ADSORPTION - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

ADSORPTION

Description:

ADSORPTION Pengantar Adsorpsi adalah proses akumulasi suatu zat dipermukaan Molekul gas akan teradsorp dipermukaan karena adanya gaya tarik antarmolekuler ... – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:881
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 70
Provided by: addyrachm
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: ADSORPTION


1
ADSORPTION
2
Pengantar
  • Adsorpsi adalah proses akumulasi suatu zat
    dipermukaan
  • Molekul gas akan teradsorp dipermukaan karena
    adanya gaya tarik antarmolekuler seperti van der
    waals
  • Jumlah zat yang teradsorp tergantung pada
    beberapa parameter, parameter terpenting adalah
    tekanan parsial molekul P
  • Dipermukaan derajat kebebasan rotasional dan
    vibrasional molekul biasanya akan tereduksi
  • Beberapa molekul berdifusi secara lateral atau
    mungkin bereaksi dipermukaan.
  • Sifat ini sangat penting untuk memahami katalisis
  • Laju adsorpsi dan desorpsi akan menentukan
    besarnya kesetimbangan dipermukaan

3
Definisi
  • Adsorbate adalah materi yang berada dalam keadaan
    teradsorp
  • Zat yang akan diadsorp (sebelum berada
    dipermukaan) disebut adsorpt atau adsorptive
  • Zat dimana proses adsorpsi terjadi dinamakan
    adsorbent

4
Adsorbent, adsorpt dan adsorbate
5
Definisi
  • Jumlah zat yang akan teradsorp di permukaan
    digambarkan oleh fungsi adsorpsi ? ?(P, T) yang
    ditentukan secara eksperiment
  • Grafik antara ? vs P pada temperatur konstan
    disebut isoterm adsorpsi
  • Untuk lebih memahami adsorpsi dan jumlah
    teradsorp biasanya diturunkan persamaan isoterm
    adsorpsi yang disesuaikan dengan model teoritis
    yang digunakan
  • Semua gas, teradsorp dibawah temperatur kritis
    karena adanya gaya tarik van der waals
  • Secara umum ketika adsorpsi didominasi oleh
    interaksi fisik ketimbang ikatan kimia, maka
    istilah yang umum adalah fisisorpsi

6
Fisisorpsi
  • Energi sublimasi berada pada kisaran 20 40
    kJ/mol
  • Adsorbate relatif masih bebas berdifusi
    dipermukaan dan berotasi
  • Struktur molekul solid tidak berubah akibat
    fisisorpsi kecuali untuk beberapa padatan
    molekuler mis. Parafin dan polimer
  • Kesetimbangan adsorpsi cepat tercapai, saat
    tekanan diturunkan gas terdesorp secara
    reversibel (kecuali pada padatan berpori)

7
Kemisorpsi
  • Energi sublimasi berkisar 100 400 kJ/mol
  • Seringkali ada sisi ikat spesifik (specific
    binding sites) adsorbate relatif immobil dan
    biasanya tidak berdifusi dipermukaan
  • Walau pada padatan kovalen atau logam sering
    terjadi surface reconstruction
  • Akibat ikatan yang kuat, eksperimen pada UHV
    dimungkinkan karena molekul tidak mengalami
    desorpsi

8
  • Oksidasi dapat dipandang sebagai kemisorpsi
    oksigen
  • Nikel dan Silikon teroksidasi pd temperatur
    ruang, oksida yang dihasilkan membentuk layer
    yang stabil secara termodinamik dan melindungi
    (passivates) material murni dibawahnya
  • Contoh lain adalah oksidasi alumunium yang
    menghasilkan logam yang sangat keras dengan
    ketebalan lapisan Al2O3 100 nm

9
Waktu Adsorpsi
  • Parameter berguna dalam mengkarakterisasi
    adsorpsi adalah waktu adsorpsi
  • Jika molekul menabrak permukaan (misal tidak ada
    gaya yg bekerja), ia akan terpantul secara
    elastis dengan energi yang sama, tidak ada
    transfer energi antara molekul gas dan permukaan
  • Konsekuensinya hot molekul tidak cool down saat
    menabrak permukaan dingin.
  • Waktu tinggal dipermukaan dapat diestimasi dengan
    persamaan

