2. BAHAN ASPAL - PowerPoint PPT Presentation

1 / 59
About This Presentation
Title:

2. BAHAN ASPAL

Description:

2. BAHAN ASPAL DR.IR.ADINUS SALEH Adinus. S 2. BAHAN ASPAL 2.1. Aggregat(umum) 2.2. Aggregat Kasar 2.3. Aggregat Halus 2.4. Filler (bahan pengisi) 2.5. – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:2557
Avg rating:5.0/5.0
Slides: 60
Provided by: DRIR7
Category:
Tags: aspal | bahan | pecahan

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: 2. BAHAN ASPAL


1
2. BAHAN ASPAL
DR.IR.ADINUS SALEH
  • Adinus. S

2
2. BAHAN ASPAL
  • 2.1. Aggregat(umum)
  • 2.2. Aggregat Kasar
  • 2.3. Aggregat Halus
  • 2.4. Filler (bahan pengisi)
  • 2.5. Gradasi Aggregat Gabungan
  • 2.6. Bahan Aspal
  • 2.7. Bahan Aditif
  • 2.8. Sumber Pasokan


2.1. Aggregat Umum.
3
2.1. Aggregat (umum)
a. Aggregat terdiri dr agregat kasar dan agregat
halus dan bila dicampur harus, sesuai dengan
rumus perbandingan campuran,yang
disyaratkan.(Agrg ksr gt Sar no 8)
  • b. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan
    yang ada.(agregat kasar dan agregar halus hrs
    ditumpuk terpisah)

c. Sebelum dimulai pekerjaan, stok bahan harus,
paling sedikit untuk kebutuhan rencana
produksi 1 (satu) bulan, harus
dipertahankan untuk kebutuhan campuran
aspal 1 (satu) bulan berikutnya.
2.1. Agregat Umum.
4
2.1. Aggregat (umum) Lanjutaqn
  d. Aggregate, harus sudah memperhitungakan
penyerapan aspal oleh aggregate.(T182-84/1990
) (Variasi kadar aspal akibat penyerapan
aspal yang berbeda, tidak dapat
diterima sebagai alasan untuk
negosiasi kembali harga satuan dari campuran
aspal).gt 95
  • e. Penyerapan air oleh aggregate maksimum 3.

f.  Berat jenis (spesific grafity) aggregate
kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih
dari 0.2.
2.2. Cara menumpuk agregat kasar.
5
  • Daya lekat Agregate thd aspal
  • (ASTHO T-182-84)
  1. Benda Uji 9Agregate) lolos saringan 3/8 inc dan
    tertahan sar ¼ inc
  2. Masukkan 100 grm benda uji kedalam wadah
  3. Isikan ? 5,5 gr aspal yg telah dipanaskan
    (tertentu)
  4. Aduk (agregate aspal panas) sampai rata ? 2
    menit
  5. Masukkan kedalam open pd temp 600 C, selama 2 jam
  6. Keluarkan wadah dr open, aduk kembali sampai
    dingin
  7. Pindahkan kedalam gelas kimia
  8. Isi dgn air suling 400 ml, diamkan 16-18 jam
    (temp ruang)
  9. Perkirakan luas permukaan yg masih terselimuti
    aspal.

6
2.2 AGREGAT KASAR
Berat jenis agregat kasar a. Berat jenis (bulk
specific gravity) ialah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada
suhu tertentu.
  • b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu
    perbandingan antara berat agregat kering
    permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya
    sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada
    suhu tertentu.

c. Berat jenis semu (apparent specific gravity)
ialah perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu.
d. Penyerapan ialah persentase berat air yang
dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.
7
2.2 AGREGAT KASAR
  • PERHITUNGAN
  • BK
  • a. Berat jenis (bulk specific gravity)
  • BJ Ba
  • b. Berat jenis kering-permukaan
    BJ
  • jenuh (saturated surface dry)

  • BJ Ba
  • c. Berat jenis semu (apparent
    BK
  • specific grafity)
  • BK
    Ba
  • d.
  • Bk Berat benda uji kering oven, (gram)
  • BJ Berat benda uji kering-permukaan jenuh,
    (gram)
  • B Berat benda uji kering-permukaan jenuh dalam
    air (gram)

8
  • Prosedur pengujian Berat jenis penyerapan
    agregat kasar (SNI 03-1969-1990)

