What Is World Class Maintenance ? - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

What Is World Class Maintenance ?

Description:

Title: Konsep Menuju World Class Maintenance Author: Dr Rachmat K Bachrun Last modified by: esopiar Created Date: 3/27/2006 2:10:34 AM Document presentation format – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:277
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 31
Provided by: DrRachmat
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: What Is World Class Maintenance ?


1
What IsWorld Class Maintenance ?

2
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Paparan Konsep Menuju World Class Maintenance ini
    kami sadur berdasarkan konsep dari Marshall
    Institute dan Japan Institute of Plant
    Maintenance (JIPM) mengenai alur kegiatannya,
    sedangkan yang terkait dengan organisasi kami
    sarikan dari tutorial tentang Learning
    Organization oleh Doreen Warren.

3
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • JALAN PANJANG MENUJU WORLD CLASS MAINTENANCE
  • Ada dua bahasan yang akan dipaparkan di bawah ini
    dalam rangka memotret sistem manajemen perawatan
    industri, dalam upaya agar suatu sistem perawatan
    industri dapat mencapai kategori World Class
    Maintenance. Bahasan pertama bersifat filosofis
    dan bahasan kedua adalah hal-hal praktis yaitu
    tahapan, metode dan teknik perawatan yang harus
    diterapkan secara konsisten untuk dapat mencapai
    World Class Maintenance tersebut. Bahasan
    pertama mengacu pada anjuran yang diberikan oleh
    Marshall Institute, dengan sedikit tambahan
    tentang Learning Organization yang perlu untuk
    mempertahankan status World Class, dan bahasan
    kedua mengacu pada salah satu anjuran dari
    Tokutaro Suzuki pada bukunya TPM for Process
    Industries.

4
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • 1. Evolusi Perawatan Melalui Domain-domain
    Perawatan Yang Stabil.
  • Kita tahu bahwa jenis perawatan yang paling
    primitif adalah perawatan reaktif (reactive
    maintenance) yang berprinsip bahwa kita hanya
    akan melakukan penanganan tertentu apabila telah
    terjadi kegagalan pada asset tersebut. Oleh
    karena itu domain dari kegiatan ini disebut
    sebagai reaktif. Domain ini adalah stabil dalam
    arti bahwa kita akan selalu melakukan kegiatan
    reaktif yang sama terus menerus selama kita tidak
    mau berubah. Sifat pekerjaan ini atau sifat
    penanganan ini disebut sebagai responsive work
    .
  • Implikasi dari penanganan seperti ini adalah
    sangat rendahnya reliability, availability, dan
    kondisi serta kinerja dari asset yang didapat
    yang pada gilirannya menjurus ke prestasi bisnis
    yang paling rendah. Domain ini tetap akan
    bertahan apabila pemilik asset tidak merasa
    disaingi dalam bisnisnya. Lihat Gambar 1
    (Marshall Institute).

5
Konsep Menuju World Class Maintenance
6
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Begitu persaingan meningkat, maka pada saat itu
    pula pemilik asset ingin agar kurva kinerjanya
    meningkat, yang hanya bisa didapat hanya dengan
    meninggalkan paradigma perawatan reaktif, menuju
    ke domain perawatan terencana, yaitu dengan
    meningkatkan efisiensi pekerjaan. Mereka yang
    berpindah ke domain perawatan terencana akan
    memiliki peluang untuk menang dalam persaingan
    dengan cara antara lain mensistematiskan
    manajemen sumber dayanya melalui perencanaan dan
    penjadualan pekerjaannya, pengaturan suku cadang
    dan penggudangan yang lebih baik, dan membangun
    sistem-sistem pengendalian perintah pekerjaan
    yang baik.
  • Dalam domain perawatan terencana maka
    pelaksanaan perawatannya diupayakan dilakukan
    sebelum terjadi kegagalan. Mengingat sulitnya
    menetapkan pekerjaan yang betul-betul harus
    dilakukan mengakibatkan kadangkala terdapat
    pekerjaan yang sebetulnya tidak perlu dilakukan
    tetapi tetap dilakukan dalam upaya mencegah
    kegagalan sebelum kegagalan tersebut diperkirakan
    terjadi. Dengan sendirinya efektifitas biaya
    perawatannya masih belum teroptimasikan. Sehingga
    sebetulnya penggunaan yang lebih produktif dari
    tenaga kerja, material, dan kapital dapat lebih
    ditingkatkan apabila kita dapat mengetahui dengan
    pasti kegagalan apa yang sedang akan terjadi dan
    kapan akan terjadi pada asset tersebut.

