Title: KONSEP SPIRITUAL DALAM KEPERAWATAN
1KONSEP SPIRITUAL DALAM KEPERAWATAN
2PENDAHULUAN
- Perawat sebagai tenaga kesehatan yang
professional mempunyai kesempatan paling besar
untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif
dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar
yang holistik.
3.
- Perawat memandang klien sebagai makhluk
bio-psiko-sosiokultural dan spiritual yang
berespon secara holistik dan unik terhadap
perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis.
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat
tidak bisa terlepas dari interaksi perawat dengan
klien.
4.
- Perawat berupaya untuk membantu memenuhi
kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari
kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan
memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien
tersebut, walau pun perawat dan klien mempunyai
keyakinan spiritual atau keagamaan yang - tidak sama.
5PENGERTIAN
- Spiritualitas, keyakinan dan agama merupakan hal
yang terpisah, walau pun seringkali diartikan
sama. Pemahaman tentang perbedaan antara tiga
istilah tersebut sangat penting bagi perawat
untuk menghindarkan salah pengertian yang akan
mempengaruhi pendekatan yang digunakan perawat.
6Menurut Burkhardt (1993)
- spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut
- a.Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui
atau ketidakpastian dalam kehidupan. - b.Menemukan arti dan tujuan hidup.
- c.Menyadari kemempuan untuk menggunakan sumber
dan kekuatan dalam diri sendiri. - d.Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri
sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.
7Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995 Murray
Zetner, (1993).
- Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan
keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar,
berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan
ketika sedang menghadapi stress emosional,
penyakit fisik, atau kematian. Kekuatan yang
timbul diluar kekuatan Manusia
8Mickley et al (1992)
- menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang
multidimensi, yaitu dimensi ekstensial dan
dimensia agama. Dimensi ekstensial berfokus pada
tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi
agama lebih berfokus pada hubungan seseorang
dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.
9Stoll (1989)
- selanjutnya menguraikan bahwa spiritualitas
sebagai konsep dua dimensi dimensi vertikal
adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha
Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang,
sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan
seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain
dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang
terus menerus antara dua dimensi tersebut.
10(Carson, 1989).
- Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk
mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan
memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk
mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai,
menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan
11Kesimpulan
- kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk
mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan,
dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan
maaf.
12Kepercayaan (faith)
- Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti
mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap
sesuatu atau seseorang. Secara umum agama atau
keyakinan spiritual merupakan upaya seseorang
untuk memahami tempat seseorang di dalam
kehidupan, yaitu bagaimana seseorang melihat
dirinya dalam hubungannya dengan lingkungan
secara menyeluruh
13Agama
- merupakan suatu sistem ibadah yang terorganisir
atau teratur. Agama mempunyai keyakinan sentral,
ritual, dan praktik yang biasanya berhubungan
dengan kematian, perkawinan dan
keselamatan/penyelamatan (salvation). Agama
mempunyai aturan-aturan tertentu yang
diprakktikan dalam kehidupan sehari-hari yang
memberikan kepuasan bagi yang menjalankannya.
Perkembangan keagamaan individu merujuk pada
penerimaan keyakinan, nilai, aturan dan ritual
tertentu
14KARAKTERISTIK SPIRITUALITAS
15- Untuk memudahkan dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan memperhatikan kebutuhan
spiritual penerima layanan keperawatan, maka
perawat mutlak perlu memiliki kemampuan
mengidentifikasi atau mengenal karakteristik
spiritualitas sebagai berikut
16Hubungan dengan diri sendiri.Kekuatan dalam/dan
self-reliance
- a. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang
dapat dilakukannya). - b. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada
kehidupan/masa depan, ketenangan pikiran,
harmoni/keselarasan dengan diri sendiri).
17Hubungan dengan alam Harmoni
- a. Mengetahui tentang tanaman, pohon,
margasatwa, iklim. - b. Berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan
kaki), mengabdi dan melindungi alam.
18Hubungan dengan orang lain
- Harmonis/suportif.
- a. Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber
secara timbal balik. - b. Mengasuh anak, orangtua dan orang sakit.
