KEBIJAKAN MONETER I DI INDONESIA - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

KEBIJAKAN MONETER I DI INDONESIA

Description:

Title: Slide 1 Author: p_wanto Last modified by: paidi Created Date: 2/17/2005 4:04:58 AM Document presentation format: On-screen Show Company: Microsoft Corporation – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:6037
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 56
Provided by: pwa67
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: KEBIJAKAN MONETER I DI INDONESIA


1
KEBIJAKAN MONETER I DI INDONESIA
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank
Indonesia
Bank Indonesia Medan, FE USU, 14 Februari 2008
2
Tujuan Instruksional Khusus
  • Mampu membandingkan kebijakan moneter sebelum dan
    sesudah UU No. 23/1999.
  • Mampu menjelaskan kebijakan moneter melalui
    pendekatan kuantitas dan harga.

3
OUTLINE
  • Review Konsep dan Teori Moneter
  • Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
  • Kebijakan Moneter Periode Selama Krisis Ekonomi
    1997
  • Kebijakan Moneter Periode Pasca Krisis Ekonomi
    1997
  • Proses Perumusan Kebijakan Moneter
  • Mekanisme Pengendalian Moneter
  • Paradigma Pengendalian Moneter Baru

4
Review Konsep dan Teori Moneter
  • Kebijakan moneter merupakan bagian integral dari
    kebijakan ekonomi makro
  • Tujuan kebijakan ekonomi makro umumnya adalah
    mencapai kemakmuran masyarakat (social welfare)

5
Apa Tujuan Kebijakan Moneter?
Peran penting dari kebijakan moneter sebagai
salah satu kebijakan ekonomi ? Mempengaruhi
a. stabilitas harga b. pertumbuhan
ekonomi c. perluasan kesempatan kerja
d. keseimbangan neraca pembayaran ? (a) (d)
menjadi sasaran akhir (objectives/ final targets)
kebijakan moneter Konflik
pencapaian sasaran kebijakan - Secara ideal,
semua sasaran akhir tersebut (multiple
objectives) di atas dapat dicapai secara
bersamaan. Namun, seringkali pencapaian
sasaran-sasaran akhir tsb mengandung unsur-unsur
yang kontradiktif. - Misalnya usaha untuk
mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan
memperluas kesempatan kerja pada umumnya dapat
berdampak negatif terhadap kestabilan harga
dan keseimbangan neraca pembayaran. - Dalam
perkembangannya, dewasa ini semakin disadari
bahwa kebijakan moneter semestinya
lebih memfokuskan pada sasaran tunggal.
6
6
  • Kebijakan Moneter dengan Sasaran Tunggal
  • Sejalan dengan perkembangan ekonomi di dunia,
    Indonesia menganut hal yang sama dengan
    menetapkan stabilisasi harga sebagai sasaran
    tunggal sebagaimana tercermin dalam Undang-Undang
    Bank Indonesia yang baru (UU No. 23 tahun 1999
    tentang Bank Indonesia diamandemen UU No. 3
    tahun 2004).
  • Tujuan Bank Indonesia adalah
  • Mencapai dan memelihara kestabilan nilai
    rupiah (Ps. 7)
  • 3 Pilar pencapaian tujuan
  • Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia
    mempunyai tugas (Ps. 8)
  • a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
  • b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem
    pembayaran
  • c. Mangatur dan mengawasi Bank

7
Bagaimana Hubungan kebijakan Moneter dengan
Kebijakan Lainnya?
Uang Primer
Uang Beredar
8
Jenis Kerangka Kebijakan Moneter
Macam-macam Kerangka Kebijakan Moneter Beberapa
rezim berkembang dalam teori dengan mendasarkan
pada berbagai channels dalam transmisi moneter
yang diyakini di dalam ekonomi 1. Monetary
targeting mendasarkan pada pengendalian uang
beredar (sbg. Intermediate target) dan uang
primer (sbg. Sasaran operasional) untuk mencapai
sasaran akhir, dengan berdasar kestabilan
permintaan uang. 2. Exchange rate targeting
mendasarkan pada pengendalian nilai tukar
(sbg intermediate target) untuk mencapai sasaran
akhir (inflasi dan pertumbuhan ekonomi). 3.
Inflation targeting memfokuskan sasaran akhir
pada target inflasi yang diumumkan. Untuk
intermediate targetnya menggunakan inflation
forecast, yang mendasarkan pada semua channel
transmisi moneter. Biasanya dikombinasikan dengan
suku bunga untuk penentuan operating
targetnya. 4. Implicit Nominal Anchor (No
Anchor). Tidak menetapkan sasaran akhir
dan intermediate tertentu. Tergantung penilaian
dan keyakinan boards of governor. Untuk operating
target biasanya menggunakan suku bunga. Rezim
mana yang tepat tergantung pada kondisi ekonomi
dan moneter negara ybs. Bahkan untuk suatu negara
rezim yang diterapkan dapat saja berubah.
9
Kerangka Kerja Kebijakan Moneter
Kerangka Operasional
Kerangka Strategis
Sasaran Akhir
Instrumen
Sasaran Operasional
Sasaran Antara
- OPT - sk bunga jk.
pd - sk. bunga jk. pj - Inflasi
- Fas. Diskonto - uang primer
- M1, M2, kredit - Pertumbuhan Ek. -
Giro Wajib Min - Imbauan,
dll
Jangkar Nominal
  • - Nilai tukar
  • Besaran moneter
  • Inflasi (inflation targeting)
  • Output nominal
  • No explicit nominal anchor