7
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Selama tidak merasa disaingi dalam bisnisnya
    maka domain perawatan terencana yang diterapkan
    akan tetap stabil. Tetapi apabila persaingan
    meningkat maka tidak bisa tidak kita harus
    meninggalkan paradigma perawatan terencana (yang
    stabil dalam domainnya) menuju apa yang kita
    sebut sebagai improved precision domain. Ini
    merupakan domain yang stabil pula di mana
    kegagalan atau cacat tidak hanya sekadar
    ditangani dengan lebih baik tetapi kegagalan atau
    cacat itu dieliminasikan, sehingga kegagalan
    tidak akan pernah terjadi lagi.
  • Di sinilah mulai berperannya RCM dan TPM. Motto
    TPM adalah Zero Defect Maintenance atau
    kadangkala disebut sebagai Zero Breakdown
    Maintenance. RCM memiliki ide yang serupa
    dengan TPM (similar), RCM menekankan pada
    eliminasi kegagalan atau setidak-tidaknya
    mengeliminasi dari konsekuensi-konsekuensi
    kegagalan dengan sangat menekankan pada eliminasi
    dari penyebab yang paling mendasar dari kegagalan
    atau yang biasa disebut sebagai Root Cause
    Analysis (RCA).

8
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Domain ini adalah apa yang biasa kita sebut
    sebagai World Class Maintenance. Di sini peran
    RCM dan TPM akan berlanjut, peningkatan prestasi
    akan terjadi pula dengan penambahan lagi akan
    pengertian tentang continuous improvement.
    Walaupun demikian persyaratan untuk dapat
    dicapainya domain prestasi World Class yang
    terpercaya adalah apabila Organizational
    Learning telah bisa diterapkan.
  • Perlu diingat bahwa domain-domain tersebut bukan
    tujuan atau goal, tetapi merupakan suatu
    perjalanan yang harus dilalui yang dalam
    kenyataannya masing-masing domain bisa berperan
    terus menerus sesuai dengan kebutuhan selama
    berjalannya bisnis.

9
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • 2. Tiga Langkah Menuju WORLD CLASS MAINTENANCE
    (Marshall Institute)
  • i. Pembenahan Awal Terpadu
  • Benahi Sistem-sistem Internal tempatkan pada
    tempat yang benar sebagai pondasi untuk
    peningkatan. Ciptakan praktek-praktek manajemen
    yang baik demikian pula Sistem-sistem
    Informasinya
  • ii. Melangkah Lebih Jauh Lagi
  • Penerawangan dan penciptaan Visi, bersatu dalam
    Missi, menciptakan kemitraan antara Perawatan dan
    Produksi, membentuk Perawatan sebagai suatu
    bagian integral dari Strategi Bisnis Pabrik.
  • iii. Penyelesaian Proses, bukan hanya Masalah
  • Membangun "Mentalitas Zero Breakdown" melalui
    RCM dan TPM, dalam rangka mengeliminasi
    kemungkinan terputusnya proses melalui Learning
    Organization.
  • Tiga langkah sederhana ini menggambarkan tentang
    bagaimana perawatan dapat ditingkatkan,
    diintegrasikan ke dalam missi menyeluruh
    organisasi, yaitu perawatan dioptimasikan
    kontribusinya (bukannya diminimasi biayanya), ini
    semua merupakan kerangka kerja untuk membangun
    visi dan untuk mengorganisasi penanganannya.
    Lihat Gambar 2 (Marshall Institute).