10
  • Dimana ?x ketebalan daerah permukaan dan ?x
    rerata kecepatan normal terhadap permukaan
  • Misal N2 pada 25oC, ?x 1 Å, ?x 300 m/s, ?
    7 x 10-13 s
  • Ini berada pada kisaran periode vibrasi 10-13 s
  • Adanya gaya tarik antara molekul dan permukaan
    meningkat waktu tinggal molekul di permukaan
  • ? ?0.eQ/kBT, dimana ?0 10-13, 10-12 s. Q
    adalah panas adsorpsi

11
  • Panas adsorpsi lebih dari 10 kJ/mol menunjukkan
    tidak ada adsorpsi dan waktu tinggal dibawah 10
    ps.
  • Q 40 kJ/mol karaktersitik untuk fisisorpsi
  • Molekul yang teradsorpsi secara kimia (Q ? 100
    kJ/mol) tidak meninggalkan permukaan
  • Parameter penting lainnya adalah koefisien
    akomodasi, didefinisikan oleh temperatur molekul
    sebelum tabrakan T1, temperatur permukaan T2 dan
    temperatur molekul yang dipantulkan T3.

12
  • Untuk pantulan elastik, kecepatan rerata molekul
    sebelum dan setelah menabrak permukaan adalah
    sama sehingga temperatur T1 T3 dan ? 0
  • Jika molekul tinggal lama di permukaan, ia akan
    memiliki temperatur yang sama dengan permukaan
    setelah desorpsi T2 T3 dan ? 1
  • Sehingga koefisien akomodasi mengukur seberapa
    banyak energi ditransfer sebelum molekul
    meninggalkan adsorbent kembali.

13
Klasifikasi Isoterm Adsorpsi
  • Tergantung pada kondisi fisikokimia, beberapa
    jenis isoterm adsorpsi teramati secara eksperimen
  • Ada 8 jenis yang umum dijumpai yang paling
    sederhana adalah tipe A yaitu kenaikan linier
    diuraikan oleh persamaan isoterm adsorpsi Henry
  • ? KH.P
  • KH konstanta (mol m-2 Pa-1) untuk gas dan
    (L/m2) untuk larutan

14
Jenis Isoterm Adsorpsi
15
  • Tipe B sangat umum dengan grafik melengkung
    terhadap absis (sumbu x)
  • Kebanyakan permukaan bersifat heterogen
  • Terdapat beberapa adsorption sites yang memiliki
    high affinity dan daerah yang memiliki low
    affinity
  • High affinity sites akan terisi lebih dahulu yang
    teramati kenaikan tajam pada tekanan rendah
  • Penjelasan lain terkadang adanya tolakan lateral
    antar molekul teradsorp
  • Tipe isoterm adsorpsi ini diuraikan oleh persaman
    isoterm adsorpsi Freundlich
  • ? KF.Pq, KF q (q lt 1) adalah konstanta

16
  • Tipe C disebut tipe Langmuir karena dapat
    diuraikan oleh persamaan isoterm adsorpsi
    Langmuir
  • Dimana ? adalah relative coverage dan KL
    konstanta Langmuir. ?mon jumlah teradsorp
    maksimum untuk isoterm Langmuir monolayer
  • Isoterm adsorpsi tipe C dikarakterisasi dengan
    kejenuhan pada konsentrasi tinggi
  • Alasan bagi hal ini adalah permukaan tertutup
    seluruhnya oleh molekul teradsorp
  • Isoterm Langmuir teramati pada adsorpsi dari
    larutan dan jarang untuk adsorpsi gas
  • Tipe adsorpsi ini juga teramati pada material
    berpori, saat semua pori terisi, isoterm akan
    jenuh

17
  • Isoterm sigmoidal (tipe D) mengindikasikan efek
    cooperative
  • Satu molekul terikat pada permukaan akan lebih
    baik jika dapat berinteraksi dengan neighboring
    adsorbed molecule
  • Konsekuensi dari interaksi lateral ini terjadi
    kondensasi 2 dimensi
  • Agar isoterm sigmoid ini teramati dibutuhkan
    adsorbent flat dan homogen

18
  • Tipe E umum untuk adsorpsi gas
  • Biasanya lengkung pertama berasal dari adsorpsi
    monolayer
  • Untuk tekanan lebih tinggi, semakin banyak layer
    teradsorp diatas layer pertama
  • Hingga, jika tekanan mencapai tekanan uap jenuh,
    kondensasi akan memicu lapisan tebal secara
    makroskopis
  • Tipe ini dapat dijelaskan oleh persamaan isoterm
    adsorpsi BET