1. Siapkan 5 kg benda uji yg tertahan di Sar No
4, cuci agar debu dan bahan lain yg melekat
hilang 2. Keringkan benda uji dlm oven, sampai
beratnya tetap 3. Dinginkan sampai temp kamar
1-3 jam, timbang (Bk) 4. Rendam dalam air selama
24 jam 5. Keluarkan benda uji dr air, lap dgn
kain sampai air pd permukaan hilang. 6. Timbang
benda uji itu / keadaan kering permukaan jenuh
(Bj) 7. Letakkan benda uji dlm keranjang, agar
udara yg terserap hilang dan tentukan beratnya
dalam air ( Ba), temp air 250C
9
Cara menumpuk Agregat Kasar
SALAH Terjadi segregasi
  • BENAR
  • Menempatkan Agregat dlm
  • tumpukan - tmpukan

2.2. Cara memindahkan agregat kasar.
10
Cara memindahkan Agregat Kasar
SALAH Terjadi segregasi, terlalu tinggi
  • BENARMemindahkan
  • agregat dgn
  • Truk, diberi penahan

2.2. Cara menumpuk agregat halus.
11
Cara menumpuk Agregat Halus
BENAR Gunakan ban berjalan dgn kerucut curam,
jatuh kan serendah mungkin
SALAH
2.2. Pengambilan contoh agregat kasar.
12
PENGAMBILAN CONTOH AGREGAT DR TIMBUNAN (AASTHO
T2-84)
  • a. Tentukan tempat pengambilan contoh
    agregat (acak), pd tempat penimbunan danmasukkan
    papan kedalam timbunan tegak lurus
  • b. Buang agregat pd daerah miring dibawah
    papan, shg diperoleh daerah yg datar utk
    penganmbilan contoh
  • c. Masukkan sekop kedlm bagian yg datar,
    dan pindahkan satu skop penuh kedalam amber.

13
PENGAMBILAN CONTOH AGREGAT DR CONVEYOR
BELT(AASTHO T2-87)
  • Hentikan ban gerjalan
  • Pilih/tentukan jumlah contoh yg diinginkan pd ban
    berjalan
  • Pisahkan (dg alat pembagi) agregat dari material
    lainnya pd ban berjalan.
  • Masukkan ke dlm kntong/kontainer agregat yg ada
    dlm alat pemisah (utk diuji)

14
PENGAMBILAN CONTOH AGREGATPD TRUK, KERETA, KAPAL
DLL)
  • 1. Buat parit (acak) yg memotong timbunan
    agregat
  • 2. Jumlah parit minimum 3
  • 3. Ukuran parit ( lebar 0.3m dalam 0.3m)
  • 4. Ambil agregat dgn skop (penuh), pd dasar
    parit, masukkan kedalam kantong/ kontainer
  • 5. Dng cara yg sama lakukan pd parit yg
    lainnya.
  • 6. Dua dr 7 titik pd setiap parit hrs berada
    pd sisi gerbong, truk, atau sisi kapal laut
  • 7. Variasi jumlah parit tergantung dr ukuran
    dan kapasitas gerbong, truk, kapal.

0.3 m
0.3 m
15
PENGAMBILAN CONTOH AGREGAT(UNTUK DIUJI)
  • 1.CONTOH AGREGAT
  • YG DIAMBIL UNTUK
  • DIUJI
  • 30 KG gt 28 MM
  • 25 KG ( 5 MM- 28MM)
  • 13 KG lt 5 MM)
  • DARI 10 BAGIAN
  • (DARI TEMPAT YG
  • BERBEDA)
  • 2. DIBAGI ATAS 4 BAGIAN
  • SEBAIKNYA DLM KEADAAN
  • BASAH (DIPERCIKKAN AIR)

2.2. Pemisah contoh agregat kasar.
16
PENGAMBILAN CONTOH AGREGAT (Manual
pemeriksaan Bahan Jalan)
(UNTUK DIUJI)
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh
atau cara perempat banyak i. Agregat
halus Ukuran maks no.4 berat min 500
gram Ukuran maks no.8 berat min 100 gram
Bina Marga Ukuran (mak) 2.3 mm (no 4)
10 (25) 4.75 mm (no 8) 10 (25) 9.5 mm (
3/8 in) 10 (25) 12.5 mm (1/2 in ) 15
(35) 19.0 mm (3/4 in) 25 (35) 25.0 mm (1 ½
in) 50 (110) 37.5 mm (13/4 in) 75
(165) 50.0 mm (2in) 100 (220)
  • ii. Agregat kasar
  • Ukuran maks 3,5 berat min 35 kg
  • Ukuran maks 3 berat min 30 kg
  • Ukuran maks 2,5 berat min 25 kg
  • Ukuran maks 2 berat min 20 kg
  • Ukuran maks 1,5 berat min 15 kg
  • Ukuran maks 1 berat min 10 kg
  • Ukuran maks ¾ berat min 5 kg
  • Ukuran mask ½ berat min 2,5 kg
  • Ukuran maks 3/8 berat min 1 kg