10
Konsep Menuju World Class Maintenance
11
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Memulai
  • Perlu penekanan bahwa mulai saat ini ke depan
    perawatan (harus) bertindak sebagai kontributor
    utama untuk mencapai tujuan bisnis. Perawatan
    akan mengimplementasikan sistem, prosedur dan
    kebijakan yang menjurus ke meningkatnya
    manajemen, kontrol, dan eksekusi fungsi
    perawatan. Haruslah diperjelas bahwa organisasi
    perawatan akan mensupport pabrikasi dengan
    kualitas yang tertinggi dengan biaya terendah
    dengan bermitra dengan Produksi dan berkolaborasi
    dengan departemen terkait lainnya untuk
    mendapatkan
  • suatu organisasi pekerja keras, cukup staf, yang
    dirancang dengan baik dari mereka-mereka yang
    memiliki kompetensi, yang bekerja secara harmonis
    satu sama lainnya dalam melayani pabrik
  • prosedur, metode, teknik perekaman yang
    dikembangkan secara baik yang digunakan untuk
    secara cerdas dan efektif mengontrol
    kegiatan-kegiatan perawatan dan sumber daya
  • standar-standar kualitas dan prosedur yang tinggi
    untuk medapatkan kegiatan-kegiatan perawatan
    dengan prestasi tinggi
  • kemampuan memproduksi melalui optimasi
    reliability peralatan dan utilisasi asset dengan
    tetap memenuhi seluruh persyaratan-persyaratan
    pemasaran, produksi dan compliance.

12
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • LANGKAH 1
  • Memulai Kegiatan
  • (Reactive ke Terencana)
  • Peningkatan perawatan harus dimulai dengan
    proses-proses manajemen yang baik. Maka untuk
    menciptakan sumberdaya perawatan yang lebih
    produktif membutuhkan
  • implementasi dari metode perencanaan,
  • struktur organisasi dan pengukuran dan
    teknik-teknik kontrol yang baik untuk
    melaksanakan dan mengendalikan proses perawatan
    dari sisi arah, kualitas, kuantitas, standar
    prestasi dan ekonomi serta efisiensinya.
  • Peter Drucker menyatakan bahwa tugas dari bisnis
    adalah untuk membuat sumber daya -- tenaga kerja,
    material, modal -- supaya produktif. Defisiensi
    yang paling signifikan yang terkait dengan proses
    perawatan di kebanyakan pabrik adalah sesuatu
    yang "systemic". Ini bukan merupakan masalah
    kompetensi manajemen, kemampuan atau kegagalan,
    tetapi pada dasarnya merupakan kekurangan dalam
    praktek dan sistem manajemen dengan mana
    sumberdaya secara produktif dikendalikan. Jadi
    pada dasarnya, adalah kurangnya pemahaman yang
    jelas dan konsisten dari peran strategik
    perawatan yang harus bermain dalam percaturan
    produksi maupun bisnis (melalui reliability dan
    availabilty, kualitas dan unit cost yang lebih
    rendah).

13
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Ruang lingkup manajemen sumber daya perawatan
    dalam rangka prestasi dan produktivitasnya
    adalah
  • Maintenance Requests
  • Maintenance Planning and Scheduling
  • Work Management System Work Order System
  • Information Management Systems (CMMS)
  • Preventive Maintenance Systems
  • Predictive Maintenance Systems
  • Inventory Stores (Materials Control)
  • Supervisory/Leadership Skills
  • Training and Development
  • Organizational Structures
  • Maintenance and Reliability Engineering

14
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Ini merupakan suatu pola baku yang harus
    dimiliki perawatan, inherent atau melekat pada
    dirinya, yang merupakan job desc dari dirinya
    yang akan menggulirkan teknik-teknik dalam rangka
    pelaksanaannya yaitu
  • Menyiapkan tenaga kerja berketerampilan tinggi,
    efisien dan bermotivasi
  • Menciptakan secara efektif dan efisien
    perencanaan pekerjaan, komunikasi dan eksekusi
    proses dan prosedur
  • Menyiapkan tools, supplies, fasilitas dan
    dokumentasi teknis dan kepakaran yang dibutuhkan
    untuk mengeksekusi secara efektif dan efisien
  • Untuk mampu membuat keputusan berbasis data,
    didasarkan pada prioritas bisnis dan goal yang
    telah disetujui
  • Untuk mampu membuat ukuran-ukuran prestasi yang
    akurat dan berarti
  • Menggunakan sistem informasi yang mencerminkan
    data histori yang akurat untuk penelusuran dan
    analisis
  • Memiliki ekspektasi atau harapan yang bisa
    dimengerti untuk continuous improvement
  • Kemampuan manajemen proyek yang praktis dan
    efisien
  • Administrasi standar dan prosedur yang efektif
    dan efisien dan
  • Melakukan yang dasar-dasar dengan baik
  • Semua ini sudah ada metode pengembangannya yang
    sangat memudahan penerapannya.