Penargetan
10
Kerangka Operasi Kebijakan Moneter
11
Perbandingan Sistem Operasi Kebijakan Moneter
PENDEKATAN
SISTEM OPERASI

Sasaran
Sasaran
Pendekatan Harga
Instrumen
Operasional
Akhir
Variabel-variabel Informasi

  • Langsung

  • Sk.bunga PUAB
  • Stabilitas harga
  • Tidak langsung









Sasaran
Sasaran
Sasaran



Pendekatan Kuantitas
Instrumen
Operasional
Antara
Akhir









Langsung
-
Agregat moneter
Stabilitas harga

-
-
Monetary base

Pertumbuhan ekonomi

-
Tidak langsung seperti
seperti

Kesempatan kerja



. Uang
primer/M0
. M1, M2

Keseimbangan NP


.
Reserve bank . Kredit pbk

. Sk.bunga




Sumber Junggun Oh. Inflation Targeting,
Monetary Transmission Mechanism, and Policy Rules
in Korea,
Economic Pap
er

, Vol.2, No.1, March 1999, Bank of Korea
(dimodifikasi).

12
Perbandingan Sistem Operasi Kebijakan Moneter
Mekanisme Quantity-based Approach vs Price-based
Approach
Sasaran kuantitas uang
Sasaran harga uang
13
Kerangka Kerja Quantity Targeting
  • Sebelum Juli 2005, Pendekatan kuantitas digunakan
    sebagai kerangka kebijakan moneter
  • Pendekatan harga mulai digunakan Juli 2005

14
Neraca Otoritas Moneter Neraca Sistem Moneter
15
Ilustrasi Teoritis Pelaksanaan Kebijakan Moneter
  • Secara teoritis, merujuk pada
  • Keberadaan Kurva Phillips ? ? (y y)
  • trade-off jangka pendek antara inflasi
    dan pertumbuhan output
  • Teori Kuantitas Klasik M.V ? P.T dan M/P
    k. Y
  • Teori Penawaran Uang Ms mm. M0
  • Contoh kasus Ilustrasi sederhana .
  • Fungsi jangka panjang permintaan uang (M1)
  • logM1 konstan 1.1 logPDBr 1.0 logIHK
    kesalahan
  • Prediksi perkembangan money multiplier
    (M1/M0) berkisar antara 1.2 1.4
  • Sasaran-sasaran sesuai Program Moneter

16
Ilustrasi Teoritis Pelaksanaan Kebijakan Moneter
melalui quantity targeting
  • Misalnya terjadi perubahan kondisi ekonomi
  • Terjadi arus modal masuk (capital inflow)
    yang cukup besar sebagai
  • akibat cukup menariknya iklim usaha di
    Indonesia.
  • Capital inflow ? ? NFA otoritas moneter ? ?
    uang primer ? (di atas
  • kisaran atas) ? NFA sistem moneter ? ? uang
    beredar ?
  • Kegiatan ekonomi riil ? ? kecenderungan
    overheating
  • - Pertumbuhan M1 ? ? 14.6, (Pertumbuhan
    M0 ? ? 12.2)
  • - Pertumbuhan ekonomi ? ? 6
  • - Inflasi ? ? 8,
  • Kebijakan yang diterapkan (alternatif)
    kontraksi moneter
  • Pilihan instrumen (alternatif)
  • - Operasi pasar terbuka (OPT)
  • - Cadangan wajib minimum (RR)

17
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui OPT
  • Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia
    dengan tiga cara, yaitu
  • Melalui lelang SBI
  • Melalui penggunaan FASBI di pasar uang rupiah,
    dan
  • Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta
    asing
  • 1. Lelang SBI
  • Besarnya lelang SBI (mingguan) dimaksudkan untuk
    mencapai besarnya target uang primer yang
    ditetapkan. Untuk itu, tiap minggu Bank
    Indonesia akan memperkirakan perkembangan uang
    primer dan, dengan membandingkan target yang
    ditetapkan, menentukan besarnya kelebihan
    likuiditas pasar uang yang harus diserap.
  • Hal ini dilakukan dengan menghitung berapa SBI
    yang jatuh tempo, berapa ekspansi/konstraksi dari
    sisi fiskal (rekening Pemerintah di Bank
    Indonesia), mutasi cadangan devisa, serta
    bagaimana kondisi likuiditas di pasar uang.

18
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui OPT
  • Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank
    Indonesia menggunakan instrumen moneter yang
    dapat berupa Operasi Pasar Terbuka (OPT),
    intervensi pasar valas, reserve requirement,
    ataupun moral suasion.
  • Berdasarkan sasaran M0 yang telah ditetapkan,
    Bank Indonesia melakukan Operasi Pasar Terbuka
    (OPT).

19
Mekanisme Pengendalian Moneter Melalui OPT
  • Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia
    dengan tiga cara, yaitu
  • Melalui lelang SBI
  • Melalui penggunaan FASBI/FTK di pasar uang
    rupiah, dan
  • Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta
    asing
  • 2. Fasilitas Bank Indonesia
  • Selain lelang SBI mingguan (yaitu tiap hari
    Rabu), Bank Indonesia juga melakukan kegiatan
    secara langsung di pasar uang rupiah melalui
    Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi). Hal ini
    dilakukan secara harian, terutama apabila terjadi
    perkembangan di luar pehitungan yang dapat
    menyebabkan tidak tercapainya target uang primer
    melalui lelang SBI.
  • Caranya antara lain dapat dilakukan dengan secara
    langsung menawarkan kepada bank-bank untuk
    menanamkan kelebihan likuiditasnya di Bank
    Indonesia (berjangka waktu overnight hingga satu
    minggu) atau dengan cara membeli kembali SBI
    secara repurchase agreement (repo) di pasar uang
    antar bank.