19
  • Tipe F akan terjadi jika ikatan monolayer pertama
    ke adsorbent lebih lemah dibanding ikatan molekul
    terhadap molekul yang lebih dulu teradsorp
  • Ini terjadi jika panas adsorpsi lebih rendah
    panas kondensasi
  • Tipe G adalah isoterm adsorpsi afinitas tinggi.
    Molekul terikat sangat kuat sehingga tidak ada
    yang tersisa yang dapat dideteksi pada larutan
    atau fasa gas
  • Perbedaan dengan tipe Langmuir ada pada aspek
    kuantitatif bukan secara kualitatif
  • Tipe ini teramati pada adsorpsi oleh polimer atau
    protein dalam larutan

20
  • Isoterm tipe H (seperti anak tangga) teramati
    pada material berpori dan dicirikan oleh inhibisi
    kedua
  • Pada tekanan rendah lapisan tunggal monolayer
    teradsorpsi dipermukaan seperti pada Langmuir
  • Pada tekanan intermediate, multilayer mulai
    terbentuk dan pori-pori telah terisi
  • Kejenuhan pada tekanan tinggi disebabkan oleh
    reduksi surface area efektif setelah pori-pori
    telah terisi penuh

21
Presentasi Isoterm Adsorpsi
  • Suatu isoterm adsorpsi adalah grafik dari jumlah
    teradsorp versus tekanan fasa uap (atau
    konsentrasi jika adsorpsi dari larutan)
  • Jumlah teradsorp dapat diuraikan oleh berbagai
    variabel diantaranya surface excess ? dalam
    mol/m2
  • Kita menggunakan konvensi Gibbs (volume
    interfacial excess V? 0) untuk solid, Gibbs
    dividing plane ditempatkan dipermukaan solid
  • Sehingga hubungan antara jumlah mol teradsorp N?
    dengan surface excess adalah
  • ? N?/A A total surface area

22
  • Adsorpsi sering juga dipelajari menggunakan
    powder atau porous material karena total surface
    areanya besar dengan jumlah adsorbent sedikit
  • Dalam eksperimen seperti itu, diukur volume (V)
    atau massa (m V/?) teradsorp per gram adsorbent
  • Model teoritis biasanya digunakan untuk
    menghitung adsorpsi per surface area
  • Dalam membandingkan model teoritis dengan hasil
    adsorpsi secara eksperimen perlu diketahui
    specific surface area
  • Specific surface area ? (m2/kg) adalah surface
    area per kg adsorbent
  • Jika ini telah diketahui maka luas dapat dihitung
    A mad? dimana mad massa adsorbent

23
Termodinamika Adsorpsi
  • Panas adsorpsi adalah sifat penting karena
    memberikan informasi dari sudut pandang driving
    force dari adsorpsi
  • Pertama-tama besaran integral energi

24
  • Energi molar integral adsorpsi adalah selisih
    energi antara N? mol gas teradsorp Um? (per mol)
    dan jumlah yang sama bebas di fasa gas Umg
  • Enthalpi molar integral adsorpsi dan entropi
    molar integral adsorpsi didefinisikan
    sepertihalnya energi molar integral
  • Selisih energi dan enthalpi adsorpsi biasanya
    kecil, jika kita perlakukan gas secara ideal maka
    selisih ?adUmint ?adHmint RT pada 25oC
    sekitar 2,4 kJ/mol

25
  • Secara eksperimen penentuan energi disesuaikan
    dengan kondisi alat
  • Pada kondisi volume konstan ?adUmint sama dengan
    panas adsorpsi total
  • Pada kondisi diatas gas reservoir dengan volume
    konstan dihubungkan dengan reservoir adsorbent
    volume konstan keduanya dicelupkan dalam sel
    kalorimetrik yang sama
  • Volume total akan sama dan tidak ada kerja volume
  • Panas yang ditukarkan sama dengan energi molar
    integral dikali jumlah gas teradsorp
  • Q ?adUmint . N?

