3. CAMPURAN ASPAL - PowerPoint PPT Presentation

1 / 49
About This Presentation
Title:

3. CAMPURAN ASPAL

Description:

3. CAMPURAN ASPAL DR.IR.ADINUS SALEH 3. CAMPURAN 3.1.Komposisi umum 3.2.Kadar aspal dlm campuran 3.3.Prosedur Rancangan Cam. 3.4.Design Mix Formula(DMF). 3.5.Rumus ... – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:4312
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 50
Provided by: DRIR7
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: 3. CAMPURAN ASPAL


1
3. CAMPURAN ASPAL
DR.IR.ADINUS SALEH
2
3. CAMPURAN
  • 3.1.Komposisi umum
  • 3.2.Kadar aspal dlm campuran
  • 3.3.Prosedur Rancangan Cam.
  • 3.4.Design Mix Formula(DMF).
  • 3.5.Rumus Perbandingan
  • Campuran (JMF)
  • 3.6.Penerapan Rumus
  • Toleransi

3
2. Filler yang ditambahkan boleh digunakan
bilamana memenuhi ketentuan sifat-sifat
campuran yang disyaratkan (Tabel 3.1)
  • 3.1. Komposisi Umum Campuran

1. Campuran aspal terdiri dari agregat
dan aspal .
3.1. Komposisi Umum Campuran.
4
3.1 Komposisi Umum Campuran
  • Densitas,VMA dan VIM camp aspal yg
  • telah dipadatkan

Udara
Va
Wb Ws Densitas
Vmb
VIM
VMA
Vb
Vbe
Aspal
VFB
Vbe Va VMA x
100 Vmb
Vmb
Vba
Vmm
Agregatl
Vsb
Va VIM x 100
Vmb
Volumetrik Campuran
VFB Void Filled with Binder Rongga (Vol) aspal
dlm campuran
Wb Berat aspal Ws Berat agregat Vmb vol
contoh padat Vbe Vol aspal efektive Va
Vol rongga udara Vb Vol aspal
VMA Void in the Material Agreggate rongga
diantara agregat
VIMVoid of air In Mixed Ronnga udara dlm
campuran
3.1. Komposisi Umum Campuran.
5
3.1. Komposisi Umum Campuran
Spesifikasi Campuran berbasis antara empirikal
dan kinerja (Spec terbaru) 1. Spec HRS dari
Inggris bersifat empirikal
2. Spec berdasarkan Marshall dr Amerika, juga
bersifat empirikal
3. Kennedy et al. 1991 Malhoub et al.1991
Hopmann 1992 dan Oliver 1994, membuat spec
berdasarkan Mekanikal, yg secara langsung
berkaitan dengan kinerja campuran.
3.2. Kadar aspal dalam campuran.
6
3.1. Komposisi Umum Campuran
4. Strategic Highway Research Program (SHRP) di
Amerika membuat suatu program Super Pave, yaitu
memperkenalkan spec berbasis kinerja, metode
pengujian, dan metoda perencanaan campuran dalam
satu sistem.
  • 5. Spec campuran berbasis kinerja adalah system
    yang menekankan pada suatu batas rongga campuran
    tdk terlampaui selama masa pelayanan perkerasan
    jalan

3.2. Kadar aspal dalam campuran.
7
3.2. Kadar Aspal dalam Campuran
1. Persentase aspal yang aktual ditambahkan
kedalam campuran akan bergantung pada penyerapan
aggregat yang digunakan . 2. Aggregat yang
berabsorpsi akan mempunyai variasi penyerapan
yang lebih besar.
  • 3. Aggregat yg mempunyai penyerapan tinggi kurang
    dipercaya, dan juga membuat campuran menjadi
    mahal
  • 4. Aggregat dari suatu sumber dengan penyerapan
    yang paling kecil harus digunakan.

3.3. Prosedur rancangan campuran.
8
3.3. Prosedur Rancangan Campuran
a) Sebelum dihampar, diharuskan menunjukan
pengujian aggregat dan campuran yg memenuhi
syarat, yaitu dengan pengujian campuran percobaan
dilab dan juga dengan penghamparan campuran
percobaan yang dibuat di instalasi pencampur
aspal.
b) Pengujian aggregat meliputi analisa
saringan,berat jenis dan penyerapan air untuk
semua aggregat yang di gunakan Juga semua
pengujian sifat-sifat aggregat
  • c) Pengujian campuran aspal percobaan akan
    meliputi
  • penentuan Berat Jenis Maksimum campuran aspal
  • (AASHTO T209-90), pengujian sifat-Marshall (SNI
    06-
  • 2489-1990) dan Kepadatan Membal (Refusal
    Density)
  • campuran rancangan (BS 598 Part 104-1989 ).