20
Mekanisme Pengendalian Moneter Melalui OPT
  • Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia
    dengan tiga cara, yaitu
  • Melalui lelang SBI
  • Melalui penggunaan FASBI/FTK di pasar uang
    rupiah, dan
  • Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta
    asing
  • 3. Sterilisasi/Intervensi Valuta Asing
  • Terutama dilakukan apabila Pemerintah akan
    membiayai kegiatan suatu proyek (membutuhkan
    rupiah) dengan cara menggunakan dana valuta
    asingnya yang disimpan sebagai cadangan devisa di
    Bank Indonesia.
  • Dengan cara ini, dapat dicapai dua tujuan
    sekaligus. Pertama, penyerapan kelebihan
    likuiditas di pasar uang. Kedua, bahwa langkah
    ini sekaligus dapat membantu upaya untuk
    menstabilkan perkembangan nilai tukar rupiah di
    pasar.
  • Intervensi di pasar valuta asing dapat pula
    dilakukan Bank Indonesia pada waktu sedang
    terjadi gejolak nilai tukar rupiah di pasar
    valuta asing

21
Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga
Quantity-based Approach vs Price-based Approach ?
  • Asumsi yang digunakan dalam Pendekatan Kuantitas
    adalah sbb
  • Kebijakan dan perkembangan sektor-sektor lain
    (fiskal, nilai tukar, dan riil) akan berjalan
    seperti yang ditetapkan.
  • Adanya hubungan yang stabil antara uang beredar
    (sebagai sasaran antara) dengan kegiatan ekonomi
    riil (sebagai sasaran akhir) ? stabilitas
    fungsional income velocity dan demand for money
  • Adanya hubungan yang stabil antara uang primer
    (sebagai sasaran operasional) dengan uang beredar
    (sebagai sasaran antara) ? stabilitas fungsional
    angka pengganda uang (money multiplier)
  • Namun, hasil kajian empiris BI menyimpulkan
    bahwa
  • Income velocity, demand for money, dan money
    multiplier cenderung
  • kurang stabil.
  • M0 tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh Bank
    Indonesia. 70 dari komponen M0 adalah uang
    kartal yang merupakan kebutuhan masyarakat akan
    alat pembayaran.
  • Agregat moneter M1 relatif stabil dibandingkan
    dengan M2.

22
Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga
Quantity-based Approach vs Price-based Approach ?
  • Penyebab Ketidakstabilan Struktural tersebut
    adalah karena
  • Pesatnya perkembangan sektor keuangan dan majunya
    inovasi produk keuangan yang menyebabkan kegiatan
    penciptaan uang (money creation) oleh sistem
    keuangan menjadi berlipat ganda.
  • Terjadinya proses decoupling antara sektor
    moneter dan sektor riil.
  • Sulitnya mengidentifikasi arah kausalitas antara
    uang beredar dan kegiatan ekonomi. Adanya
    kecenderungan kegiatan ekonomi mempengaruhi uang
    beredar, bukan sebaliknya.

23
Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga
Quantity-based Approach vs Price-based Approach ?
  • Sejalan dengan permasalahan dalam pengendalian
    moneter dengan menggunakan agregat moneter,
    paradigma baru yang lebih meyakini harga uang,
    yaitu suku bunga dan nilai tukar, sebagai jalur
    utama transmisi kebijakan moneter (price
    targeting) di Indonesia semakin mendapatkan
    perhatian.
  • Bond (1994) menunjukkan secara empiris bahwa
    hubungan antara suku bunga dengan laju inflasi
    jauh lebih kuat dibandingkan dengan hubungan
    antara uang beredar dengan inflasi.
  • Di sisi lain, dalam ekonomi yang semakin terbuka
    dengan sistem nilai tukar yang fleksibel,
    pergerakan nilai tukar rupiah juga dianggap
    sangat penting dalam mempengaruhi permintaan
    agregat, pertumbuhan ekonomi, and inflasi.
  • Isu pokok yang sedang dikaji adalah apakah apakah
    cukup relevan apabila manajemen moneter di
    Indonesia dibangun atas dasar jalur mekanisme
    transmisi salah satu/kedua variabel tersebut
    ataukah berdasarkan jalur mekanisme transmisi
    kebijakan moneter yang lain?

24
Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga
Quantity-based Approach vs Price-based Approach ?
  • Hasil kajian empiris tersebut merupakan
    pertimbangan utama bagi Bank Indonesia untuk
    mengubah paradigma pengendalian moneternya dari
    quantity-based approach menjadi price-based
    approach pada Juli 2005.
  • Penerapan price-based approach tidak terlepas
    dari upaya Bank Indonesia yang menerapkan
    full-fledged inflation targeting framework pada
    bulan Juli 2005. Pembahasan mengenai hal ini akan
    dijelaskan setelah penjelasan umum pendekatan
    harga atau suku bunga sebagai sasaran operasional
    kebijakan moneter.