17
PEMISAH CONTOH AGREGAT(UNTUK DIUJI)
  • 1.CONTOH AGREGAT
  • DIMASUKKAN KE DLM
  • HOPPER (DLM KEAD
  • TERKUNCI)
  • 2. BUKA KUNCI HOPPER
  • SHG AGREGAT
  • TERTAMPUNG DI 2
  • PENAMPUNG, MELALUI
  • CORONG-CORONGKIRI
  • DAN KANAN
  • 3. ULANGI BEBERAPA
  • KALI

18
Jenis Pemecah Batu
  • 1. Pemecah batu berbentuk rahang (jaw crusher)
  • a. Terdiri dari satu atau lebih rahang yang
    berayun dan beroperasi
  • di pd suatu rahang yang tetap
  • b.Jarak antara panjang gerakan menentukan
    ukuran batas dari
  • batu pecah. 

19
Jenis Pemecah Batu
  • 2.Pemecah batu berbentuk kerucut yang berayun
    pada sumbu vertikalnya (Gyratory crusher) di
    mana kepala pemecahnya berayun eksentrik pada
    tangkai putar miring yang membawanya.

20
Jenis Pemecah Batu
  • 3.Pemecah dengan cakram (disc crusher),
  • terdiri atas satu cakram tetap dan satu
    cakram bentuk piring kecil yang terbuka dan
    tertutup ketika batu masuk ke dalamnya.

21
Jenis Pemecah Batu
4. Pemecah dengan pemukul (Hammer, atau impact
crusher) yang jenisnya ada
bermacam-macam.Pemecah pemukul ini
membutuhkan biaya perawatan dan pemakaian yang
tinggi.
5. Pemecah dgn roll (roll crusher). Sifat
memecahnya diperoleh dari pemasukan bahan
antara roll yang bergerigi, seperti gergaji
atau bergelombang dengan roll semacam atau roll
lain yang halus permukaanya. Keganjilan
pemakaian roll semacam ini menyebabkan
kesukaran-kesukaran di dalam mempertahankan
ukuran.  
  • 6. Gilingan dengan tongkat dipakai untuk
    mengganti pemecah batu
  • dengan roll, agar dapat mengurangi
    pecahan-pecahan halus, dan
  • dapat lebih ekonomis, serta hasilnya lebih
    seragam.

22
Penyerapan aspal oleh agregat Penyerapan air oleh
agregat
Aspal Yang Diserap
Porositas permeabilitas thd air yg tdk dpt diisi
aspal
Aspal Pengikat
VFB Rongga terisi aspal (Void Filled with
Binder) VMA Rongga dlm agregat (Void in the
Mineral Agg) VIM Rongga udara dlm campuran
(void air in Mixed)
Aspal Yang Diserap
23
2. 2. AGGREGAT KASAR
1. Fraksi Aggregat kasar hrs tertahan ayakan
No.8 (2,36mm), dan memenuhi ketentuan
(tabel 2.1) (Bersih, awet, bebas dr
lempung, dll)
  • 2. Hrs terdiri dari batu/krikil pecah.