- c. Meyakini kehidupan dan kematian
(mengunjungi, melayat, dll). - Tidak harmonis
- a. Konflik dengan orang lain.
- b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan
dan friksi.
19Hubungan dengan ketuhanan
- Agamais atau tidak agamais
- a. Sembahyang/berdoa/meditasi.
- b. Perlengkapan keagamaan.
- c. Bersatu dengan alam.
20Terpenuhi keb Spiritual apabila
- a. Merumuskan arti personal yang positif
tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan. - b. Mengembangkan arti penderitaan dan
meyakini hikmah dari suatu kejadian atau
penderitaan. - c. Menjalin hubungan positif dan dinamis
melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta. - d. Membina integritas personal dan merasa
diri berharga. - e. Merasakan kehidupan yang terarah
terlihat melalui harapan. - f. Mengembangkan hubungan antar manusia
yang positif.
21KETERKAITAN ANTARA SPIRITUALITAS, KESEHATAN DAN
SAKIT
- Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat
karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan
perilaku selfcare klien. Beberapa pengaruh dari
keyakinan spiritual yang perlu dipahami adalah
sebagai berikut
22Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari
- Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan mungkin mempunyai
makna keagamaan bagi klien. Sebagai contoh, ada
agama yang menetapkan makanan diit yang boleh dan
tidak boleh dimakan. Begitu pula metode keluarga
berencana ada agama yang melarang cara tertentu
untuk mencegah kehamilan termasuk terapi medik
atau pengobatan.
23Sumber dukungan
- Pada saat mengalami stress, individu akan mencari
dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini
sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan
sakit yang dialami, khususnya jika penyakit
tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama
dengan hasil yang belum pasti. Sembahyang atau
berdoa, membaca kitab suci, dan praktik keagamaan
lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan
spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan
terhadap tubuh.
24Sumber kekuatan dan penyembuhan
- Nilai dari keyakinan agama tidak dapat dengan
mudah dievaluasi (Taylor, Lilis Le Mone, 1997).
Walaupun demikian pengaruh keyakinan tersebut
dapat diamati oleh tenaga kesehatan dengan
mengetahui bahwa individu cenderung dapat menahan
distress fisik yang luar biasa karena mempunyai
keyakinan yang kuat. Keluarga klien akan
mengikuti semua proses penyembuhan yang
memerlukan upaya ekstra, karena keyakinan bahwa
semua upaya tersebut akan berhasil.
25Sumber konflik
- Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik
antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan.
Misalnya ada orang yang memandang penyakit
sebagai suatu bentuk hukuman karena pernah
berdosa.
26.
- Ada agama tertentu yang menganggap manusia
sebagai makhluk yang tidak berdaya dalam
mengendalikan lingkungannya, oleh karena itu
penyakit diterima sebagai nasib bukan sebagai
sesuatu yang harus disembuhkan.
27FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPIRITUALITAS
- Menurut Taylor, Lilis Le Mone (1997) dan Craven
Hirnle (1996), faktor penting yang dapat
mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah
28Pertimbangan tahap perkembangan
- Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak
dengan empat agama yang berbeda ditemukan bahwa
mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan
bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia,
seks, agama dan kepribadian anak.
29Tema utama yang diuraikan oleh semua anak tentang
Tuhan
- a. Gambaran tentang Tuhan yang bekerja melalui
kedekatan dengan manusia dan saling keterikatan
dengan kehidupan. - b. Mempercayai bahwa Tuhan terlibat dalam
perubahan dan pertumbuhan diri serta transformasi
yang membuat dunia tetap segar, penuh kehidupan
dan berarti. - c. Meyakini Tuhan mempunyai kekuatan dan
selanjutnya merasa takut menghadapi kekuasaan
Tuhan. - d. Gambaran cahaya/sinar.
30Keluarga
- Peran orang tua sangat menentukan dalam
perkembangan spiritualitas anak. Yang penting
bukan apa yang diajarkan oleh orangtua kepada
anaknya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak
pelajari mengenai Tuhan, kehidupan dan diri
sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh
karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan
pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan
kehidupan di dunia, maka pandangan anak pada
umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam
berhubungan dengan orang tua dan saudaranya.