25
Kerangka Kerja Pendekatan Harga
26
Mekanisme Transmisi Pendekatan Harga
27
Kerangka Kerja Kebijakan Moneter Indonesia s/d
Juli 2005 Lite Inflation Targeting
  • Sejak tahun 2000, dengan diberlakukannya UU No.
    23 Tahun 1999 BI telah menentukan dan mengumumkan
    sasaran inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan
    moneter.
  • Dengan amandemen UU Bank Indonesia No. 3 Tahun
    2004, Pemerintah setelah berkoordinasi dengan
    Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan
    sasaran inflasi IHK untuk tahun 2005, 2006, dan
    2007.
  • BI telah menempuh sejumlah langkah dalam
    memperkuat persyaratan untuk penerapan ITF,
    termasuk
  • Pengembangan indikator, riset, pemodelan ekonomi
    untuk dasar analisis, prakiraan, dan perumusan
    kebijakan.
  • Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebagai proses
    perumusankebijakan moneter.
  • Pengembangan laporan dan strategi komunikasi
    untuk transparansi dan akuntabilitas kebijakan
    moneter kepada publik.

28
Kerangka Kerja Kebijakan Moneter Indonesia s/d
Juli 2005 Lite Inflation Targeting
  • Sebelum Juli 2005, operasi moneter masih
    menggunakan uang primer uang primer (base money)
    sebagai sasaran operasional. Cara ini dirasakan
    semakin tidak sejalan dengan penerapan kebijakan
    moneter dengan ITF, terutama karena
  • Hubungan antara uang primer dengan inflasi dan
    pertumbuhan ekonomi semakin tidak stabil dan
    mengalami hubungan terbalik.
  • Sinyal kebijakan moneter kepada pasar dan
    masyarakat kurang efektif,
  • Respon kebijakan moneter cenderung mengarah ke
    belakang (backward looking) dan lebih sulit
    dilakukan.
  • Uang primer lebih sulit dikendalikan oleh bank
    sentral karena perilaku permintaan uang kartal
    masyarakat di Indonesia.
  • Sejak 1999-Sebelum Juli 2005, dalam literature,
    Indonesia dikategorikan sebagai negara yang
    menerapkan Inflation Targeting Lite.

29
Kerangka Kebijakan Moneter Sejak Juli 2005
Pengertian dan Karakteristik ITF
  • Sejak Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan ITF
    sebagai kerangka kebijakan Moneter.
  • Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan
    kerangka kerja kebijakan moneter yang secara
    transparan dan konsisten diarahkan untuk mencapai
    sasaran inflasi beberapa tahun ke depan yang
    secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan.
  • Empat prinsip pokok rezim kebijakan moneter
    dengan ITF
  • 1. Memiliki sasaran utama, yaitu Sasaran Inflasi,
    yang dijadikan sebagai prioritas pencapaian
    (overriding objective) dan acuan (nominal anchor)
    kebijakan moneter.
  • 2. Bersifat antisipatif (preemptive atau forward
    looking) dengan mengarahkan respon kebijakan
    moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi
    ke depan.
  • 3. Mendasarkan pada analisis, prakiraan, dan
    kaidah kebijakan tertentu dalam menetapkan
    pertimbangan respon kebijakan moneter
    (constrained discretion).
  • 4. Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang
    sehat (good governance), yaitu berkejelasan
    tujuan, konsisten, transparan, dan
    berakuntabilitas.

30
Kerangka Kebijakan Moneter Sejak Juli 2005
  • Secara rinci karakteristik Inflation Targeting
    Framework sbb

Kriteria Kriteria Bernanke et.al. (1999) Svensson (2000)
1 2 3 4 5 6 7 8 Kestabilan harga sbg tujuan akhir kebijakan moneter Pengumuman target inflasi Target inflasi jangka menengah Komunikasi intensip dg publik Penggunaan monetary policy rule secara spesifik Publikasi prakiraan inflasi dan output Target ditetapkan pemerintah (goal dependence) Penggunaan instrumen scr independen (instrument independent) Ya Ya Tidak jelas Ya Tidak jelas Tidak perlu Ya Ya Ya Ya Ya Ya Penargetan prakiraan inflasi Ya Tidak perlu Ya, ttp tidak disebutkan scr jelas
31
Mengapa Inflation Targeting ?
  • IT fokus pada kestabilan harga (sehingga dapat
    digunakan sbg anchor ekspektasi inflasi bagi
    masyarakat).
  • IT meningkatkan transparansi keb. Moneter.
  • IT memberikan ukuran keberhasilan bank sentral
    (kejelasan akuntabilitas).
  • IT bersifat forward looking dan memperhitungkan
    lag kebijakan moneter.
  • IT tidak memerlukan asumsi stabilitas hubungan
    uang beredar, output dan harga.
  • Pengalaman negara-negara lain yang menerapkan IT
    menunjukkan dengan inflasi yang rendah dan
    stabil, pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang
    lebih sustainable.

32
Kerangka Kerja Baru Kebijakan Moneter
Indonesia Empat Langkah Penguatan Kebijakan
Moneter Melalui ITF
  • Empat elemen mendasar dalam langkah-langkah
    penguatan kerangka kerja kebijakan moneter yang
    baru mulai Juli 2005 agar konsisten dengan
    penerapan ITF
  • Penggunaan suku bunga (disebut BI Rate) sebagai
    reference rate dalam pengendalian moneter,
    sebagai pengganti sasaran operasional uang
    primer.
  • Penguatan proses perumusan kebijakan moneter
    dengan strategi antisipatif (forward looking
    strategy) dalam mengarahkan respon kebijakan
    moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi
    ke depan.
  • Strategi komunikasi yang lebih transparan untuk
    memperkuat sinyal kebijakan moneter kepada pasar
    dan upaya pembentukan ekspektasi inflasi.
  • Penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah
    untuk meminimalkan tekanan inflasi dari kenaikan
    administered prices dan volatile foods maupun
    untuk sinergi kebijakan ekonomi secara
    keseluruhan.