15
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Untuk dapat menciptakan pondasi dalam rangka
    mencapai tahapan berikutnya maka perlu dilakukan
    pemotretan kondisi sistem perawatan untuk
    kemudian dilakukan rekomendasi dalam rangka
    implementasi perbaikannya.
  • Survai yang dilakukan pada awal pekerjaan ini
    dapat menghasilkan temuan awal yang apabila dapat
    dibenahi dengan benar hasilnya merupakan pondasi
    yang sangat kuat dalam meniti tahap pertama
    (milestone) dari jalan menuju ke world class
    maintenance.

16
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • LANGKAH 3
  • Fix the Process, Not Just the Problems
  • (Proactive ke Improved Precision. World Class.)
  • Perawatan merupakan tools sebagaimana JIT, Six
    Sigma, Lean Manufacturing, atau sebarang dari
    metode dan teknik-teknik "world class" lainnya
    yang tersedia untuk manajemen untuk meningkatkan
    tingkat kompetitif perusahaan, memainkan suatu
    peran utama dalam menurunkan quality defects,
    peningkatan kapasitas dan throughput,
    danpeningkatan produktifitas dan profitability
    dari pabrik secara keseluruhan.
  • Dengan Langkah 3 ini, sudah tiba saatnya untuk
    bergerak melampaui tingkatan melakukan pekerjaan
    lebih effektif, atau melakukannya dengan bermitra
    dengan fungsifungsilainnya dalam pabrik. Bagi
    perawatan kini sudah saatnya kita berhenti
    melakukan ini semua ! "Zero Breakdown
    Maintenance" merupakan tujuan.

17
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Reliability-Centered Maintenance. RCM merupakan
    suatu pendekatan yang sistematis, sangat
    terstruktur dan berdisiplin tinggi untuk
    memaksimumkan keselamatan dan fungsi dari asset
    peralatan. RCM menggunakan suatu kerangka kerja
    yang akurat untuk mengidentifikasi seluruh
    potensial atau cara suatu asset bisa gagal. Ini
    merupakan cara berpikir baru terhadap perawatan
    daripada mencegah kegagalan pada seluruh kasus
    dan seluruh jajaran, adalah lebih baik untuk
    mencoba menghindarkan konsekuensi-konsekuensi
    kegagalannya.
  • RCM mengkombinasikan seluruh teknik perawatan
    reactive (breakdown atau run-tofailure),
    perawatan pencegahan (PM berbasis frekuensi atau
    berbasis siklus), perawatan prediktif (PdM
    berbasis kondisi), dan failure finding, dan
    mencoba untuk secara optimal menerapkan
    strategi-strategi ini (sering-sering dalam
    kombinasinya) dengan cara sedemikian rupa
    sehingga dapat mengoptimasikan reliability
    peralatan dengan cara yangpaling ekonomis.

18
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Studi Reliability-Centered Maintenance
    menunjukkan bahwa
  • Reliability peralatan tidak tergantung pada jenis
    peralatan, kekompleksan proses, kapasitas, dan
    lokasi
  • Program perawatan pencegahan sendirian tidak
    menjamin keandalan peralatan dan integritas
    mekanikal
  • Reliability dan integritas mekanikal dapat
    meningkat selagi biaya perawatan menurun
  • Program RCM yang komprehensif dan workable dapat
    dikembangkan untuk fasilitas, berapapun usianya,
    ukurannya atau kekompleksannya.
  • RCM klasik menekankan pada mode-mode kegagalan
    aktual atapun yang mungkin terjadi dan efek atau
    konsekuensi-konsekuensi dari mode-mode ini. RCM
    mencoba menggunakan history, analisis risiko,
    fungsi probabilistik (metode statistik), dan
    pertimbangan ekonomi untuk mengidentifikasi
    metode-metode atau strategi-strategi yang paling
    cost effective untuk menghindarkan atau
    menurunkan konsekuensi kegagalan. RCM klasik
    mengambil pengalaman dan pengetahuan dari pakar
    operasi dan perawatan, yang bisa sangat teknis.