3. Ukuran max adalah satu ayakan gt dr ukuran
nominal maksimum . (max 10 yg tertahan pd
ukuran nom max)
4. Mempunyai angularitas dr Tabel 2.(1).
(Angularitas Agregat kasar berat Aggregat yg
gt 4,75mm dengan muka bidang pecah satu
atau lebih)
2.2. Agregat Kasar.
24
2. 2. AGGREGAT KASAR
Lanjutan
Fraksi Aggregat kasar hrs tertahan ayakan No.8
(2,36mm),
Contoh ukuran maximum dan nominal maximum Misal
Aggregat Laston(AC) Base. Ukuran maksimum 1 ½
Nomonal maksimum 1 yg tertahan pd ukuran
nominal max 100-90 10
  • Ukuran Berat yang lolos
  • Ayakan Latastir(SS) Lataston(HRS)
    Laston(AC)
  • ASTM (mm) Kls A Kls B WC
    Base WC BC Base
  • 1 ½ 37,5 100
  • 1 25
    100 90-100
  • ¾ 19 100 100
    100 100 100 90-100 90-100
  • ½ 12,5
    90-100 90-100 90-100
    maks.90
  • 3/8 9,5 90-100
    75-80 65-100
    maks.95
  • No.8 2,36
    75-100 50-72 35-55
    28-58 23-39 19-45
  • No.16 1,18
  • No. 30 0,600
    35-60 15-35
  • No.200 0,075 10-15 8-13
    6-12 2-9 4-10
    4-8 3-7


Ukuran maksimum
Nominal maksimum
25
Brass Round Sieve(Saringan dr kuningan)
  • Untuk menentukan
  • grain size distribusi
  • partikel pasir gravel

26
2. 2. AGGREGAT KASAR Lanjutan
  • 4. Batas-batas kepipihan dan kelonjongan max
    10 dlm tabel 2.(1), dpt dinaikkan oleh
    Direksi, bila ketentuan lainnya telah memenuhi dg
    sempurna

5. Aggregat kasar yg kotor dan berdebu, yg
lolos ayakan No 200 (0,0075 mm), gt 1
tdk boleh gunakan.
6. Harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
AMP dgn menggunakan pemasok penampung dingin
(cold bin feeds)
7. Aggregat kasar dr Latasir Kelas A dan B,
boleh dari kerikil yg bersih
2.2. Agregat Kasar.
27
2.2. AGREGAT KASAR Lanjutan
  • Tabel 2.(1). Ketentuan Aggregate kasar
  • Pengujian
    Standar
    Nilai
  • 1. Kekekalan bentuk aggregate terhadap larutan
    SNI 03-3407-1994 Maks.12
  • natrium dan magnesium sulfat
  • 2. Abrasi dengan mesin Los Angles
    SNI 03-2417-1991 Maks.40
  • 3. Kelekatan Aggregate terhadap aspal
    SNI 03-2439 -1991 Min. 95
  • 4. Angularitas (kedalaman dari permukaan lt 10)
    DotTs 95/90
  • Test Method 80/75
  • 5. Angularitas (kedalaman dari permukaan gt 10)
    Pennsylvania 95/90
  • PTM No.621 80/75
  • 6. Partikel Pipih ASTM D-4791
    Maks 25
  • 7. Partikel Lonjong
    ASTM D-4791 Maks 10
  • 8. Material lolos saringan No.200 SNI
    03-4142-1996 Maks 1
  • Catatan
  • 80/75 menunjukkan bahwa 80 aggregate kasar
    mempunyai bidang pecah satu atau lebih dan 75
    aggregate kasar mempunyai muka bidang pecah dua
    atau lebih

2.3. Los Angles.
28
Los Angles Abrassion Machine ASSHTO T-96 (ASTM
C-131)
  • Untuk menentukan degradasi mineral agregat
    dari abrasi, impact dan grinding

Kekekalan agraegat thd larutan natrium dan
magnesium sulfat ASSHTO T-104 86 (ASTM C-88-76)
  • Kekekalan agraegat thd aspal
  • ASSHTO T-182 84 (ASTM C-
  • 1664-80)

2.3. Agregat Halus.
29
2.3. Aggregate Halus
a.  Terdiri dari pengayakan batu pecah /pasir
yang lolos ayakan No.8 (2,36mm)
b. Harus ditempatkan terpisah dari aggregate
kasar.
c. Pasir boleh digunakan dlm campran aspal.
( max untuk Laston /AC adalah 5)
  • d. Harus merupakan bahan yang bersih, keras,
    bebas
  • dari lempung, atau bahan yang tidak
    dikehendaki lainnya.
  • (Batu pecah halus harus diperoleh dari batu
    yang memenuhi ketentuan
  • mutu (Pasal 2.1))

2.3. Agregat HAlus.
30
2.3. Aggregate Halus
e. Agregat pecah halus dan pasir hrs ditumpuk
terpisah (dipasok ke AMP, dengan mengunakan
pemasok penampung dingin- cold bin feeds)
  • f. Pasir kotor dan berdebu serta mempunyai
    partikel lolos ayakan N0.200 (0,075 mm) gt 8 atau
    pasir yang mempunyai nilai setara pasir (sand
    equivalent) lt 40 sesuai dengan Pd M-03-1996-03,
    tidak dapat digunakan dalam campuran.

