KIMIA%20ORGANIK%203 - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

KIMIA%20ORGANIK%203

Description:

Title: Diapositive 1 Author: Ric Last modified by: Acer Created Date: 9/6/2006 11:41:44 AM Document presentation format: On-screen Show Company: Party – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:716
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 30
Provided by: Ric240
Category:
Tags: 20organik | kimia | bumi | minyak

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: KIMIA%20ORGANIK%203


1
SENYAWA POLISIKLIS
Komponen utama dalam pewangi ini adalah
naftalena, suatu senyawa polisiklis aromatis
  • KIMIA ORGANIK 3

Kuliah 3
2
SENYAWA POLISIKLIS ?
  • Senyawa polisiklis adalah senyawa yang tersusun
    dari dua atau lebih sistem cincin.
  • jenis senyawa polisiklis alami, sintetik,
    aromatis, nonaromatis, homosiklis, heterosiklis,
    cincin terpadu, atau cincin terpisah
  • Naftalena (kapur barus atau kamper) merupakan
    senyawa polisiklis yang tersusun dari dua cincin.
  • Naftalena sering digunakan sebagai pewangi,
    antiseptik dan pengusir ngengat. Derivat
    naftalena digunakan sebagai bahan aditif pada
    bahan bakar motor dan pelumas, seringkali pula
    digunakan sebagai zat antara dalam pembuatan zat
    warna, plastik, dan pelarut.
  • Sebagian besar naftalena diproduksi dari tar batu
    bara, tetapi naftalena juga dapat diperoleh dari
    minyak bumi. Naftalena dalam jumlah kelumit
    ditemukan pula pada sejenis rayap, tampaknya
    digunakan sebagai penolak semut, jamur beracun,
    dan cacing. Naftalena tergolong senyawa
    polisiklis yang aromatis karena menunjukkan
    ciri-ciri aromatis.

3
BEBERAPA SENYAWA POLISIKLIS
4
KLASIFIKASI SENYAWA POLISIKLIS
SENYAWA POLISIKLIS
AROMATIS
KEAROMATISAN
NON AROMATIS
HOMOSIKLIS
JENIS ATOM PENYUSUN
HETEROSIKLIS
ORTHO
TERPADU
BERJEMBATAN
CARA PENGGABUNGAN CINCIN
SPIRO
JEMBATAN TANPA ANGGOTA
TERPISAH
JEMBATAN BERANGGOTA
5
Contoh senyawa polisiklis aromatis dan
nonaromatis
aromatis
Non aromatis
Contoh senyawa polisiklis homosiklis dan
heterosiklis
Contoh sistem cincin terpadu dan terpisah
6
TATANAMA SENY POLISIKLIS ALISIKLIS
  • Senyawa polisiklis alisiklis yang berupa cincin
    homosiklis, mempunyai dua atau lebih atom karbon
    yang dimiliki oleh dua cincin atau lebih.
  • Nama senyawa tersebut merujuk pada nama senyawa
    berantai terbuka yang mempunyai jumlah karbon
    sama, ditambah suatu awalan yang menunjukkan
    jumlah cincin yang ada, seperti bisiklo, dan
    trisiklo.
  • Titik pertemuan cincin-cincin disebut kepala
    jembatan. Jumlah atom-atom di antara titik
    pertemuan pada setiap jembatan ditunjukkan dalam
    tanda kurung. Jumlah anggota jembatan terbanyak
    dituliskan paling awal, diikuti yang lebih kecil.
    Penulisan di antara angka anggota jembatan
    menggunakan titik.

bisiklo3.2.1oktana
7
  • Sistem penomoran dimulai dari kepala jembatan,
    dan bergerak sepanjang jembatan-jembatan.
  • Jembatan terpanjang diberi nomor-nomor awal,
    diikuti yang kedua, dan seterusnya.
  • Bila terdapat pilihan karena panjang jembatan
    sama, maka penomoran diatur sedemikian rupa
    sehingga gugus fungsi atau substituen mempunyai
    nomor-nomor sekecil mungkin.
  • Keberadaan substituen ditunjukkan posisinya
    dengan angka, dan disisipkan pada nama utama
    sesuai aturan pada sistem tatanama senyawa
    organik.

8
  • Sistem trisiklis, atau tetrasiklis dinamakan
    dengan terlebih dahulu menetapkan sistem bisiklis
    utama, yaitu sistem dengan tiga jembatan
    terpanjang. Lokasi jembatan tambahan ditunjukkan
    dengan angka superskrip pada angka yang
    menyatakan jembatan tambahan.

9
TATANAMA SENY POLISIKLIS AROMATIS
  • Sistem cincin senyawa polisiklis aromatis
    mempunyai nama khusus yang bersifat individual.
  • penomoran ditetapkan berdasarkan perjanjian, dan
    tidak berubah dengan adanya substituen.

10
  • Pada naftalena monosubstitusi, posisi substituen
    dapat juga dinyatakan oleh huruf Yunani. Posisi
    yang berdekatan dengan karbon-karbon pertemuan
    cincin disebut posisi ?, sedangkan pada posisi
    berikutnya adalah posisi ?.