26
  • Secara umum ?adUmint negatif (jika tidak zat
    tidak akan mengadsorp) dan panas dilepaskan
    selama proses adsorpsi

27
  • Sebagian besar eksperimen kalorimetrik dilakukan
    pada tekanan konstan, dengan menggerakkan piston
    tekanan dalam sel meningkat dan panas yang
    dilepaskan diukur
  • Dalam kasus ini panas yang dipertukarkan sama
    dengan enthalpi integral adsorpsi
  • Q ?adHmint . N?
  • Entropi molar integral adsorpsi diukur dengan
    hubungan termodinamika umum

28
Kuantitas Differensial Adsorpsi
  • Kuantitas integral merujuk pada fakta bahwa gas
    teradsorp melibatkan jumlah totalnya
  • Energi molar differensial adsorpsi ditentukan
    hanya oleh last infinitesimal jumlah teradsorp,
    didefinisikan

29
  • Ug adalah total energi dalam gas bebas
  • Karena jumlah teradsorp biasanya kecil dibanding
    jumlah total gas di reservoir maka sifat gas
    bebas tidak berubah secara signifikan selama
    adsorpsi sehingga dUg/dN? Umg
  • Persamaan ini mencakup perubahan energi permukaan
    dalam selama adsorpsi dari jumlah infinitesimal
    gas pada temperatur konstan dan total surface area

30
  • Kita harus membedakan antara kuantitas integral
    dan diferensial karena energi berubah dengan
    jumlah teradsorp, ada 3 kasus
  • Pertama sebagian besar surface energetically
    heterogen dan ada binding sites dengan high
    energy binding yang pertama ditempati
  • Kedua, monolayer pertama memiliki binding energy
    berbeda dengan layer berikutnya karena adsorpsi
    didominasi oleh interaksi solid adsorbent dengan
    molekul gas
  • Untuk layer kedua interaksi antara molekul gas
    teradsorp dengan molekul gas sangat penting
  • Ketiga, jika molekul berinteraksi secara lateral
    dengan neighboring molekul di permukaan, secara
    energetik lebih disukai molekul teradsorp pada
    surface yang secara parsial tertutupi

31
(No Transcript)
32
  • Adsorpsi fisik gas pada padatan hampir selalu
    digerakkan secara enthalpi atau enthalpically
    driven (?adHmdif lt 0)
  • Adsorpsi yang entropically driven bisa juga
    terjadi namun biasanya entropi molekul
    dipermukaan lebih kecil dibanding fasa gas
  • Hal ini terjadi karena derajat kebebasan vibrasi,
    rotasi dan translasi menjadi terbatasi/restricted

33
Example 9.1
34
  • Pada tekanan sangat rendah (P/Po lt 0,1) isoterm
    adsorpsi naik dengan tajam. Molekul teradsorpsi
    menemukan banyak binding sites yang kosong.
    Sejumlah kecil molekul dipermukaan memiliki
    peluang terikat pada strong binding sites di
    grain boundaries
  • Hal ini bisa dilihat dari kalor adsorpsi
    differensial, pada coverages dibawah 0,3 ?mol/m2,
    kalor adsorpsi menunjukkan maksimal

35
  • Monolayer coverage dicapai pada tekanan P/Po
    0,1. pada titik ini slope tajam dari isoterm
    adsorpsi berakhir
  • Untuk monolayer pertama, kalor adsorpsi yang
    konstan (secara umum) akan teramati pada 43
    kJ/mol
  • Nilai ini sekitar 0,9 kJ/mol lebih tinggi
    dibanding panas kondensasi benzene

36
  • Pada tekanan tinggi (P/Po gt 0,1) mulai terbentuk
    multilayer. Didaerah multilayer ini slope kurva
    naik tajam lagi sejalan dengan kenaikan tekanan
  • Untuk P ? Po layer teradsorp akan sangat tebal
    karena terjadi kondensasi makroskopik
  • Kalor adsorpsi differensial sedikti diatas panas
    kondensasi tetapi lebih kecil (secara signifikan)
    dibanding nilai pada monolayer pertama

37
Model Adsorpsi Isoterm Adsorpsi Langmuir
  • Langmuir mengasumsikan bahwa dipermukaan ada
    sejumlah tertentu binding sites per unit area S.
    S memiliki satuan mol/m2 (atau m-2)
  • Diantara binding sites ini ada S1 yang ditempati
    oleh adsorbate sehingga So S S1 akan
    kosong/belum terisi
  • Laju adsorpsi dalam mol per detik dan per unit
    area berbanding lurus terhadap jumlah binding
    sites kosong So dan tekanan kadPSo
  • Laju desorpsi berbanding lurus dengan jumlah
    molekul teradsorp S1 dan sama dengan kdeS1 dimana
    kde konstanta