19
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Efektifitas RCM telah terbukti, dan hasilnya
    berimbang dengan usahanya akan tetapi adanya
    konsensus yang terus berkembang yang menyatakan
    bahwa adanya tingkat kekompleksan dan keakurasian
    metodologi, menyebabkan RCM bisa mahal dan padat
    sumber daya konsekuensinya akan membutuhkan
    support manajemen yang kuat dan "konsisten
    terhadap tujuan" demi kesuksesannya.
  • Penerapan RCM yang sukses membutuhkan leadership
    dan disiplin organisasi yang signifikan. Sebagai
    akibatnya, sejak beberapa tahun yang lalu
    terlihat berkembangnya sejumlah turunan
    "streamlined" dari RCM metode-metode ini adalah
    kontroversial terhadap para praktisi RCM klasik,
    tetapi mulai diterima secara cepat sebagai
    alternatif untuk situasi tertentu.

20
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Total Productive Maintenance. Konsep TPM dan RCM
    memberi pelajaran kepada kita bahwa "zero
    breakdown", memang secara aktual bisa dicapai,
    dari sisi keinginan maupun kebutuhan. Ini memang
    telah dibuktikan oleh pabrik-pabrik yang
    beroperasi dengan downtime yang diukur dalam
    fraksi jam / menit pertahunnya, oleh pesawat
    terbang secara signifikan tidak gagal (secara
    statistik).
  • TPM merupakan suatu tool yang sangat ampuh yang
    telah terbukti mampu mengubah budaya di pabrik.
    TPM menjalin seluruh organisasi (terutama
    perawatan dan operasi) dalam mengeliminasi setiap
    hal yang berpengaruh buruk pada overall equipment
    effectiveness (OEE Availability x Production
    Rate x Quality Rate). OEE merupakan ukuran
    prestasi yang harus dicapai bersama-sama secara
    maksimal oleh perawatan danproduksi.

21
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • TPM merupakan suatu proses untuk meningkatkan
    reliability dan efisiensi dengan mengikutsertakan
    seluruh karyawan dalam memelihara, membeli dan
    meningkatkan peralatan. Ini merupakan pendekatan
    life cycle, yang menerapkan beberapa prinsip yang
    sederhana dan memiliki common sense
  • Mempertahankan kondisi dasar mesin seperti
    kebersihan, pelumasan, dan mempertahankan
    alignment dan kekencangan yang tepat.
  • Mempertahankan prosedur-prosedur operasi yang
    tepat
  • Bersama-sama (share) bertanggung jawab pada
    perawatan peralatan
  • Mendeteksi defect yang imminent dan mencegah
    deteriorasi
  • Melakukan koreksi terhadap rancangan sedini
    mungkin
  • Meningkatkan tingkat-tingkat ketrampilan
    personnel perawatan dan operator
  • Goal dari TPM adalah sama sederhananya
  • Menurunkan breakdowns ke zero
  • Menurunkan quality defects ke zero
  • Menurunkan safety losses ke zero
  • Menurunkan minor stoppages ke zero
  • Menurunkan biaya operasi dan perawatan
  • Memaximumkan Overall Equipment Efficiency

22
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • EPILOG
  • Penjabaran secara praktis dari ketiga langkah
    menuju World Class Maintenance tersebut dapat
    dikaji dalam paragraf-paragraf berikut mengacu
    pada statement dari Tokutaro Suzuki dalam buku
    TPM in Process Industries dan Doreen Warren dalam
    tutorialnya Organizational Learning.
  • Statement dari Tokutaro Suzuki tersebut sangat
    berperan dalam langkah 1 dan 2 menuju World Class
    Maintenance yang menekankan akan mutlaknya
    perencanaan pekerjaan dan disiplin organisasi
    yang harus tetap berlaku sampai kapanpun walaupun
    organisasi telah mencapai status World Class.
    Sedangkan Organizational Learning yang menekankan
    pada continuous improvement dan sustainability
    dari kepakaran dalam organisasi menjadi ciri
    untuk tetap mempertahankan status world class
    tersebut.