33
Inflation Targeting A Framework, Not A Rule
OPERASI MONETER
34
Respon Kebijakan Moneter BI-Rate sebagai Sinyal
Kebijakan
  • BI Rate mencerminkan arah kebijakan moneter yaitu
    indikasi level suku bunga jangka pendek yang
    diinginkan bank sentral dalam upaya mencapai
    target inflasi.
  • Perubahan BI Rate yang mencerminkan perubahan
    stance kebijakan moneter dilakukan dalam
    kelipatan 25 bps (perubahan dapat 25, 50 ataupun
    75 bps sesuai dengan situasi moneter yang
    terjadi).
  • BI Rate diumumkan ke publik pada setiap awal
    bulan setelah RDG Bulanan (baik berubah maupun
    tidak).

35
Kerangka Operasional
36
OPT Lelang SBI
  • Prosedur dan mekanisme pelaksanaan lelang SBI
  • Pelaksanaan lelang SBI 1 bulan dilakukan secara
    mingguan.
  • Untuk mendukung kredibilitas BI Rate, lelang
    diarahkan agar rate hasil lelang sama dengan BI
    Rate.
  • Sistem lelang menggunakan Fixed Rate tender.

37
OPT Lelang SBISebelum Implementasi BI-Rate
  • Bidding rates yang diajukan peserta lelang hari
    Rabu tergantung pada interpretasi mereka terhadap
    indirect signal dari target indikatif yang
    diumumkan hari Selasa.
  • Contoh
  • Pada hari Selasa, BI mengumumkan target lelang
    Rp 10 triliun, dengan jumlah jatuh waktu Rp 9
    triliun.
  • Pasar akan menginterpretasikan pengumuman ini
    sebagai indirect signal bahwa BI menginginkan
    kenaikan bid rate.
  • Sedikit perubahan pada RRT SBI diinterpretasikan
    sebagai perubahan sinyal kebijakan moneter.
  • Contoh
  • Pada hari Rabu, BI mengumumkan hasil lelang
    12,27 dibandingkan minggu sebelumnya 12,25.
  • Pasar akan menginterpretasikan ini sebagai trend
    peningkatan suku bunga yang diinginkan BI,
    sehingga mereka akan mengajukan bid yang lebih
    tinggi pada lelang berikutnya.

38
OPT Lelang SBISinyal Suku Bunga dengan BI-Rate
  • Bidding rates dari peserta lelang tergantung pada
    strategi mereka sesuai dengan BI-Rate yang
    diumumkan.
  • Contoh
  • Pada hari Selasa, BI mengumumkan target lelang
    SBI Rp 10 triliun, dari jumlah jatuh waktu Rp 9
    triliun. BI Rate diumumkan pada level 12,25
  • Pasar tidak menginterpretasikan pengumuman ini
    sebagai indirect signal bahwa BI menginginkan
    kenaikan BI-Rate. Pasar akan mem-bid sekitar
    12,25, tanpa memperdulikan target.
  • Perubahan sinyal kebijakan ditentukan oleh
    berubah/tidaknya BI-Rate.
  • SOR ditetapkan sebesar BI-Rate. Bidding rate yang
    masuk sebagian besar (mendekati 99) berada pada
    level BI-Rate.

39
OPT Lainnya
  • OPT lainnya (lelang SBI 3 bulan, FASBI, FTK dan
    FTE) diarahkan untuk menjaga struktur suku bunga
    pasar uang jangka pendek yang wajar. Hal ini
    untuk mewujudkan pasar uang yang efisien dan
    mengurangi perilaku spekulatif (arbitrage).
  • Suku bunga SBI 3 bulan diarahkan lebih tinggi
    dari suku bunga SBI 1 bulan.
  • FASBI
  • 7 hari BI-Rate 200 bps
  • O/N BI-Rate 500 bps
  • Fine Tune Operation (FTO)
  • FT Kontraksi (O/N 6 hari) rate antara FASBI
    O/N 7 hari.
  • FT Ekspansi (O/N 14 hari) rate lebih tinggi
    dari BI-Rate

40
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG)
  • Perumusan kebijakan moneter yang dilakukan oleh
    Bank Indonesia dilakukan melalui Rapat Dewan
    Gubernur (RDG). Rapat ini dilakukan satu kali
    dalam sebulan untuk menetapkan kebijakan umum
    bidang moneter. Sementara, rapat sejenis juga
    dilakukan satu kali dalam seminggu untuk
    mengevaluasi pelaksanaan kebijakan moneter yang
    telah dilakukan.
  • RDG bulanan dapat dihadiri oleh menteri kabinet
    atau wakil pemerintah dengan hak bicara tanpa hak
    suara. Tujuannya adalah untuk mempererat
    koordinasi kebijakan moneter, kebijakan fiskal,
    dan kebijakan makro ekonomi lainnya.
  • RDG dapat dikategorikan menurut waktu
    pelaksanaannya menjadi RDG bulanan awal tahun,
    RDG triwulanan, RDG bulanan, dan RDG mingguan.