31Latar belakang etnik dan budaya
- Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar
belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya
seseorang akan mengikuti tradisi agama dan
spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya
menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral
dari hubungan keluarga dan peran serta dalam
berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Perlu
diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem
kepercayaan yang dianut individu, tetap saja
pengalaman spiritual unik bagi tiap individu.
32Pengalaman hidup sebelumnya
- Pengalaman hidup baik yang positif maupun
pengalaman negatif dapat mempengaruhi
spiritualitas seseorang. Sebaliknya juga
dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan
secara spiritual kejadian atau pengalaman
tersebut. Sebagai contoh, jika dua orang wanita
yang mempercayai bahwa Tuhan mencintai umatnya,
kehilangan anak mereka karena kecelakaan, salah
satu dari mereka akan bereaksi dengan
mempertanyakan keberadaan Tuhan dan tidak mau
sembahyang lagi. Sedangkan wanita yang lain
bahkan sebaliknya terus berdoa dan meminta Tuhan
membantunya untuk mengerti dan menerima
kehilangan anaknya.
33.
- Begitu pula pengalaman hidup yang menyenangkan
sekalipun seperti pernikahan, pelantikan,
kelulusan, kenaikan pangkat atau jabatan dapat
menimbulkan perasaan bersyukur kepada Tuhan,
namun ada juga yang merasa tidak perlu
mensyukurinya. Peristiwa dalam kehidupan sering
dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan
Tuhan kepada manusia untuk menguji kekuatan
imannya. Pada saat ini, kebutuhan spiritual akan
meningkat yang memerlukan kedalaman spiritual dan
kemampuan koping untuk memenuhinya
34Krisis dan perubahan
- (Tooth, 1992) dan Craven Hirnle (1996). Krisis
sering dialami ketika seseorang menghadapi
penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan
dan bahkan kematian, khususnya pada klien dengan
penyakit terminal atau dengan prognosis yang
buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang
dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual
selain juga pengalaman yang bersifat fisik dan
emosional. - Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman
spiritual seseorang
35.
- Krisis bisa berhubungan dengan perubahan
patofisiologi, treatment/terapi pengobatan yang
diperlukan, atau situasi yang mempengaruhi
seseorang. Diagnosis penyakit atau penyakit
terminal pada umumnya akan menimbulkan pertanyaan
tentang sistem kepercayaan seseorang. Apabila
klien dihadapkan pada kematian, maka keyakinan
spiritual dan keinginan untuk sembahyang/berdoa
lebih tinggi dibandingkan pada pasien yang
berpenyakit tidak terminal.
36Terpisah dari ikatan spiritual
- Menderita sakit terutama yang bersifat akut,
seringkali membuat individu merasa terisolasi dan
kehilangan kebebasabn pribadi dan sistem dukungan
sosial (social support system). Klien yang
dirawat merasa terisolasi dalam ruangan yang
asing baginya dan merasa tidak aman. Kebiasaan
hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak
dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan
keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan
keluarga atau teman dekat yang biasa memberikan
dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya
klien dari ikatan spiritual berisiko terjadinya
perubahan fungsi spiritualnya.
37Isu moral terkait dengan terapi
- Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan
dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan
kebesarannya, walaupun ada juga agama yang
menolak intervensi pengobatan. Prosedur medik
seringkali dapat dipengaruhi oleh pengajaran
agama, misalnya sirkumsisi, transplantasi organ,
pencegahan kehamilan, strerilisasi. Konflik
antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering
dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.
38Asuhan keperawatan yang kurang sesuai
- Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada
klien, perawat diharapkan untuk peka terhadap
kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai
alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar
untuk memberikan asuhan spiritual. Alasan
tersebut antara lain karena perawat merasa kurang
nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang
menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak
mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual
dalam keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan
kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya
tetapi menjadi tanggung jawab pemuka agama.