  Tabel 2.(2) angularitas Aggregate Halus
Pengujian
Standar Nilai Nilai setara
Pasir SNI 03-4428-1997
Min 50 Material lolos Saringan No 200
SNI 03-4428-1997 Min 8
2.3. Agregat Halus.
31
2.3. Aggregate Halus

lanjutan
g. Aggregate halus harus mempunyai angularitas
yang disyaratkan Dalam tabel 2.(2)
 

  • INI SPEC THN 2001
  •   Tabel 2.(2) angularitas Aggregate Halus
  • Pengujian Lalu Lintas
    Standar Nilai
  • Angular (kedalaman lt 1 juta ESA
    AASTHO Min 40
  • dari permukaan lt 10 cm gt 1 juta ESA
    TP-33 Min 45
  • Angular (kedalaman dari lt 1 juta ESA
    AASTHO Min 40
  • permukaan gt 10 cm gt 1 juta ESA
    TP- 33 Min 40

2.4. Bahan Pengisi (filler).
32
2.4. BahanPengisi (filler)
a. Harus terdiri dr debu batu kapur (lime stone
dust), semen Portland, abu terbang, abu tanur
semen atau bahan non plastis lainnya disetujui
oleh Direksi Pekerjaan.
b. Filler harus kering dan bebas dari gumpalan-
gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan secara
basah sesuai dengan SK SNI M-02-1994-03 harus
mengandung bahan yang lolos ayakan No 200
(75micron) tidak kurang dari 75 terhadap
beratnya.
  • c. Kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi
    sebagian, digunakan sebagai filler maka proporsi
    maksimum yang diizinkan adalah 1,0 dari berat
    total campuran aspal.

2.5. Garadasi Agregat Gabungan .
33
2.5. Gradasi Aggregat Gabungan
1.Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal,
ditunjukkan dalam persen terhadap berat aggregat.
  • 2.Harus memenuhi batas-batas dan harus berada
    diluar Daerah Larangan (Restriction zone) yang
    diberikan dalam Tabel 2.(3).

3.Gradasi aggregat gabungan harus mempunyai jarak
terhadap batas-batas toleransi yang diberikan
dalam Tabel 2.(3) dan terletak diluar Daerah
Larangan.
2.5. Garadasi Agregat Gabungan .
34
2.5. Gradasi Aggregat Gabungan
Daerah larangan
Daerah Larangan
35
2.5. Gradasi Aggregat Gabungan
lanjutan
36
2.5. Gradasi Aggregat Gabungan
lanjutan
37
2.5. Gradasi Aggregat Gabungan
lanjutan
38
2.5. Gradasi Aggregat Gabungan
lanjutan
39
  • Tabel 2.(3) Gradasi Aggregat Untuk Campuran
    Aspal (Spesifikasi)
  • Ukuran Berat yang lolos
  • Ayakan Latastir(SS) Lataston(HRS)
    Laston(AC)
  • ASTM (mm) Kls A Kls B WC
    Base WC BC Base
  • 1 ½ 37,5 100
  • 1 25
    100 90-100
  • ¾ 19 100 100
    100 100 100 90-100 90-100
  • ½ 12,5
    90-100 90-100 90-100
    maks.90
  • 3/8 9,5 90-100
    75-80 65-100
    maks.95
  • No.8 2,36
    75-100 50-72 35-55
    28-58 23-39 19-45
  • No.16 1,18
  • No. 30 0,600
    35-60 15-35
  • No.200 0,075 10-15 8-13
    6-12 2-9 4-10
    4-8 3-7
  • Daerah Larangan
  • No.4 4,75 39,5
  • No.8 2,36 39,1 34,6
    26,8-30,8
  • No.16 1,18 25,6-31,6 22,3-28,3
    18,1-24,1
  • No.30 0,600 19,1-23,1 16,7-20,7
    13,6-17,6