41
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
RDG Bulanan Awal Tahun
  • RDG bulanan awal tahun dilakukan untuk
    mengevaluasi perkembangan ekonomi, moneter,
    perbankan, dan sistem pembayaran selama satu
    tahun yang lalu dan prospeknya ke depan.
  • Telaah mengenai prospek ekonomi makro dan moneter
    ke depan dimaksudkan terutama dilakukan untuk
    menetapkan arah dan sasaran kebijakan moneter
    untuk satu tahun ke depan sesuai dengan sasaran
    inflasi yang ditetapkan.
  • RDG ini jg sekaligus untuk membahas dan mensahkan
    laporan tertulis yang akan disampaikan kpd DPR
    dan Pemerintah. Laporan ini memuat (1)
    pelaksanaan tugas wewenang BI thn sebelumnya,
    (2) rencana kebijakan, penetapan sasaran, dan
    langkah2 pelaksanaan tugas wewenang BI utk
    tahun y.a.d. dgn memperhatikan perkembangan laju
    inflasi kondisi ekonomi dan keuangan.

42
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
RDG Triwulanan
  • Dilaksanakan awal April, Juli, Oktober, dan
    Desember.
  • RDG ini dilaksanakan untuk mengevaluasi
    perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, dan
    sistem pembayaran selama satu triwulan yg lalu
    dan prospeknya utk periode ke depan.
  • Telaah mengenai prospek ekonomi ke depan terutama
    dilakukan untuk menentukan apakah sasaran inflasi
    yang telah ditetapkan masih dalam batas kisaran
    yang aman, serta untuk menetapkan arah dan
    sasaran kebijakan moneter untuk satu triwulan ke
    depan.
  • RDG ini dimaksudkan juga untuk membahas dan
    mensahkan laporan triwulanan tertulis tentang
    pelaksanaan tugas dan wewenang BI yg akan
    disampaikan kpd DPR dan pemerintah.

43
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
RDG Bulanan
  • RDG bulanan dilaksanakan dalam rangka
    mengevaluasi perkembangan inflasi, nilai tukar,
    moneter, dan perbankan.
  • Lebih diarahkan utk memantau pencapaian target
    inflasi arah kebijakan satu bulan berikutnya.
  • Penetapan BI Rate dan langkah pengendalian
    moneter satu bulan yang akan datang, seperti OPT,
    dan sterilisasi/intervensi di pasar valas.
  • Keputusan kebijakan moneter dalam RDG bulanan ini
    disampaikan ke masyarakat melalui siaran pers.

44
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
RDG Mingguan
  • RDG mingguan dilaksanakan atas dasar arahan dari
    RDG bulanan.
  • RDG mingguan dilaksanakan dalam rangka
    mengevaluasi pelaksanaan pengendalian moneter
    pada minggu sebelumnya.
  • Arahan pelaksanaan OPT, sterilisasi/intervensi di
    pasar valas, serta arah suku bunga di minggu
    mendatang.
  • Keputusan pengendalian moneter dalam bentuk OPT
    melalui lelang SBI dalam RDG mingguan ini
    disampaikan ke masyarakat melalui siaran pers.

45
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
Laporan-Laporan
  • Laporan tahunan dan triwulanan BI dievaluasi oleh
    DPR. Laporan ini digunakan sebagai bahan
    penilaian kinerja Dewan Gubernur dan BI secara
    keseluruhan.
  • Laporan tahunan ke DPR dalam rangka
    akuntabilitas, sedangkan laporan tahunan ke
    pemerintah dalam rangka informasi.
  • Laporan tahunan ke masyarakat melalui media massa
    dalam rangka informasi, cerminan transparansi,
    dan pemberitahuan arah kebijakan moneter.

46
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1945 - 1952
Kondisi Ekonomi
Kebijakan Moneter
  • Mata uang Hindia Belanda Jepang masih digunakan
  • Belum terdapat bentuk bank sentral secara formal
  • UUD 1945 Ps.23 perlunya dibentuk sebuah bank yg
    disebut Bank Indonesia, yg mengeluarkan
    mengatur uang kertas
  • UU nasionalisasi De Javasche Bank 6/12/51
    disahkan
  • Dominasi dinamika perkembangan politik terhadap
    permasalahan ekonomi
  • BNI, BRI sebagai bank sirkulasi ORI yg
    menggantikan peran uang Hindia Belanda Jepang
  • ORI ditarik diganti dgn uang De Javasche Bank yg
    ditunjuk sbg bank sirkulasi
  • De Javasche Bank ditetapkan sebagai bank sentral
    pada pemerintah RIS
  • Tindakan moneter sanering pada 1950 (Gunting
    Sjafruddin)

47
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1953 - 1967
Kondisi Ekonomi
Kebijakan Moneter
  • Telah banyak mata uang yang beredar dan
    berbeda-beda di berbagai wilayah di Indonesia
  • Lahir UU No.11/1953 tentang Pokok Bank Indonesia
    sbg pengganti Javasche Bank Wet 1922
  • Pemerintah membangun proyek2 mercu suar dan
    pengeluaran besar untuk militer
  • Jumlah uang beredar berlebihan menyebabkan
    hyperinflation (/- 600) pada pertengahan tahun
    1960-an.
  • Bank Indonesia sbg bank sirkulasi menerbitkan
    mata uang baru, rupiah, sbg satu2nya alat
    pembayaran yg sah di wilayah negara Indonesia
  • Dibentuk Dewan Moneter tdr dr Menkeu (ketua),
    Menteri Ekonomi, dan GBI.
  • BI jg sbg bank komersial dgn memberi kredit kpd
    swasta, pemerintah, yayasan pem., dll.
  • BI sbg agen pembangunan (1). Cetak uang u/
    menutup defisit fiskal (2). Pembiayaan scr lgs
    dlm keg. ekonomi