39Empat isu nilai yang mungkin timbul antara
perawat dan klien adalah
- a. Pluralisme perawat dan klien menganut
kepercayaan dengan spektrum yang luas. - b. Fear berhubungan dengan ketidak mampuan
mengatasi situasi, melanggar privacy klien, atau
merasa tidak pasti dengan sistem kepercayaan dan
nilai diri sendiri. - c. Kesadaran tentang pertanyaan spiritual apa
yang memberikan arti dalam kehidupan , tujuan,
harapan dan merasakan cinta dalam kehidupan
pribadi perawat. - d. Bingung bingung terjadi karena ada perbedaan
antara agama dan konsep spiritual.
40MANIFESTASI PERUBAHAN FUNGSI SPIRITUAL
- Berbagai perilaku dan ekspresi yang
dimanifestasikan klien seharusnya diwaspadai oleh
perawat, karena mungkin saja klien sedang
mengalami masalah spiritual.
41Verbalisasi distress
- Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual
biasanya memverbalisasikan distress yang
dialaminya atau mengekspresikan kebutuhan untuk
mendapatkan bantuan. Misalnya seorang istri
mengatakan Saya merasa bersalah karena saya
seharusnya mengetahui lebih awal bahwa suami saya
mengalami serangan jantung.
42.
- Perawat juga perlu peka terhadap keluhan klien
tentang kematian atau merasa tidak berharga dan
kehilangan arti hidup. Kepekaan perawat sangat
penting dalam menarik kesimpulan dari verbalisasi
klien tentang distress yang dialami klien.
43Perubahan perilaku
- Perubahan perilaku juga dapat merupakan
manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien yang
merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil
pemeriksaan mungkin saja sedang menderita
distress spiritual. Ada yang bereaksi dengan
perilaku mengintrospeksi diri dan mencari alasan
terjadinya suatu situasi dan berupaya mencari
fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut,
namun ada yang beraksi secara emosional dan
mencari informasi serta dukungan dari keluarga
atau teman. Perasaan bersalah, rasa takut,
depresi dan ansietas mungkin menunjukkan
perubahan fungsi spiritual.
44PERAWAT SEBAGAI CONTOH PERAN (ROLE MODEL)
- Setiap Manusia mempunyai tiga kebutuhan spiritual
yang sama yaitu kebutuhan akan arti dan tujuan
hidup, kebutuhan untuk mencintai dan berhubungan,
serta kebutuhan untuk mendapatkan pengampunan
45Taylor, Lilis Le Mone (1997), dalam hal ini
perawat akan
- 1. Mempunyai pegangan tentang keyakinan
spiritual yang memenuhi kebutuhannya untuk
mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai dan
berhubungan serta pengampunan. - 2. Bertolak dari kekuatan spiritual dalam
kehidupan sehari-hari ini, terutama ketika
menghadapi nyeri, penderitaan dan kematian dalam
melakukan praktik profesional. - 3. Meluangkan waktu untuk memupuk kekuatan
spiritual diri sendiri. - 4. Menunjukkan perasaan damai, kekuatan
batin, kehangatan, keceriaan, caring dan
kreativitas dalam interaksinya dengan orang lain.
46.
- Menghargai keyakinan dan praktik spiritual orang
lain walaupun berbeda dengan keyakinan spiritual
perawat. - 6. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang
bagaimana keyakinan spiritual klien mempengaruhi
gaya hidup mereka, berespon terhadap penyakit,
pilihan pelayanan kesehatan dan pilihan
terapi/treatment. - 7. Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan
spiritual klien. - 8. Menyusun strategi asuhan keperawatan yang
paling sesuai untuk membantu klien yang sedang
mengalami distress spiritual.
47Perilaku self-care
- 1. Gali nilai dan keyakinan pribadi dan
orang lain. - 2. Gali praktik yang dapat mendukung secara
spiritual. - 3. Hargai sistem kepercayaan orang lain.
- 4. Praktikkan hubungan yang dilandasi
perasaan cinta terhadap diri sendiri dan orang
lain. - 5. Cari bantuan spiritual untuk mengatasi
masalah stress, krisis dan kehilangan.