23
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Dari kaitan ini maka statement Tokutaro Suzuki
    tersebut perlu di pahami sebagai berikut
  • Implementing a periodic / preventive
    maintenance system before establishing basic
    conditions - when equipment is still dirty, nuts
    and bolts are loose or missing, and lubrication
    devices are not working properly - frequently
    leads to failures before the next major service
    is due.
  • To prevent these would require making the
    service interval unreasonably short, and the
    whole point of the preventive maintenance program
    would be lost.
  • Rushing into predictive maintenance is equally
    risky. Many companies purchase diagnostic
    equipment and software that monitors conditions,
    while neglecting basic maintenance activities.
  • It is impossible, however, to predict optimal
    service intervals in an environment where
    accelerated deterioration and operating errors
    are unchecked.
  • Tokutarõ Suzuki dalam bukunya TPM for Process
    Industries menempatkan predictive maintenance
    pada tahap akhir dari 4 tahap kegiatan yang harus
    dilakukan dalam rangka mencapai kondisi zero
    breakdown.

24
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
  • Tahap 1. Stabilkan Interval Kegagalan
  • Kembalikan mesin ke kondisi dasarnya dengan
    membersihkan, melumas, dan mengencangkan,
  • Selidiki kejanggalan (abnormality) dan eliminasi
    deteriorasi,
  • Klarifikasi, kaji dan perjelas tentang ada pada
    kondisi apa pelaksanaan operasi saat ini dan
    penuhi syarat penggunaannya (konteks operasi),
  • Eliminasi lingkungan penyebab percepatan
    deteriorasi (eliminasi atau kendalikan sumber
    pencemar atau sumber kontaminasi),
  • Bangun standar inspeksi harian dan pelumasan
    rutin,
  • Tingkatkan kontrol visual yang ekstensif,
  • Tahap 2. Perpanjang Jam Operasi Mesin
  • Evaluasi peralatan untuk memilih bagian-bagian
    yang akan dilakukan perawatan intensif (buat
    prioritas tugas),
  • Gunakan Pareto untuk merinci peringkat kegagalan
    yang paling serius,
  • Cegah kegagalan utama jangan sampai terulang
    kembali,
  • Koreksi kelemahan rancangan mesin,
  • Eliminasi kegagalan tak terduga dengan
    menghindarkan kesalahan operasi dan reparasi,
  • Tingkatkan ketrampilan mengeset dan mengadjust,

25
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Tahap 3. Secara Sistematis Menghilangkan
    Deteriorasi
  • Bangun sistem perawatan periodik
  • laksanakan service periodik
  • laksanakan inspeksi periodik
  • bangun standar kerja
  • kendalikan suku cadang
  • komputerisasikan informasi perawatan
  • Kenali tanda-tanda kejanggalan yang terjadi pada
    proses dan deteksi kejanggalan-kejanggalan
    tersebut secara lebih dini
  • Tangani kejanggalan-kejanggalan dengan benar
  • Tahap 4. Prediksi Umur Mesin
  • Bangun sistem perawatan predictive
  • Latih pelaku diagnostik peralatan
  • Perkenalkan teknik-teknik diagnostik peralatan
  • Konsolidasi peningkatan kegiatan
  • Laksanakan analisis kegagalan yang canggih
    menggunakan teknik-teknik engineering yang khas
  • Perpanjang umur mesin dengan menggunakan material
    dengan kemampuan yang lebih lanjut dan terapkan
    sebisa mungkin teknologi baru