38
Skema Model Adsorpsi Langmuir
39
  • Saat setimbang, laju adsorpsi sama dengan laju
    desorpsi sehingga
  • kdeS1 kadPSo kadP(S S1)
  • ? kdeS1 kadPS1 kadPS
  • ? S1/S kadP/(kde kadP)
  • S1/S adalah coverage ? dimana KL kad/kde
    sehingga persamaan Langmuir menjadi

40
  • Tipikal isoterm adsorpsi Langmuir ditunjukkan
    oleh gambar 9.6 untuk konstanta Langmuir yang
    berbeda
  • Jika adsorpsi melibatkan larutan maka tekanan P
    diganti dengan konsentrasi c

41
  • Alternatif persamaan isoterm adsorpsi Langmuir
    dapat juga ditulis dalam jumlah teradsorp mol per
    gram surface area
  • Disini ?mon adalah jumlah mol teradsorp per gram
    atau per unit area subtrat saat semua binding
    sites ditempati dan monolayer molekul terbentuk
  • ?mon berkaitan dengan surface area yang ditempati
    oleh satu molekul teradsorp ?A dengan persamaan
    ?mon ?/(N0?A) atau

42
  • Alternatif persamaan isoterm adsorpsi Langmuir
    dapat juga ditulis dalam jumlah teradsorp mol per
    gram surface area
  • Disini ?mon adalah jumlah mol teradsorp per gram
    atau per unit area subtrat saat semua binding
    sites ditempati dan monolayer molekul terbentuk
  • ?mon dihubungkan dengan surface area yang
    ditempati oleh satu molekul teradsorp ?A dengan
    persamaan ?mon ?/(N0?A) atau ?mon 1/(N0?A)

43
  • Untuk konstanta Langmuir didapat

44
  • Harus diingat Laju adsorpsi terhitung adalah
    batas atas, ini bisa digunakan untuk menghitung
    laju kondensasi liquid
  • Koefisien kondensasi atau sticking probability
    adalah rasio antara kondensasi aktual dengan
    batas atas. Nilai ini bisa diukur dengan
    ekperimen molecular beam
  • Untuk N2 pada tungsten sticking probability pada
    27oC sebesai 0,61. O2 pada es 200 K hampir satu

45
  • Persamaan Langmuir memiliki persyaratan kondisi
    antara lain
  • Molekul terikat pada well determined binding
    sites pada adsorbent
  • Tiap-tiap binding sites hanya dapat mengikat satu
    molekul
  • Energi ikat/binding tidak tergantung pada adanya
    molekul lain yang terikat

46
Isoterm Adsorpsi BET
  • Pada Langmuir, adsorpsi maksimal adalah
    monolayer, isoterm ini akan jenuh pada tekanan
    tinggi
  • Kondisi ini tidak realistik untuk beberapa kasus
    sehingga untuk mengakomodasi multilayer,
    Brunauer, Emmett dan Teller mengembangkan teori
    Langmuir menjadi isoterm adsorpsi BET.
  • Ide dasar dari isoterm adsorpsi BET adalah asumsi
    isoterm Langmuir pada tiap-tiap layer

47
  • Dalam isoterm BET diasumsikan bahwa kalor
    adsorpsi layer pertama memiliki nilai tertentu Q1
    dan untuk semua layer setelahnya dianggap kalor
    adsorpsi Qi berkorelasi dengan kalor kondensasi
    liquid
  • Kondisi lainnya adalah adsorpsi dan desorpsi
    hanya terjadi antara vapor dan surface
  • Molekul teradsorp tidak dimungkinkan bergerak
    dari satu layer ke layer yang lain
  • Pada kesetimbangan laju desorpsi tiap-tiap layer
    sama dengan laju adsorpsi

48
Model BET untuk Adsorpsi
49
Laju Adsorpsi dan Desorpsi
  • Adsopsi ke vacant surface sites kad1PS0
  • Desorpsi dari layer pertama a1S1e-Q1/RT
  • Adsorpsi ke layer ke-i kadiPSi-1
  • Desorpsi dari layer ke-i aiSie-Qi/RT
  • Dimana a1 dan ai adalah faktor frekuensi seperti
    halnya 1/?0 sehingga didapat