48PROSES KEPERAWATAN
49Pengkajian
- Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali
secara umum adalah
50Afilasi agama
- a. Partisipasi klien dalam kegiatan agama
apakah dilakukan secara aktif atau tidak aktif. - b. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama.
51Keyakinan agama atau spiritual, mempengaruhi
- a. Praktik kesehatan diet, mencari dan
menerima terapi, ritual atau upacara agama. - b. Persepsi penyakit hukuman, cobaan terhadap
keyakinan. - c. Strategi koping.
52Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi
- a. Tujuan dan arti hidup.
- b. Tujuan dan arti kematian.
- c. Kesehatan dan pemeliharaannya.
- d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang
lain.
53Pengkajian data subjektif
- Pedoman Pengkajian Spiritual yang disusun oleh
Stoll dalam Craven Hirnle (1996) mencakup empat
area yaitu - a) Konsep tentang Tuhan atau Ketuhanan
- b) Sumber harapan dan kekuatan
- c) Praktik agama dan ritual
- d) Hubungan antara keyakinin spiritual dan
kondisi kesehatan.
54Pengkajian data objektif
- Pengkajian data objektif dilakukan mellui
pengkajian klinik yang meliputi pengkajian afek
dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan
interpersonal dan lingkungan. Pengkajian data
objektif terutama dilakukan melalui observasi.
55karakteristik klien yang mengalami distress
spiritual
- a. Klien yang tampak kesepian dan sedikit
pengunjung, - b. Klien yang mengekspresikan rasa takut dan
cemas, - c. Klien yang mengekspresikan keraguan
terhadap sistem kepercayaan/agama, - d. Klien yang mengekspresikan rasa takut
terhadap kematian, - e. Klien yang akan dioperasi,
- f. Penyakit yang berhubungan dengan emosi
atau implikasi sosial dan agama. - Mengubah gaya hidup,
56- a. Preokupasi ttg hbg agama dan kesehatan,
- b. Tidak dpt dikunjungi oleh pemuka agama,
- c. Tdk mampu / menolak melakukan ritual
spiritual, - d. Memverbalisasikan bahwa penyakit yang
dideritanya merupakan hukuman dari Tuhan, - e. Mengespresikan kemarahannya thd Tuhan,
- f. Mempertanyakan rencana terapi karena
bertentangan dengan keyakinan agama. - g. Sedang menghadapi sakratul maut (dying).
57Diagnosa keperawatan
- a. Gangguan penyesuaian terhadap penyakit b/d
ketidakmampuan merekonsiliasi penyakit dengan
keyakinan spiritual. - b. Koping individu tidak efektif b/d kehilangan
agama sebagai dukungan utama (merasa ditinggal
oleh Tuhan). - c. Takut b/d belum siap untukmenghadapi
kematian dan pengalaman kehidupan setelah
kematian. - d. Berduka yang disfungsional keputusasaan b/d
keyakinan bahwa agama tidak mempunyai arti. - e. Keputusasaan b/d keyakinan bahwa tidak ada
yang peduli termasuk Tuhan.
58.
- a. Ketidakberdayaan b/d parasaan menjadi korban.
- b. Ggn harga diri b/d kegagalan untuk hidup
sesuai dengan ajaran agama. - c. Disfungsi seksual b/d konflik nilai.
- d. Ggn pola tidur b/d distress spiritual.
- e. Resiko tindak kekerasan thd diri sendiri b/d
perasaan bahwa hidup ini tidak berarti.
59Perencanaan
- Tujuan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami distress spiritual harus difokuskan
pada menciptakan lingkungan yang mendukung
praktik keagamaan dan keyakinan yang biasanya
dilakukan. Tujuan ditetapkan secara individual
dengan mempertimbangkan riwayat klien, area
beresiko, dan tanda-tanda disfungsi serta data
objektif yang relevan.
