Title: ASPEK FARMASETIKA IBU HAMIL
1ASPEK FARMASETIKA IBU HAMIL
- Dra. Iis Wahyuningsih, MSi, Apt
2? Progesteron meningkat motilin menurun-absorpsi
obat meningkat? aliran darah ke plasenta
meningkat? curah jantung meningkat ad 30,
volume darah naik ad 50- Vd meningkat? berat
badan meningkat-menaikkan distribusi obat larut
lemak? albumin menurun-obat bebas meningkat
- Perubahan farmakokinetika ibu hamil
3Faktor yg mempengaruhi permeabilitas membran
plasenta
- Ketebalan plasenta
- Enzim plasenta
- Kecepatan aliran darah ke plasenta
- Umur plasenta
- Ikatan obat dg protein serum
- Koefisien partisi obat
- Karakteristik pH
- Gradien konsentrasi obat pd ibu plasenta
- Berat molekul obat
Mekanisme transpor difusi pasif, terfasilitasi,
transpor aktif atau kombinasi
4Embriogenesis
- Perkembangan embrio-bayi- kompleks
- Faktor yg berpengaruh
- ? genetik (30)
- ? mutasi genetik (3)
- ? fisiologi faktor tak terklasifikasi (69)
- ? faktor lingkungan
5EMBRIOGENESIS
Hari/minggu Fase Perkembangan
0-17 hari 18-56 hari 8-38 minggu Preembrionik Embrionik janin Proliferasi Organogenesis Pematangan fungsi
6Patogenesis obat dpt sbg teratogen pd waktu ttt
slm embriogenesis
Hari gestasi Diferensiasi efekteratogenik
lt 15 Blm ada diferensiasi, hanya proliferasi sel
15-25 Diferensiasi CNS
20-30 Prekursor shetton aksial mushulaturbeed timbul
24-40 Diferensiasi mata, jantung kaki
7lanjutan
Hari gestasi Diferensiasi efekteratogenik
42 Mulai pembentukan palate
60 Diferensiasi berlanjut, beberapa organ hampir komplit
70 Fusi palate
90 Diferensiasi komplit, terjadi pematangan fungsi
8Contoh Pola patogenesis talidomid
Hari pemakaian Penyimpangan embriogenesis
21-22 Tdk ada telinga luar, paralisis syaraf kranial
24-27 Maksimal phocomelia(flipper limbs)
28-29 Reduksi berat pd pembentukan kaki
34-36 Hipoplastik thumbsand anorectal sterosis
9Pelajaran tragedi talidomid
- Obat yg tdk berbahaya bg ibu dpt merupakan yg
merusak fetus - Sukar men-test teratogenesis manusia pd binatang
- Malformasi yg terjadi memerlukan waktu utk
terjadinya teratogen - Sukar mendpt teratogen dg sedikit kejadian
malformasi - Sulit mendapat kejadian retrospektif
10Mulai 1962-keharusan melakukan uji teratogen obat
terhadap binatang, walaupun binatang bukan model
ideal krn
- Different genetic make up
- Proses reproduksi yg berbeda
- Alur metabolisme yg berbeda
- Sensivitas yg berbeda
- Perbedaan kebutuhan tubuh
- Efek teratogenik tjd bila obat diberikan pada
- dosis yg tepat
- Tahap spesifik dr embriogenesis
- spesific spesies strain
- Cara pemberian ttt binatang yg cukup sensitif
11(No Transcript)
12(No Transcript)
13(No Transcript)
14(No Transcript)
15Kategori keamanan obat ibu hamil (FDA)
A Data klinik dipercaya obat tidak ada resiko
B Penelitian pada hewan ada resiko, pada manusia tidak
C Ada resiko, tapi bukan malformasi
D Resiko pada malformasi janin
X Kontraindikasi pada kehamilan
16- Therapeutic Good Administration Australia (TGA,
2005) mengkategorikan obat menurut beberapa
kelompok. Pengakategorian tersebut antara lain
adalah sebagai berikut Kategori A Obat-obat
yang telah konsumsi oleh sejumlah besar wanita
hamil dan wanita usia subur tanpa adanya bukti
peningkatan frekuensi cacat lahir atau efek
membahayakan baik langsung maupun tidak langsung
pada janin. - Beberapa obat dalam kategori A adalah
Antasid (Obat Maag) Digoksin (obat jantung)
Preparat besi oral (dengan atau tanpa asam folat)
(Obat anemia defisiensi besi) Parasetamol
(Antinyeri) Dimenhidrinat, Difenhidramin,
Metoklopramid (antimuntah) Betametason,
Kortison Deksametason, Hidrokortison,
Metilprednisolon, Prednisolon, Prednison
Triamsinolon (Kortikosteroid) - Amoksisilin, Ampisilin (Antibiotik, gol
Penisilin) Eritromisin (Antibiotik, gol
Makrolida) Kodein, Dekstrometorpan (Antitusif)
Ammonium Klorida, Bromheksin (Ekspektoran)
Efedrin, salbutamol, terbutalin, teofilin
derivatif (Obat Asma) Klorfeniramin,
difenhidramin, difenilamin (Antihistamin)
17- Kategori B1 Obat-obat yang telah dikonsumsi
oleh sejumlah kecil wanita hamil atau wanita usia
subur, tanpa peningkatan frekuensi cacat lahir
atau membahayakan baik langsung maupun tidak
langsung pada janin.Tidak ada bukti yang
menunjukkan peningkatan frekuensi gangguan janin
pada efek penelitian dengan binatang coba.