50
  • Dimana n adalah jumlah total mol teradsorp per
    unit area, nmon adalah jumlah mol teradsorp dalam
    satu monolayer penuh per unit area (masing-masing
    binding sites terisi satu molekul)
  • P0 tekanan uap saat kesetimbangan dan
  • Persamaan 9.37 menunjukkan n/nmon tak berhingga
    saat P/P0 ? 1 hal ini terjadi karena adanya
    kondensasi

51
  • Isoterm adsorpsi BET cukup luas digunakan, ada 2
    parameter yang biasa ditentukan
  • Maka
  • Penting untuk dicermati bahwa ? P/P0

52
Pentingnya Paramater C
  • Grafik berikut menunjukkan bagaimana isoterm BET
    sangat tergantung pada parameter C
  • Untuk C tinggi, binding molekul uap/gas langsung
    ke surface adalah kuat dibanding gaya antar
    molekuler
  • Oleh karenanya, pada tekanan rendah isoterm
    Langmuir akan diperoleh, hanya pada tekanan
    tinggi, molekul mulai membentuk multilayer
  • Untuk nilai C yang rendah molekul lebih suka
    binding antar mereka saat binding energy ke
    surface rendah
  • Sehingga monolayer pertama hanya terbentuk pada
    tekanan relatif tinggi, sekali terbentuk akan
    lebih mudah untuk molekul berikutnya teradsorp

53
Gambar 9.9
54
Adsorpsi pada Permukaan Heterogen
  • Surface biasanya tidak sepenuhnya homogen,
    beberapa faktor penyebabnya adalah
  • different crystal faces
  • adanya cacat dan deviasi lainnya
  • adanya jenis zat yang berbeda misal pada steel
    (Fe, C, Ni, Co) atau pada gelas (SiO2, B, Na, K)
    yang masing-masing memiliki konsentrasi
    berbeda-beda dipermukaan

55
  • Pada permukaan heterogen, binding energy suatu
    adsorbat umumnya tidak memiliki nilai tertentu
    tapi ada distribusi binding energy
  • Probabilitas menemukan binding site pada interval
    energi Q Q dQ diuraikan oleh fungsi distribusi
    ?(Q)dQ
  • Adsorpsi teramati secara eksperimen adalah jumlah
    semua peristiwa adsorpsi pada semua jenis binding
    sites

56
  • Pada temperatur tertentu, coverage didefinisikan
  • Untuk isoterm adsorpsi pada well determined
    homogeneous part ?H(Q,P) biasa digunakan
    persamaan Langmuir

57
  • Isoterm adsorpsi Freundlich diturunkan dari
    distribusi adsorpsi eksponensial berdasarkan ?(Q)
    ? e-Q/Q dengan asumsi perilaku Langmuir untuk ?H
  • Q adalah konstanta yang mencirikan distribusi
    energi adsorpsi
  • Persyaratan dalam menurunkan persamaan ini adalah
    Q gt kBT

58
Teori Potensial Polanyi
  • Polanyi melakukan pendekatan berbeda untuk
    menjelaskan fenomena adsorpsi
  • Dia mengasumsikan molekul dekat permukaan
    merasakan potensial (seperti halnya gravitasi
    bumi) akibat gaya tarik van der waals
  • Potensial ini menekan gas dekat permukaan secara
    isotermal, saat tekanan lebih tinggi dari tekanan
    uap setimbang, gas akan terkondensasi

59
  • Jumlah mol teradsorp per unit area didefinisikan
    oleh persaman
  • Dimana xf jumlah mol teradsorps per unit area,
    VmL volume molar liquid, C ? ??BCAB/3 dan D0
    jarak atau jari-jari molekul

60
Contoh 9.3
61
Which one is best?
  • Teori mana yang cocok untuk aplikasi tertentu?
  • Teori adsorpsi Henry aplicable pada tekanan
    rendah
  • Isoterm adsorpsi yang luas dipakai adalah
    persamaan BET, biasanya cocok dengan hasil
    eksperimen untuk 0,05 lt P/P0 lt 0,35
  • Untuk tekanan yang sangat kecil, fitting kurang
    sempurna karena adanya heterogenitas
  • Untuk tekanan tinggi, teori potensial lebih
    cocok, setidaknya untuk adsorbent homogen dan
    flat. Juga dapat digunakan pada nilai P/P0 dari
    0,1 sd 0,8
  • Untuk P/P0 gt 0,35 adsorpsi didominasi oleh
    material berpori.

