSAFAT
  • Definisi nominal Filein ( mencintai) dan sophia
     ( kebijaksanaan).
  • Filsafat adalah ilmu yang mencintai dan mencari
    kebijaksanaan. 
  • Definisi real Filsafat adalah pengetahuan
    mengenai semua hal melalui sebab-sebab terakhir
    yang didapat melalui penalaran atau akal budi ia
    mencari dan menjelaskan hakikat dari segala
    sesuatu. 
  • Obyek material mencari hakikat dari segala
    sesuatu
  • Berfilsafat berarti mempertanyakan dasar dan
    asal-usul dari segala-galanya untuk mencari
    orientasi dasar bagi kehidupan manusia. 

12
  • Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis
    dan koheren tentang seluruh kenyataan (realitas).
  • Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas
    keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (
    kebenaran) dan memperoleh hikmat (
    kebijaksanaan).   

13
ILMU PENGETAHUAN
  • Manusia menggunakan akal budi dan fikirannya
    untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada
    dibalik segala kenyataan (realitas) itu.  Proses
    mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang
    disebut pengetahuan. 
  • Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, 
    sistematis dan  koheren, dan cara mendapatkannya
    dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu
    pengetahuan. 

14
ILMU PENGETAHUAN
  • llmu pengetahuan adalah pengetahuan yang (1)
    disusun secara metodis, sistematis dan koheren
    (bertalian) tentang suatu bidang tertentu dari
    kenyataan (realitas), dan yang (2) dapat
    digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
    tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut.
  • Ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal
    yang khusus dari kenyataan (realitas), makin
    nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang
    seluruh kenyataan. 

15
Obyek Material dan Obyek Formal 
  • Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek
    formal. 
  • Obyek material adalah apa yang dipelajari dan
    dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan, yaitu
    gejala "manusia di dunia yang mengembara menuju
    akhirat". 
  • Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol,
    yaitu manusia, dunia, dan akhirat. 
  • Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi),
    filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat
    tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan
    kata "akhirat" dalam konteks hidup beriman dapat
    dengan mudah diganti dengan kata Tuhan). 
  • Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun
    kelihatan terpisah, saling berkaitan juga.

16
  • Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai
    atas obyek material, yang sedemikian khas
    sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang
    kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan
    itu logis, konsisten dan efisien, maka
    dihasilkanlah sistem filsafat. 
  • Filsafat berangkat dari pengalaman konkret
    manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang
    kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin
    dinyatakan secara tersurat.
  • Dalam proses itu intuisi  (merupakan hal yang ada
    dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi
    proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat
    diungkapkan menjadi tersurat. 

17
Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan (1)
  • Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat
    mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan.
  • Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang
    melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian,
    filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki
    hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu
    pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis,
    sistematis, koheren dan mempunyai  obyek material
    dan formal.
  • Yang membedakan diantara keduanya adalah
    filsafat mempelajari seluruh  realitas, sedangkan
    ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas
    atau bidang tertentu.

18
Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan (2)
  • Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia
    memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang
    melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu
    pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat
    hidup dan berkembang.
  • Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap
    rasional dalam mempertanggung-jawabkan ilmunya.
    Pertanggungjawaban secara rasional di sini
    berarti bahwa setiap langkah harus  terbuka
    terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan
    harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu
    dengan argumen-argumen yang obyektif (dapat
    dimengerti secara intersubyektif).

19
Fungsi Filsafat Ilmu (1)
  • Sebagai alat mencari kebenaran dari segala
    fenomena yang ada.
  • Mempertahankan, menunjang dan melawan atau
    berdiri netral terhadap pandangan filsafat
    lainnya.
  • Memberikan pengertian tentang cara hidup,
    pandangan hidup dan pandangan dunia.
  • Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang
    berguna dalam kehidupan
  • Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk
    kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu
    sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan
    sebagainya. (Disarikan dari Agraha Suhandi ,1989)

20
Fungsi Filsafat Ilmu (2)
  • Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu
    adalah
  • untuk memberikan landasan filosofik dalam
    memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin
    ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun
    teori ilmiah.
  • dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam
    dua fungsi, yaitu sebagai confirmatory theories
    yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif
    antara hipotesis dengan evidensi dan theory of
    explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai
    fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

21
Substansi Filsafat Ilmu
  • Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu,
    memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi
    yang berkenaan dengan
  • (1) fakta atau kenyataan,
  • (2) kebenaran (truth),
  • (3) konfirmasi dan
  • (4) logika inferensi.
  • (Ismaun, 2001)

22
Fakta atau kenyataan (1)
  • Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang
    beragam, bergantung dari sudut pandang filosofis
    yang melandasinya.
  • Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang
    nyata bila ada korespondensi antara yang sensual
    satu dengan sensual lainnya.
  • Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan
    mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama,
    menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya
    korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua,
    menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian
    antara fenomena dengan sistem nilai.
  • Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata,
    bila ada koherensi antara empirik dengan skema
    rasional, dan
  • Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang
    nyata bila ada koherensi antara empiri dengan
    obyektif.
  • Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu
    yang berfungsi.

23
Fakta atau kenyataan (2)
  • Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan
    penjelasan tentang fakta obyektif dan fakta
    ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen
    atau bagian realitas yang merupakan obyek
    kegiatan atau pengetahuan praktis manusia.
    Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi
    terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia.
    Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta
    obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah
    merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa
    fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil.
    Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang
    diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan
    fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah.