60Contoh tujuan klien dengan distress spiritual
meliputi klien akan
- a. Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang
memenuhi kebutuhan untuk memperoleh arti dan
tujuan, mencintai dan keterikatan serta
pengampunan. - b. Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan dan
rasa nyaman ketika menghadapi tantangan berupa
penyakit, cidera atau krisis kehidupan lain. - c. Mengembangkan praktek spiritual yang memupuk
komunikasi dengan diri sendiri, dengan Tuhan dan
dengan dunia luar. - Mengekspresikan kepuasan dengan keharmonisan
antara keyakinan spiritual dengan kehidupan
sehari-hari.
61Hasil yang diperkirakan harus bersifat individual
dan meliputi kriteria
- a. Menggali akar keyakinan dan praktik
spiritual. - b. Mengidentifikasi faktor dalam kehidupan yang
menantang keyakinan spiritual. - c. Menggali alternatif mengingkari, memodifikasi
atau menguatkan keyakinan mengembangkan
keyakinan baru. - d. Mengidentifikasi dukungan spiritual (membaca
kitab suci, kelompok pengajian, dsb). - e. Melaporkan atau mendemonstrasikan berkurangnya
distress spiritual setelah keberhasilan
intervensi
62Perencanaan dirancang utk memenuhi kebutuhan
spiritual klien dengan
- a. Membantu klien memenuhi kewajiban agamanya.
- b. Membantu klien menggunakan sumber dari dalam
dirinya dengan cara lebih efektif untuk mengatasi
situasi yang sedang dialaminya. - c. Membantu klien mempertahankan atau membina
hubungan personal yang dinamik dengan Maha
Pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang
kurang menyenangkan. - d. Membantu klien mencari arti keberadaannya dan
situasi yang sedang dihadapinya. - e. Meningkatkan perasaan penuh harapan.
- f.Memberikan sumber spiritual atau cara lain yang
relevan.
63Implementasi
- a. Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat.
- b. Fokuskan perhatian pada persepsi klien
terhadap kebutuhan spiritualnya. - c. Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai
kebutuhan spiritual. - d. Mengetahui pesan non-verbal tentang kebutuhan
spiritual klien. - e. Berespon scr singkat, spesifik dan faktual.
- f. Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan
empati yang berarti menghayati masalah klien.
64.
- a. Menerapkan teknik komunikasi terapeutik
dengan teknik mendukung, menerima, bertanya,
memberi informasi, refleksi, menggali perasaan
dan kekuatan yang dimiliki klien. - b. Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada
ucapan atau pesan verbal klien. - c. Bersikap empati yang berarti memahami dan
mengalami perasaan klien. - d. Memahami masalah klien tnp menghukum walaupun
tidak berarti menyetujui klien.
65.
- a. Mentukan arti dan situasi klien,
bagaimana klien berespon terhadap penyakit? - b. Apakah klien menganggap penyakit yang
dideritanya merupakan hukuman, cobaan atau
anugerah dari Tuhan? - c. Membantu memfasilitasi klien agar dapat
memenuhi kewajiban agama. - d. Memberitahu pelayanan spiritual yang
tersedia di RS.
66- Intervensi keperawatan perlu disesuaikan dengan
tahap perkembangan keyakinan agama tiap individu
klien berdasarkan usia.
67Evaluasi
- Untuk mengevaluasi apakah klien telah mencapai
kriteria hasil yang telah ditetapkan pada fase
perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data
terkait dengan pencapaian tujuan asuhan
keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan terjadi
apabila secara umum klien
68.
- a. Mampu beristirahat dengan tenang.
- b. Menyatakan penerimaan keputusan moral/etika.
- c. Mengekspresikan rasa damai berhubungan
dengan Tuhan. - d. Menunjukkan hubungan yang hangat, dan terbuka
dengan pemuka agama. - e. Menunjukkan afek positif, tanpa perasaan
marah, rasa bersalah dan ansietas. - f. Menunjukkan perilaku lebih positif.
- g. Mengekspresikan arti positif terhadap
situasi dan keberadaannya.
69pesan
- The first if you want to be a nurse is
- smile
70Reference
- Hidayat, Alimul A, (2004). Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta. - Murwani, Arita, (2008). Pengantar Konsep Dasar
Keparawatan. Fitramaya, Yogyakarta.