62
Prosedur Pengukuran Luas Permukaan Spesifik
  • Untuk semua eksperimen dengan porous material
    atau powder, kita perlu mengetahui luas permukaan
    spesifik
  • Biasanya luas permukaan spesifik ditentukan dari
    eksperimen adsorpsi
  • Jika adsorpsi suatu sampel dapat dijelaskan
    dengan Langmuir, dari fitting hasil eksperimen
    kita peroleh ?mon dalam satuan mol/g
  • Lalu kita asumsikan nilai yang rasional untuk
    cross sectional area dari satu gas ?A dan
    diperolehlah luas permukaan spesifik
  • ? ?mon?ANA

63
  • Pada sebagian besar aplikasi praktis, isoterm
    adsorpsi BET lebih sering digunakan karena dapat
    difiiting lebih baik
  • Pertama-tama kita mengukur isoterm adsorpsi massa
    tertentu adsorbent kemudian mem-fittingkannya
    dengan persamaan BET
  • Biasanya model BET menguraikan adsorpsi untuk
    0,05 lt P/P0 lt 0,35 dengan cukup baik
  • Sebagai hasil pengukuran kita akan memperoleh
    volume gas teradsorp Vad yang jika kita ketahui
    tekanan dan temperatur maka akan lebih membantu
  • Biasanya digunakan kondisi standard untuk T P

64
  • Untuk analisis kita harus mentransformasi
    persamaan adsorpsi BET, mula-mula kita tuliskan
    jumlah mol teradsorp dengan volume n/nmon
    Vad/Vadmon,dimana Vadmon adalah volume gas yang
    dibutuhkan untuk memperoleh satu monolayer
    lengkap
  • Dengan mengatur ulang persamaan akan diperoleh

65
  • Untuk analisis kita harus mentransformasi
    persamaan adsorpsi BET, mula-mula kita tuliskan
    jumlah mol teradsorp dengan volume n/nmon
    Vad/Vadmon,dimana Vadmon adalah volume gas yang
    dibutuhkan untuk memperoleh satu monolayer
    lengkap
  • Dengan mengatur ulang persamaan akan diperoleh
  • Dari slope dan intersep, maka C dan Vadmon dapat
    ditentukan

66
Adsorpsi pada padatan berpori - Histeresis
  • Dalam aplikasi praktis sebagian besar material
    industri dan alam memiliki pori. Berdasarkan
    rekomendasi IUPAC pori diklasifikasikan menjadi
  • Makropori, memiliki diameter besar dari 50 nm.
    Makropori demikian lebarnya sehingga gas
    seolah-olah teradsorp di permukaan flat
  • Mesopori berada pada range 2-50 nm, kondensasi
    kapiler sering mendominasi pengisian mesopori,
    dibawah temperatur kritis terbentuk multilayer.
    Pori disatu sisi membatasi jumlah layer, namun
    disisi lain dapat mendorong kondensasi kapiler
  • Mikropori kecil dari 2 nm. Dalam mikropori,
    struktur fluida teradsorp berbeda dengan struktur
    makroskopis ruah. Liquid yang terjebak merupakan
    objek penelitian yang intens karena memiliki
    sifat-sifat unik. Contoh materialnya adalah zeolit

67
  • Adsorpsi pada porous material biasa dicirikan
    dengan histeresis dalam perilaku adsorpsi
  • Fenomena ini teramati saat setelah proses
    adsorpsi. Eksperimen desorpsi dilakukan dengan
    menurunkan tekanan secara progresiv dari nilai
    maksimumnya hingga isoterm desorpsi terukur
  • Selama proses desorpsi, fasa liquid menguap dari
    pori. Isoterm desorpsi tidak mengikuti jalur yang
    sama dengan adsorpsi tapi berada diatasnya
  • Biasanya isoterm lebih datar dengan nilai P/P0
    tinggi karena pengisian pori menurunkan available
    surface area

68
Gambar 9.14
69
Gambar 9.15
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com