48
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1968 - 1972
- Periode Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi -
Kondisi Ekonomi
Kebijakan Moneter
  • Pemerintah sebelumnya kurang memegang prinsip
    kehati2an dalam pelaksanaan kebijakan moneter dan
    fiskal
  • Lahir UU No.13/1968 tentang Bank Sentral
  • Laju inflasi turun drastis hingga di bawah 10
  • Kegiatan perekonomian nasional secara berangsur2
    mulai tertata mengalami peningkatan.
  • Pengaturan kelembagaan, positif krn kebijakan
    moneter-fiskal terintegrasi terkoordinir, tp
    negatif krn tdk ada check balance kebijakan2
    ekonomi
  • Kebijakan moneter difokuskan pada pengendalian
    inflasi. Pencetakan uang utk pembiayaan defisit
    anggaran dihentikan
  • Koordinasi kebijakan fiskal-moneter ditingkatkan
    shg stabilitas ekonomi cepat pulih
  • Kebijakan moneter dirumuskan oleh Dewan Moneter
    dan BI melakukan tugas kebijakan moneter sesuai
    dgn keputusan Dewan Moneter
  • ?M0 ke NCG dibatasi ? JUB terkendali

49
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1973 - 1982
- Periode Pertumbuhan Ekonomi dengan Hasil Minyak
-
Kondisi Ekonomi
Kebijakan Moneter
  • Awal dekade 70-an ditemukan ladang2 minyak baru
    secara signifikan shg penerimaan negara meningkat
  • Pengeluaran rutin dan pembangunan oleh pemerintah
    meningkat shg mendorong kegiatan ekonomi riil
  • Kebijakan kredit selektif membuat sektor
    perbankan kurang bergairah krn sumber dana yang
    langka dan penyaluran kredit sangat dibatasi
  • Penerimaan devisa hasil minyak menyebabkan
    ekspansi jumlah uang primer (M0) shg BI melakukan
    penyerapan ekspansi moneter dari sisi fiskal
    tersebut utk meredam tekanan inflasi
  • Kebijakan kredit selektif diluncurkan thn 1974
    utk mengendalikan JUB terutama dgn mengatur
    besarnya ekspansi kredit bank. Pagu kredit
    individual bank setiap tahun ditentukan oleh BI
  • ?NFA ? ? M0 ? ? Kredit dipagu
  • RR diturunkan dr 30 mjd 15 thn 1978 terutama
    utk mendorong pemberian kredit kpd sektor swasta

50
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1983 - 1997
- Periode Deregulasi, Debirokratisasi, dan
Liberalisasi Ekonomi -
Kondisi Ekonomi
Kebijakan Moneter
  • Awal dekade 80-an harga minyak merosot krn
    kecenderungan tjdnya resesi dunia. Penerimaan
    negara utk pembiayaan APBN semakin terbatas.
    Peran swasta dalam kehidupan ekonomi perlu
    ditingkatkan.
  • Pakjun 1983 menandai era liberalisasi sektor
    perbankan dan keuangan. Jml bank, mobilisasi
    dana, bentuk kredit, jenis pembiayaan, vol.
    transaksi dan jenis produk keuangan meningkat.
  • Pakto 1988 mendorong kegiatan ekonomi DN dlm
    menghadapi persaingan global. Scr umum mrp paket
    penyempurnaan kebijakan di bidang keu., moneter,
    perbankan
  • Stl Pakjun 1983, kebijakan moneter langsung
    melalui selective credit policy diganti dgn
    kebijakan moneter tidak langsung melalui OPT. SBI
    diterbitkan thn 1984 sbg instrumen utama OPT
    ditambah dgn intervensi di pasar uang rupiah (1
    s.d. 7 hari).
  • ?M0 dikendalikan ? M1 M2
  • Pakto 1988 menurunkan RR dr 15 mjd 2,
    pelonggaran izin pendirian bank shg perbankan
    tumbuh pesat.
  • RR ? ? ?M0 ? ? M1 M2 ?

51
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1983 - 1997
( L a n j u t a n . . . )
- Periode Deregulasi, Debirokratisasi, dan
Liberalisasi Ekonomi -
Kondisi Ekonomi
Kebijakan Moneter
  • Pengendalian JUB (M1 M2) makin sulit krn operasi
    produk perbankan makin beragam (CDs, CPs,
    promissory notes, ATMs) . Produk pasar modal jg
    berkembang pesat baik dalam bentuk vol. transaksi
    maupun SSB yg diperdagangkan. Tjd decoupling
    (pemisahan) sektor keuangan sektor riil.
  • Liberalisasi sektor keuangan menyebabkan aliran
    dana LN khususnya pinjaman LN swasta jgk pendek
    semakin besar dan pesat.
  • Pinjaman ini tidak dilindungi dr risiko nilai
    tukar, dimanfaatkan utk proyek jgk panjang tdk
    menghasilkan devisa.
  • Besar dan mobilitas aliran dana LN mempersulit
    pelaksanaan kebijakan moneter oleh BI shg BI
    melakukan penyerapan likuiditas dlm perekonomian.
    Hal ini mendorong suku bunga naik.
  • Suku bunga tinggi semakin mendorong aliran modal
    masuk khususnya dlm bentuk SSB berjangka pendek.
  • Prinsip good corporate governance tdk dijalankan
    dgn baik shg mjd penyebab utama krisis thn 1997.
  • ?NFA ? ? ?M0 ? ? OPT ? ?M0 ? ,i ? ? ?NFA ?