40
Aggregate kasar dan halus (spec lama)
  • Agregate kasar
  • Agregate halus

41
2.5. Gradasi Aggregat Gabungan
1. HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80
aggregat lolos ayakan NO.8 (2,36 mm) harus juga
lolos ayakan No.30 (0,600 mm ). Contoh
batas-batas bahan bergradasi senjang, lolos
saringan No 8 dan lolos saringan No 30.(lihat
tabel 2.4)
2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi
aggregat. Batas batas gradasi ditentukan
pada ayakan ukuran nominal maksimum,
ayakan menengah (2,36 mm) dan ayakan
terkecil (0,075)
  • Tabel 2.4 Contoh-contoh Batas-batas Bahan
    bergradasi senjang
  • lolos No.8 40 50 60
    70
  • lolos No.30 Paling sedikit 32 Paling
    sedikit 40 Paling sedikit 48 paling sedikit
    56
  • Kesenjangan 8 atau kurang 10 atau
    kurang 12 atau kurang 14 atau kurang.

2.6. Bahan aspal untuk cam. aspal .
42
2.6. Bahan aspal untuk campuran aspal
a.1 Bahan aspal harus dari jenis aspal semen
pen.60/70.
a.2 Bahan aspal harus memenuhi yang memenuhi
AASHTO M20 dan mempunyai titik lembek
minimum 480 C, yang ditentukan sesuai
dengan SNI 06-2434-1991 (AASHTO T53).
2.6. Bahan aspal unutk cam. aspal .
43
2.6. Bahan aspal untuk campuran aspal
ASPAL  1.Aspal atau bitumen merupakan
material yang berwarna hitam kecoklatan yg
bersifat viskositas
2.Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu mata
rantai hidrokarbon yang disebut bitumen,
  • 3.Aspal sering disebut material bituminous. 

4.Umumnya aspal dihasilkan dari
penyulingan/destilasi minyak bumi,
5.Disebut juga aspal keras atau aspal semen .
2.6. Jenis-jenis aspal .
44
PrudukKilang Minyak
45
Jenis-jenis Aspal
  • 1.ASPAL KERAS /ASPALSEMEN/ ASPAL MURNI
  • 2.ASPAL CAIR (CUTBACK ASPHALT)
  • a.Aspal cair cepat mantap (RC rapid
    curing),
  • b.Aspal cair lambat mantap (SC slow
    curing),
  • c.Aspal cair lambat mantap (SC slow curing
  • 3. ASPAL EMULSI
  • 4.ASPAL ALAM
  • 5.ASPAL BATU (ROCK ASPHALT)
  • 6.ASPAL MODIFIKASI
  • a.Aspal Polymer Elastomer(Campur
    karet,styrene dll)
  • b.Aspal Polymer Plastomer(campur
    polypropilene dan polyethilene)

2.6. Jenis-jenis aspal .
46
Jenis-jenis Aspal
  • 1.ASPAL KERAS/ASPALSEMEN
  • Pada proses destilasi fraksi ringan minyak
    bumi (temperatur sekitar 480 0C) menghasikan
    residu yg dikental dgn nama aspal keras atau
    aspal semen.

2.Mutu ASPAL KERAS/ASPALSEMEN
a. Berdasarkan penetrasi pd 25 0C
Aspal 40/50, 60/70, 200/300 dll. (200/300 lunak,
40/50 keras)
b. Berdasarkan kekentalan/viskosistas 60
0C AC (Asphalt Cement) 2,5 AC 5 AC
10 AC20 dll. (AC2,5 lunak AC20
keras)
b. Berdasarkan RTFOT (Rolling Thin Film
Oven Test) pada 60 0C AR (aged
residu) 10, AR20,AR40,AR80 dll. (AR10 lunak, AR80
keras)
CatatanAC 20 penetrasi 60 (lihat tabel
The Asphalt Institut,1983
2.6. Jenis-jenis aspal .
47
Jenis-jenis Aspal
  • 1.ASPAL KERAS
  • Pada proses destilasi fraksi ringan minyak
    bumi (temperatur sekitar 480 0C) menghasikan
    residu yg dikental dgn nama aspal keras.