26
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Jadi secara teknis praktis Langkah Pertama dan
    Kedua untuk bisa mencapai Kondisi ProActive yang
    sebenarnya yang ada pada langkah Ketiga harus
    dapat diterapkan dengan baik. Ini semua dapat
    berlangsung apabila organisasinya merupakan
    Learning Organization yaitu suatu organisasi yang
    akan selalu ada dalam proses
  • mencipta (creating),
  • mengakuisisi (acquiring),
  • mentransfer (transferring), dan
  • mempertahankan (retaining) pengetahuan
    (knowledge) dan
  • melakukan modifikasi (modifying) perilaku yang
    ada saat ini (current behaviour) untuk
    meningkatkan efisiensi (to increase efficiency).
  • Organizational Learning itu sendiri merupakan
    suatu proses yang memungkinkan suatu organisasi
    untuk dapat menggunakan dengan lebih baik
    pengetahuan (knowledge) dari para anggautanya
    dalam membuat keputusan bisnis. Pada organisasi
    yang konvensional, keputusan-keputusan biasanya
    didasarkan pada perspektif manajemen dengan tidak
    memperhitungkan (mengikutsertakan)
    anggauta-anggauta organisasi lainnya. Suatu
    bisnis yang menggunakan Organizational Learning
    mengakui nilai tambah dengan memasukkan seluruh
    anggautanya dalam proses pengambilan keputusan.

27
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Organizational Learning telah berkembang menuju
    suatu metodologi dengan mana bisnis memfasilitasi
    kolaborasi di dalam organisasi itu sendiri untuk
    berkonsentrasi pada continuous improvement.
    Organisasi yang menerapkan filosofi ini disebut
    sebagai Learning Organization. Suatu Learning
    Organization mengakui bahwa suatu bisnis terdiri
    dari orang yang memiliki komitmen dari seluruh
    yang ada di organisasi untuk mendapatkan
    tujuan-tujuan organisasi yang terbaik.
  • Melalui Organizational Learning suatu organisasi
    mendapatkan pengetahuan dan mengembangkan
    ketrampilan untuk memperkuat anggauta-anggautanya
    untuk bekerja dalam suatu team yang kohesif
    (solid).
  • Tabel berikut mengidentifikasikan beberapa dari
    perbedaan-perbedaan yang mendasar antara
    Organisasi Konvensional dan Learning Organization.

28
Konsep Menuju World Class Maintenance
29
Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Langkah pertama untuk menerapkan Organizational
    Learning adalah memberi dorongan ke seluruh
    anggauta organisasi untuk secara
    berkesinambungkan belajar dengan memberi imbalan
    bagi anggauta-anggauta yang meningkat
    kompetensinya. Pemahaman akan bagaimana orang
    belajar merupakan kunci untuk mengimplementasikan
    suatu sistem yang efektif. Adaptive learning
    merupakan proses belajar yang reaktif terhadap
    perubahan dan didasarkan pada aturan dan
    struktur. Sebaliknya, proactive learning berjalan
    melampaui reaktif dan terjadi apabila selalu
    bersedia untuk melakukan perubahan-perubahan.
    Implementasi dari Organizational Learning
    membutuhkan insentif untuk mendorong pelaksanaan
    proactive learning.
  • Langkah kedua dalam mengimplementasikan
    Organizational Learning adalah untuk menerapkan
    Team Learning dimana orang-orang bersedia dan
    mampu untuk bekerjasama untuk membangun mindsets
    baru dan mentransfer pengetahuan melalui
    organisasi tersebut.
  • Pada langkah ketiga, Organizational Learning
    mensyaratkan agar organisasi menggunakan
    pengetahuan yang makin meningkat untuk
    menciptakan peluang-peluang pasar yang baru.

30

Konsep Menuju World Class Maintenance
  • Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya,
    pengembangan Organizational Learning membutuhkan
    kemampuan untuk mencipta (creating),
    mengakuisisi (acquiring), mentransfer
    (transferring), dan mempertahankan (retaining)
    pengetahuan (knowledge) dan melakukan modifikasi
    (modifying) perilaku yang ada saat ini (current
    behaviour) untuk meningkatkan efisiensi (to
    increase efficiency).
  • Pengetahuan didapat dari berbagai sumber di dalam
    maupun dari luar organisasi. Orang yang bekerja
    dalam organisasi memahami kebutuhan sehari-hari
    dan memiliki dasar-dasar pengetahuan yang
    dibutuhkan untuk membantu manager sewaktu mencoba
    menyelesaikan masalah-masalah. Memanfaatkan
    sumber daya manusia bersama-sama dengan kemampuan
    manajer untuk mengenal dan menginterpretasikan
    pengetahuan adalah kritis. Juga sangat penting
    terjadinya alih pengetahuan apabila seseorang
    meninggalkan organisasi sehingga pengetahuan
    tersebut tinggal dan tidak hilang.
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com