52
Kebijakan Moneter Periode Selama Krisis Ekonomi
1997
Periode 1997 - 1998
Kondisi Ekonomi
Kebijakan Moneter
  • Di bawah sistem NT managed floating pd saat itu,
    kebijakan2 yg diambil adl melakukan intervensi di
    pasar valas melebarkan band (rentang)
    intervensi. Tekanan begitu kuat cadangan devisa
    menurun shg sistem NT floating diadopsi.
    Pemerintah memutuskan ikut program IMF (awal
    1998).
  • Bank run penutupan bank diatasi dgn penyediaan
    dana talangan oleh pemerintah melalui BI di bawah
    program penjaminan pemerintah atas seluruh
    kewajiban bank.
  • Kebijakan suku bunga tinggi untuk menghadapi
    tekanan inflasi akibat kelebihan likuitas dlm
    perekonomian.
  • Spekulasi thd Baht menjalar ke Rupiah (contagion
    effect) shg investor asing menarik dananya scr
    tiba2. Timbul kepanikan di pasar valas dan tjd
    aksi borong devisa yg menyebabkan Rupiah merosot
    tajam dlm wkt singkat. Ini mrp awal dr krisis
    ekonomi thn 1997.
  • Pemerintah menutup sejumlah bank shg tjd krisis
    kepercayaan thd bank dan rupiah, tjd bank run.
  • Tjd excess likuiditas, laju inflasi mencapai
    77,63 tahun 1998, dan suku bunga SBI 1 bulan
    mencapai 38,44 pd tahun yg sama.

53
Kebijakan Moneter Periode Pasca Krisis Ekonomi
1997
Periode 1999 - Sekarang
Kondisi Ekonomi
Kebijakan Moneter
  • Stl berada di bawah program IMF, NT rupiah masih
    rentan dan tekanan inflasi masih tinggi.
  • Kebijakan yg diambil scr berangsur2 mampu
    menstabilkan nilai tukar rupiah dan mengendalikan
    tekanan inflasi. NT menguat dr rata2
    Rp9.316/dolar thn 2002 mjd rata2 Rp8.572/dolar
    thn 2003. Inflasi turun dr 10,03 thn 2002 mjd
    5,06 thn 2003. Suku bunga SBI turun dr 13,02
    thn 2002 mjd 7.34 pd Juni 2004.
  • Lahir UU No.23/1999 tentang Bank Indonesia sbg
    penguatan BI scr kelembagaan sbg bank sentral,
    dgn fokus mencapai dan memelihara kestabilan
    nilai rupiah. BI mrp bank sentral yg independen,
    namun transparan accountable.
  • Pengendalian JUB melalui pencapaian sasaran
    operasional uang primer yg ditetapkan sesuai dgn
    program yg disepakati antara Pemerintah dan IMF
  • Suku bunga diturunkan stl NT rupiah stabil dan
    tekanan inflasi terkendali.
  • Tugas pokok BI menurut UU No.23/99 adl (1)
    menetapkan melaksanakan kebijakan moneter (2)
    mengatur menjaga kelancaran sistem pembayaran
    (3) mengatur mengawasi sistem perbankan. Ketiga
    tugas ini saling terkait dalam upaya mencapai
    kestabilan rupiah.
  • BI diberi wewenang utk melaksanakan kebijakan NT
    dan pengelolaan cad. devisa sesuai dgn sistem NT
    dan sistem devisa yg ditetapkan

54
Kebijakan Moneter Periode Pasca Krisis Ekonomi
1997
Periode 1999 - Sekarang
Kondisi Ekonomi
Kebijakan Moneter
  • Tugas pokok yg telah ditetapkan dalam UU,
    menuntut BI untuk juga responsif terhadap
    dinamika yg terjadi dalam bidang tugasnya.
  • Terdapat tuntutan untuk melakukan amandemen thd
    UU No.23/1999 ttg BI sbg upaya untuk menyesuaikan
    dengan perkembangan kondisi ekonomi, sosial, dan
    politik.
  • Munculnya paradigma baru kebijakan bank sentral
    di bidang moneter, perbankan dan sistem
    pembayaran yaitu Inflation Targeting Framework
    (ITF), Arsitektur Perbankan Indonesia (API), dan
    Real Time Gross Settlement (RTGS).
  • Amandemen UU ttg BI dalam UU No.3/2004, dgn
    pokok2 antara lain (1) penetapan sasaran inflasi
    oleh pemerintah stl berkoordinasi dgn BI, (2)
    pengalihan fungsi pengawasan bank pada 2010, (3)
    penyediaan Financial Safety Nets, (4) pembentukan
    Badan Supervisi, (5) Keanggotaan DG
    internal/eksternal, dan (6) Aspek2 transparansi,
    akuntabilitas, dan pertanggungjawaban.

55
Questions and Answers
For further question, contact ppsk_at_bi.go.id iskan
darsim_at_bi.go.id
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com