2.ASPAL CAIR (CUTBACK ASPHALT)
Aspal cair dihasilkan dgn melarutkan aspal keras
dgn bahan pelarut berbasis minyak.
Aspal cair dpt dibedakan dalam 3 jenis, yaitu

Aspal cair cepat mantap (RC rapid curing),
yaitu aspal cair yg bahan pelarutnya cepat
menguap. (Pelarutnya biasanya bensin)Aspal cair
mantap sedang (MC medium curing), yaitu aspal
cair yg ahan pelarutnya tidak begitu cepat
menguap. Pelarut yg digunakan pada aspal jenis
ini biasanya minyak tanah. Aspal cair lambat
mantap (SC slow curing), yaitu aspal cair yg
bahan pelarutnya lambat menguap.(Pelarutnya
biasanya solar). Aspal cair dapat
digunakan lapis resap pengikat (prime coat) atau
lapis perekat (tack coat).
2.6. Jenis-jenis aspal .
48
Jenis-jenis Aspal
3. ASPAL EMULSI a. Aspal emulsi dihasilkan
melaui proses pengemulsian aspal keras.aspal
keras dipisahkan dan didispersikan dalam air yg
mengandung emulsifier (emulgator).
  • b. Berdasarkan muatan listrik zat pengemulsi yg
    digunakan,
  • aspal emulsi yg dihasilkan dapat dibedakan
    menjadi
  • Aspal emulsi anionic, yaitu emulsi yg
    berion negatif.
  • Aspal emulsi kationik, yaitu aspal emulsi
    yg berion positif.
  • Aspal emulsi non-ionik, yaitu aspal emulsi yg
    tidak berion
  • (netral).
  • c. Huruf RS (rapid setting), MS (medium setting)
    dan SS (slow setting).

d. Dapat digunakan lapis resap pengikat (prime
coat) atau lapis perekat (tack coat)
2.6. Jenis-jenis aspal .
49
Jenis-jenis Aspal
4.ASPAL ALAM   Aspal alam adalah aspal yg secara
alamiah terjadi di alam. Berdasarkan
depositnya aspal ini dikelompokkan ke dalam 2
kelompok, yaitu - Aspal Danau (Lake
Asphalt) - Aspal Batu (Rock
Asphalt)   Aspal ini secara alamiah
terdapat di danau Trinidad, Venezuella dan
Lawele. Aspal ini terdiri dari bitumen, mineral
dan bahan organic lainnya
  • 5.ASPAL BATU (ROCK ASPHALT)
  • Aspal batu Kentucky dan Buton adalah aspal
    yg secara alamiah terdeposit di daerah Kentucky,
    USA dan di pulau Buton, Indonesia
  • Aspal dari depodit ini terbentuk dalam
    celah-celah batuan kapur dan
  • batuan pasir. Aspal yang terkandung dalam
    batuan ini berkisar antara 12-35 dari masa batu
    tersebut dan memiliki tingkat penetrasi 0 40.

2.6. Jenis-jenis aspal .
50
Jenis-jenis Aspal
6.ASPAL MODIFIKASI  a.Aspal Polymer Elastomer
SBS (Styrene Butadine Styrene), SBR (Styrene
Butadine Rubber), SIS (Styrene Isoprene Styrene),
dan karet adalah jenis-jenis polymer elastromer
yg biasanya digunakan sebagai bahan pencampur
aspal keras
  • b.Aspal Polymer Plastomer
  • Jenis polymer plastomer yg telah banyak
    digunakan antara lain adalah EVA (Ethylene Vinyl
    Acetate), polypropilene dan polyethilene.
    Persentase penambahan polymer ini ke dalam aspal
    keras tertentu penambahan ini dapat memperbaiki
    sifat-sifat rheologi aspal

2.6. Bahan aspal unutk cam. aspal .
51
2.6. Bahan aspal untuk campuran aspal
a.3 Pengambilan contoh bahan aspal harus
dilaksanakan sesuai dengan AASHTO T40 (SNI
06-6399-2000 ). a. Pengambilan contoh bahan
aspal dari tiap truk tangki harus pada bagian
atas, tengah dan bawah.
  • Contoh harus langsung diuji di laboratorium
    lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi dan
    titik lembek.
  • Bahan aspal di dalam truk tangki tidak boleh
    dialirkan ke dalam tangki penyimpan sebelum hasil
    pengujian contoh memenuhi ketentuan spesifikasi
    ini.