Beberapa obat dalam kategori B1 adalah
Simetidin, Famotidin, Ranitidin, Sukralfat (Obat
Maag) Sefaklor, Sefotaksim, Seftriakson
(Antibiotik, gol Sefalosforin)
18- Kategori B2 Obat-obat yang telah dikonsumsi oleh
sejumlah kecil wanita hamil atau wanita usia
subur, tanpa peningkatan frekuensi cacat lahir
atau efek membahayakan baik langsung maupun tidak
langsung pada janin.Penelitian pada binatang
jumlahnya sangat sedikit, tetapi dari hasil
penelitian yang ada, tidak menunjukkan
peningkatan frekuensi gangguan janin binatang
coba. Beberapa obat dalam kategori B2 adalah
Domperidon, Hiosin, Hiosin Hidrobromida
(Antimuntah)
19- Kategori B3 Obat-obat yang telah dikonsumsi
oleh sejumlah kecil wanita hamil atau wanita usia
subur, tanpa peningkatan frekuensi cacat lahir
atau efek membahayakan baik langsung maupun tidak
langsung pada janin. Penelitian pada hewan
menunjukkan bukti peningkatan angka kejadian
gangguan janin hewan coba. Pada manusia, gangguan
janin akibat obat kategori ini masih belum dapat
ditentukan. Beberapa obat dalam kategori B3
adalah Lansoprazol, Omeprazol, Pantoprazol
(Obat Maag) Loperamid (Obat Diare)
Griseofulvin, Itrakonazol, Ketokonazol
(Antijamur) Siprofloksasin, Ofloksasin
(Antibiotik, gol Kuinolon) Asiklovir,
Indinavir, Ritonavir, Valasiklivir (Antivirus)
20- Kategori C Obat-obat, karena efek
farmakologinya, menyebabkan atau dicurigai
menyebabkan efek berbahaya pada janin atau bayi
baru lahir tanpa menyebabkan cacat lahir. Efek
tersebut mungkin reversibel (dapat kembali
normal). Beberapa obat dalam kategori C adalah
Amlodipin, Diltiazem, Nifedipin, Verapamil
(Antihipertensi, gol Penghambat Kanal Kalsium)
Dihidroergotamin, Ergotamin, Metisergid (Obat
antimigrain) Aspirin (Antinyeri)
Alprazolam, Bromazepam, Klordiazepoksid,
Klobazam, Diazepam, Lorazepam, Midazolam (Obat
anticemas) Klorpromazin (Antipsikosis)
Droperidol, Haloperidol (Antipsikosis)
Diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen, Ketorolac,
Asam Mefenamat, Piroksikam (Antinyeri)
Kotrimoksazol (Antibiotik, gol Sulfonamid)
21- Kategori D Obat-obat yang menyebabkan,
dicurigai menyebabkan, atau diperkirakan
menyebabkan peningkatan angka kejadian cacat
lahir atau kerusakan yang irreversibel (tidak
bisa diperbaiki lagi). Obat-obat golongan ini
mungkin juga mempunyai efek farmakologi yang
merugikan. Beberapa obat dalam kategori D adalah
Kaptopril (antihipertensi, gol ACE
Inhibitor) Losartan, Valsartan
(antihipertensi, gol Angiotensin II Reseptor
Antagonis) Doksisiklin, Minosiklin,
Tetrasiklin (antibiotika, gol Tetrasiklin)
Amikasin, Gentamisin, Kanamisin, Neomisin
(antibiotika, gol aminoglikosid)
22- Kategori X Obat-obat yang berisiko tinggi
menyebabkan kerusakan permanen pada janin.
Obat-obat ini sebaiknya tidak digunakan pada
kehamilan atau keadaan dimana seorang wanita
diperkirakan telah hamil. Salah satu obat dalam
kategori X adalah Misoprostol (Obat Maag)
23Teratogen pd Trisemester I
- Antineoplastik
- Amfetamin
- LSD
- Klorpromazin
- Barbiturat
- Fenitoin
- litium
- ACE inhibitor-gangguan ginjal
24Teratogen pd Trisemester II
- Aminoglikosida (streptomicin kuinin) tuli
- Tetrasiklin- gigi berwarna pertumbuhan tulang
terhambat - Novobiocin sulfoamid-naiknya bilirubin sewaktu
bayi lahir - Kloramfenikol-gray baby sindrom
- OAD hipoglikemia
- Obat hormonal perubahan fisiologi pd fetus
- Androgen progesteron maskulinasi pd fetus
perempuan - Vitamin A gtgtgt- menaikkan tekanan intrakanial
25Teratogen pd saat sebelum melahirkan
- Depresan CNS-depresi pernafasan saat bayi lahir
barbiturat, narkotik, trankuilizer,
antikonvulsan, general anastetik - Perdarahan pd bayi salisilat, indometasin,
prometasin, diazepam, CPZ, GG - AINS perdarahan, kerusakan ginjal, penundaan
proses kelahiran
26Faktor yg mempengaruhi sensivitas fetus thd obat
- Fungsi enzim hepatik fetus minimal
- Penambahan protein fetus linier dg waktu gestasi,
obat bebas lebih banyak dlm fetus - Jaringan baru berkembang
27terimakasih