11
STRUKTUR NAFTALENA
  • 10 atom C menggunakan orbital hibrida sp2.
  • Orbital sp2 membentuk struktur segitiga datar
    dengan besar sudut sama, yaitu 120o, jadi stuktur
    naftalena berupa cincin datar.
  • jumlah elektron ? pada naftalena adalah 10. Hal
    tersebut memenuhi aturan Huckel untuk n 2

12
  • Dalam benzena, semua panjang ikatan C-C sama,
    akibat proses delokalisasi atau resonansi ikatan
    ? yang sempurna.
  • Dalam senyawa polisiklis aromatis, panjang ikatan
    karbon-karbon tidak semuanya sama.
  • ikatan karbon-karbon pada naftalena yang lebih
    mempunyai karakter ikatan rangkap adalah ikatan
    antara karbon 1 dan karbon 2. Hal ini merupakan
    penjelasan dari fakta percobaan yang menunjukkan
    bahwa reaksi-reaksi yang khas untuk ikatan
    rangkap terjadi pada posisi karbon 1-karbon 2.

Panjang ikatan C-C dalam alkana 1,54 ? Panjang
ikatan CC dalam alkana 1,34 ? Panjang ikatan
C-C dalam benzena 1,40 ?
13
FENANTRENA
  • Dari lima struktur resonansi fenantrena, terdapat
    empat di antaranya yang mempunyai ikatan rangkap
    pada posisi ikatan karbon 9 dan karbon 10. Dengan
    demikian, posisi ikatan karbon 9 dan karbon 10
    mempunyai karakter ikatan rangkap lebih besar.
    Hal ini sejalan dengan fakta percobaan yang
    menunjukkan reaksi-reaksi khas ikatan rangkap
    pada fenantrena selalu terjadi pada posisi karbon
    9- karbon 10. Misalnya, reaksi adisi ikatan
    rangkap yang khas pada alkena terjadi pada
    fenantrena di posisi 9-10

14
REAKSI-REAKSI SENY POLISIKLIS AROMATIS
SUBSTITUSI ELEKTROFILIK
  • Pada naftalena, substitusi elektrofilik dapat
    berlangsung pada posisi ? (1) atau ? (2),
    walaupun demikian, sebagian besar reaksi
    berlangsung pada posisi ?

15
  • MEKANISME SUBSTITUSI ELEKTROFILIK

Bila dibandingkan dengan benzena, maka zat antara
pada substitusi elektrofilik naftalena lebih
disukai atau berenergi lebih rendah, karena masih
mempunyai struktur cincin benzena yang utuh, jadi
substitusi elektrofilik pada naftalena lebih
mudah dari benzena.
16
  • SUBSTITUSI a ATAU ß ?

Struktur-struktur resonansi zat antara untuk
substitusi ?
  • Jumlah struktur resonansi zat antara substitusi ?
    dan ? sama.
  • Struktur resonansi zat antara yang menghasilkan
    substitusi pada posisi ? mempunyai dua struktur
    benzenoid , dan jika substitusi berlangsung pada
    posisi ?, hanya terdapat satu struktur resonansi
    benzenoid.
  • Struktur zat antara substitusi ? lebih stabil
    dari substitusi ?.
  • substitusi naftalena pada posisi ? lebih disukai
    dari substitusi pada posisi ?.

Struktur-struktur resonansi zat antara untuk
substitusi ?
17
SULFONASI NAFTALENA
  • Pada temperatur tinggi (160oC), naftalena dapat
    disulfonasi pada posisi ?, sedangkan pada
    temperatur rendah, naftalena tersulfonasi pada
    posisi ?.
  • Asam 1-naftalenasulfonat merupakan produk kendali
    kinetika. asam 2-naftalensulfonat merupakan
    produk kendali termodinamika.

18
SULFONASI NAFTALENA
asam 1-naftalensulfonat lebih stabil dari asam
2-naftalensulfonat., karena pada asam
1-naftalensulfonat gugus sulfonat yang berukuran
besar berada pada posisi lebih sesak.
asam 1-naftalensulfonat asam
2-naftalenasulfonat
19
ASILASI FRIEDEL CRAFT
  • asilasi Friedel Crafts berlangsung lebih mudah
    pada naftalena dibandingkan dengan pada benzena.
  • Bila reaksi asilasi dilakukan dalam karbon
    disulfida (CS2), substitusi berlangsung pada
    posisi ?, akan tetapi bila nitrobenzena yang
    digunakan sebagai pelarut, substitusi berlangsung
    pada posisi ?. Hal tersebut disebabkan
    nitrobenzena (PhNO2) membentuk kompleks dengan
    alumunium triklorida (AlCl3) dan asilklorida
    (RCOCl) sehingga menjadi gugus yang ruah.
    Keruahan gugus tersebut menyulitkannya untuk
    masuk pada posisi ?, sehingga substitusi lebih
    banyak berlangsung pada posisi ?.