Bila hasil pengujian contoh pertama tersebut
lolos ujian, tidak berarti bahan aspal dari
contoh yang mewakili telah memenuhi semua
sifat-sifat bahan aspal yang di syaratkan
2.6. Pengambilan contoh aspal .
52
b. Ukuran contoh1.Untuk contoh bahan
cair Untuk pengujian rutin lab. Aspal
minyak 1 liter Apal
emulsi 4 liter. Dari
dalam bentuk curah 1 liter Dari barrels
/drum 1 liter.
  • Pengambilan contoh bahan aspal

2.Untuk bahan semi padat atau padat
sebagai berikut Dari barrels drum atau
blok-blok 1k g. Dari crusser dlm
curah/bags 1kg
2.6. Pengambilan contoh aspal .
53
Pengambilan contoh bahan aspal
  • c. Semi padat atau bahan padat yang belum di
    pecah.
  • Drum, barrel, kardus atau kantong. Bila
    contoh diambil dari
  • produksi menerus atau kemasan, dipilih
    secara acak
  • seperti pd
  • Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah Contoh Yang
Dipilih Secara Acak Dikirim
Yang Diambil 2 8
2 9 29
3 28 64 4
65 - 125 5 126
216 6 217 343
7 344 512
8 513 729 9
730 1000 10 1001 -
1331 11
2.6. Bahan aspal untuk cam. aspal .
54
2.6. Bahan aspal untuk campuran aspal
Spesifikasi aspal pen 60
  • No. Jenis Pengujian
    Metode Spesifikasi
  • Pengujian Min
    Max Satuan
  • 1. Penetrasi 250 C 100 gr
  • 5 detik SNI 06-2456-1991 60
    79 0,1 mm
  • 2. Titik lembek SNI 06-2434-1991 48
    58 0 C
  • 3. Daktilitas SNI 06-2432-1991 100
    - Cm
  • 4 Kelarutan dalam C2HCL3 ASTM D 2042 99
    -
  • 5. Titik Nyala SNI 06-2433-1991 200
    - 0 C
  • 6. Berat Jenis SNI 06-2441-1991 1,0
    - gr/ml
  • 7. Kehilangan berat(Thin Film Oven
  • Test) SNI 06-2440-1991 -
    0,8
  • 8. Penetrasi setelah kehilangan berat SNI
    06-2456-1991 54 - asli
  • 9. Daktilitas setelah kehilangan berat
  • 10. Titik lembek setelah kehilangan berat SNI
    06-2434-1991 - -
    0 C
  • 11. Suhu pencampuran ASTM D 88 -
    - 0 C
  • 12. Suhu pemadatan ASTM D 88 -
    - 0 C
  • 13. Kadar air SNI 06-2490-1991 0
    0 0 C

2.6. Bahan aspal untuk cam. aspal .
55
2.6. Bahan aspal untuk campuran aspal
b. Bahan aspal yang diperoleh kembali dari
benda uji pada rumus perbandingan campuran harus
Mempunyai nilai penetrasi tidak
kurang dari 55 nilai penetrasi aspal
sebelum pencampuran
Nilai daktilitas tidak kurang dari 40
cm, dengan prosedur SNI- 06-2456-
1991 dan SNI-06-2432-1991
2.6. Bahan aspal untuk cam. aspal .
56
2.6. Bahan aspal untuk campuran aspal
  • c. Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji
    dengan
  • cara SNI 03-3640-1994.
  • Setelah konsentrasi larutan aspal yang
    terekstrasi
  • mencapai 200 mm, partikel mineral yg
    terkandung
  • harus dipindahkan ke dalam suatu
    sentrifugal.

Pemindahan ini dianggap memenuhi
bilamana kadar abu dalam bahan
aspal yang diperoleh kembali tidak
melebihi 1 (dengan pengapian).
Bahan aspal harus diperoleh kembali
dari larutan sesuai dengan
prosedur AASHTO T170.
2.7. Bahan aditif untuk aspal .
57
2.7. Bahan Aditif Untuk Aspal
1.Aditif kelekatan dan anti pengelupasan harus
ditambahkan ke dalam bahan aspal bilamana
diperlukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan
  • 2.Persentase aditif yang diperlukan harus
  • dicampurkan ke dalam bahan aspal sesuai
  • dgn petunjuk pabrik untuk menghasilkan
  • campuran yang homogen.

2.8. Sumber Pasokan .
58
2.8. Sumber Pasokan
  • 1. Persetujuan sumber pasokan agregat, aspal
    dan bahan pangisi (filler) harus disetujui
    terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum
    pengiriman bahan.

2. Setiap Jenis bahan diserahkan, paling sedikit
60 hari sebelum dimulainya pekerjaan pengaspalan.

59
selesai
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com