24
  • Kebenaran (truth)
  • Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang
    rumusan kebenaran. Namun secara tradisional, kita
    mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi,
    korespondensi dan pragmatik (Jujun S.
    Suriasumantri, 1982). Sementara, Michel William
    mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu
    kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi,
    kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan
    kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir
    menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran
    paradigmatik. (Ismaun 2001)

25
  • a. Kebenaran koherensi
  • Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau
    keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan
    sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi
    dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema,
    sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada
    tatanan sensual rasional mau pun pada dataran
    transendental.
  • b.Kebenaran korespondensi
  • Berfikir benar korespondensial adalah berfikir
    tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan
    sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan
    adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah
    antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara
    fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya
    spesifik
  • c.Kebenaran performatif
  • Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya
    dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang
    ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik,
    maupun yang filosofik, orang mengetengahkan
    kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila
    memang dapat diaktualkan dalam tindakan.

26
  • d.Kebenaran pragmatik
  • Yang benar adalah yang konkret, yang individual
    dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.
  • e.Kebenaran proposisi
  • Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi
    banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang
    subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu
    kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisi
    nya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi
    benar adalah bila sesuai dengan persyaratan
    formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari
    Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat
    dari benar formalnya, melainkan dilihat dari
    benar materialnya.
  • f.Kebenaran struktural paradigmatik
  • Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik
    ini merupakan perkembangan dari kebenaran
    korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi,
    analisis faktor, dan analisis statistik lanjut
    lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur
    satu dengan lainnya. Padahal semestinya
    keseluruhan struktural tata hubungan itu yang
    dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi
    atau inferensi yang lebih menyeluruh.

27
  • 3.Konfirmasi
  • Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi
    proses dan produk yang akan datang, atau
    memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat
    ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau
    probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut
    biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau
    axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak
    salah bila mengeksplisitkan asumsi dan
    postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan,
    prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian
    probabilistik dapat ditempuh secara induktif,
    deduktif, ataupun reflektif.

28
  • 4.Logika inferensi
  • Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai
    perempat akhir abad XX adalah logika matematika,
    yang menguasai positivisme. Positivistik
    menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta.
    Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi
    antara yang dipercaya dengan fakta. Belief pada
    Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat
    spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak
    general sehingga inferensi penelitian berupa
    kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik.
  • Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan
    kebenaran koheren antara rasional, koheren antara
    fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan
    Guba menampilkan kebenaran koherensi antara fakta
    dengan skema moral.

29
  • Realisme metafisik Popper menampilkan kebenaran
    struktural paradigmatik rasional universal dan
    Noeng Muhadjir mengenalkan realisme metafisik
    dengan menampilkan kebenaranan struktural
    paradigmatik moral transensden. (Ismaun,20019)
  • Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (198246-49)
    menjelaskan bahwa penarikan kesimpulan baru
    dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan
    tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni
    berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika
    terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi
    dan logika deduksi.

30
D. Corak dan Ragam Filsafat Ilmu (1)
  • Ismaun (20011) mengungkapkan beberapa corak
    ragam filsafat ilmu, diantaranya
  • Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam
    tiga ragam, yaitu (1) meta ideologi, (2) meta
    fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu.
  • Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E
    (conditions-Ends) menjadi means. Teknologi bukan
    lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai
    kepanjangan ide manusia.

31
D. Corak dan Ragam Filsafat Ilmu (2)
  • Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan
    produk seni atau keindahan sebagai salah satu
    tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain
    kognitif dan produk alasan praktis.
  • Produk domain kognitif murni tampil memenuhi
    kriteria nyata, benar, dan logis. Bila etik
    dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dengan
    moral. Produk alasan praktis tampil memenuhi
    kriteria oprasional, efisien dan produktif. Bila
    etik dimasukkan perlu ditambah human.manusiawi,
    tidak mengeksploitasi orang lain, atau lebih
    diekstensikan lagi menjadi tidak merusak
    lingkungan.

32
Daftar Pustaka
  • Achmad Sanusi,.(1998), Filsafah Ilmu, Teori
    Keilmuan, dan Metode Penelitian Memungut dan
    Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah,
    Bandung  PPS-IKIP Bandung.
  • Achmad Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma
    Wacana Ilmu Implikasinya Bagi Pendidikan,
    Makalah, Jakarta MajelisPendidikan Tinggi
    Muhammadiyah.
  • Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat
    Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat Kuliah),
    Bandung Fakultas Sastra Unpad Bandung.
  • Filsafat_Ilmu, lthttp//members.tripod.com/aljawad/
    artikel/filsafat_ilmu.htmgt
  • Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah),
    Bandung UPI Bandung.
  • Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu
    Sebuah Pengantar Populer, Jakarta Sinar Harapan.
  • Mantiq, lthttp//media.isnet.org./islam/etc/mantiq.
    htmgt.
  • Moh. Nazir, (1983), Metode Penelitian, Jakarta
    Ghalia Indonesia
  • Muhammad Imaduddin Abdulrahim, (1988), Kuliah
    Tawhid, Bandung Yayasan Pembina Sari Insani
    (Yaasin)
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com