20
SUBSTITUSI ELEKTROFILIK KEDUA
  • Faktor yang dipertimbangkan
  • sifat substituen yang telah terdapat pada
    naftalena, substituen yang merupakan gugus
    pengaktivasi cincin akan mengaktifkan cincin
    terutama pada cincin tempat terdapatnya gugus
    pengaktivasi tersebut. Dengan demikian posisi
    substitusi kedua akan berlangsung pada cincin
    yang mengikat substituen pertama. Sebaliknya,
    substituen yang bersifat mendeaktivasi cincin
    akan mendeaktivasi cincin terutama pada cincin
    tempat terikatnya substituen tersebut. Oleh
    karena itu, serangan elektrofilik akan lebih
    memilih pada cincin yang tidak terdapat
    substituen.
  • posisi substituen pada naftalena. Bila naftalena
    telah mengikat suatu gugus pengaktivasi pada
    posisi 1, maka sebagian besar substitusi
    berlangsung pada posisi 4, tetapi bila gugus
    pengaktivasi tersebut berada pada posisi 2, maka
    sebagian besar substitusi berlangsung pada posisi
    1. Pada kondisi naftalena telah mengikat suatu
    gugus pendeaktivasi pada posisi 1, maka
    substitusi berlangsung pada posisi 8, sedangkan
    bila gugus pendeaktivasi tersebut terikat pada
    posisi 2, maka substitusi sebagian besar
    berlangsung pada posisi 5.

21
GUGUS PENGAKTIVASI PENDEAKTIVASI CINCIN
Jenis gugus O- NH2, NHR, NR2, OH, OR NHCOR, OCOR, Ph, R F, Cl, Br, I CO2R, CO2H, CHO, COR, C?N NO2, SO3H, NH3, NR3
Jenis pengarah substitusi o, p o , p o , p o , p o , p m m m
22
Substituen pertama gugus pengaktivasi
Posisi 1
Struktur-stuktur resonansi zat antara substitusi
para
Struktur-stuktur resonansi zat antara substitusi
ortho
Posisi 2
23
Substituen pertama gugus pendeaktivasi
Posisi 1
Struktur-struktur resonansi zat antara substitusi
8
Struktur-struktur resonansi zat antara substitusi
5
Posisi 2
24
SUBS. ELEKTROFILIK ANTRASENA DAN FENANTRENA
  • Antrasena lebih reaktif terhadap substitusi
    elektrofilik daripada benzena dan substitusi
    berlangsung paling banyak pada posisi 9. Alasan
    substitusi lebih banyak berlangsung pada posisi 9
    adalah karena elektron-elektron ? pada struktur
    zat antaranya lebih terdelokalisasi daripada yang
    berlangsung pada posisi lainnya,
  • Substitusi elektrofilik pada fenantrena juga
    paling banyak berlangsung pada posisi 9.

25
REAKSI ADISI
  • Reaksi adisi pada senyawa polisiklis aromatis
    berlangsung jauh lebih mudah daripada reaksi
    adisi pada benzena

26
reaksi adisi pada antrasena dan fenantrena
seringkali ditemukan berlangsung pada posisi 9
dan 10.
Reaksi brominasi fenantrena
Reaksi Diels Alder antrasena
27
REAKSI OKSIDASI
  • reaksi oksidasi pada senyawa aromatis polisiklis
    lebih mudah berlangsung daripada benzena.
    Reaktivitas yang lebih besar tersebut disebabkan
    oleh senyawa polisiklis aromatis dapat bereaksi
    hanya pada salah satu cincin, sehingga masih
    mempunyai setidaknya satu cincin benzena yang
    masih utuh, baik dalam struktur zat antara maupun
    produknya.
  • Kation benzilik, anion benzilik, dan radikal
    bebas benzilik semuanya terstabilkan secara
    resonansi dengan cincin benzena. Akibatnya posisi
    benzilik merupakan letak kereaktivan dalam
    berbagai reaksi, termasuk oksidasi. Semua senyawa
    polisiklik aromatis, apapun jenis alkilnya, dapat
    dioksidasi pada posisi benzilik menghasilkan
    gugus karboksil.

28
OKSIDASI NAFTALENA TERSUBSTITUSI
  • Naftalena tersubstitusi dapat dioksidasi pada
    bagian cincin yang lebih aktif.

29
OKSIDASI NAFTALENA TERSUBSTITUSI
  • Walaupun oksidasi pada umumnya berlangsung hingga
    tingkat oksidasi tertingginya (menjadi gugus
    COOH), tetapi bila kondisi reaksi dikendalikan
    (suhu dan tekanan diperendah), maka oksidasi
    dapat berlangsung hingga pembentukan gugus
    karbonil (CO). Misalnya, naftalena dapat diubah
    menjadi 1,4-naftokuinon. Perhatikan bahwa posisi
    aktif reaksi tetap pada posisi karbon benzilik.
  • Pengendalian kondisi reaksi hingga tercapai
    kondisi yang lunak, juga dapat mengoksidasi gugus
    hidroksi yang terikat pada senyawa polisiklis
    aromatis menjadi gugus karbonil, sehingga
    dihasilkan suatu kuinon
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com