3.3. Prosedur rancangan campuran.
9
MARSHALL TESTAASTHO T-245 (ASTM D-1559)
  • Untuk menentukan(utk ukuran
  • agregat max 25mm (1 in))
  • 1.Perencanaan campuran
  • beton aspal
  • 2.Field control (benda uji/core)
  • Hasilnya
  • a. Analisa volumetrik
  • b. Analisa stabilitas,yaitu dgn kelelehan flow

10
Core drilling
  • Untuk mengambil contoh asphalt concrete di jalan

11
3.3. Prosedur Rancangan Campuran

lanjutan.1
c). lanjutan Contoh aggragat diambil
dari penampang panas (hot bin) untuk
pencampur jenis takaran berat
(weight batching plant) maupun
pencampur dengan pemasok menerus (continous feed
plant) yang mempunyai penampang
panas.
  • Untuk pencampur dengan pemasok menerus
    yang tidak
  • mempunyai ayakan di penampang panas,
    contoh diambil
  • dari corong pemasok dingin (cold feed
    hopper ).

3.3. Prosedur rancangan campuran.
12
3.3. Prosedur Rancangan
Campuran lanjutan 2.
d) Pengujian percobaan campuran laboraturium
1) Memperoleh Gradasi Aggregat
yang Cocok 2) Membuat Rumus Campuran
Rancangan (Design Mix Formula)
  • 3) Rumus Campuran Rancangan (DMF) disetujui
  • sebagai Rumus Perbandingan Campuran
    (JMF)

3.3. Prosedur rancangan campuran.
13
3.3. Prosedur Rancangan Campuran


lanjutan.3
  • d.1. Memperoleh Gradasi Aggregat yang Cocok
  • 1. Gradasi yg baik didpt dgn penentuan
    persentase dr setiap
  • fraksi agregat.
  • 2. HRS bergradasi halus, sehingga Rongga dlm
    Agregat
  • (VMA) lebih besar .

3. Pasir halus hrs sedikit mungkin(antara 2,36 mm
dan 600 mikron )yg akan digabung dgn aggregat
pecah
4. Bahan yang lolos ayakan 2,36 mm dan tertahan
ayakan 600 mikron, adalah 10 - 15 , tetapi 20
masih diterima
3.3. Prosedur rancangan campuran.
14
3.3. Prosedur Rancangan Campuran
Memperoleh Gradasi Aggregat yang Cocok

(lanjutan 4.)
5. Bahan bergradasi senjang harus memenuhi
ketentuan dalam Tabel 2.(4).
  • 6. AC dapat dibuat bergradasi halus (mendekati
    batas titik -titik kontrol atas), tetapi akan
    sulit mem peroleh Rongga dalam Aggregat ( VMA )
    yang disyaratkan.

7. Lebih baik digunakan aspal beton bergradasi
kasar (mendekati batas titik- titik kontrol
bawah ).
3.3. Prosedur rancangan campuran.
15
3.3. Prosedur Rancangan Campuran

lanjutan.5
  • d.2. Membuat rumus campuran rancangan
  • ( Design Mix Formula)
  • 1. Perkiraan awal kadar aspal rancangan
    dapat diperoleh dari rumus dibawah ini dan /
    atau kebutuhan kadar aspal efektif untuk tebal
    film aspal minimum 7,5 micron ( keduanya hanya
    digunakan sebagai petunjuk )
  • Pb 0,035 ( CA ) 0,045 ( FA ) 0,81
    ( Filter ) Konstanta.
  • dimana Pb kadar aspal
  • CA agregat kasar
  • FA agregat halus
  • Nilai konstanta sekitar 0,5 -1,0 untuk AC
    dan 2,0 -3,0 untuk HRS

3.3. Prosedur rancangan campuran.
16
3.3. Prosedur Rancangan Campuran

lanjutan6.
  • 2. Bilamana rumus memberikan nilai 5,7 ,
    buatlah benda uji dengan kadar aspal 5,5
    (dibulatkan 0.5)
  • 3. Ukurlah berat isi benda uji , stabilitas
    Marshall,kelelahan dan stablitas sisa setelah
    perendaman.
  • 4. Ukur atau hitunglah kepadatan benda uji
  • 5. Hitunglah Rongga dalam Agregat ( VMA
    ),Rongga Terisi Aspal ( VFB ), dan Rongga dalam
    Campuran ( VIM )
  • 5. Gambarkan semua hasil tersebut dalam grafik
    seperti yang ditunjukkan dalam Lampiran 3.E

3.3. Prosedur rancangan campuran.
17
3.3. Prosedur Rancangan Campuran

lanjutan.7
  • 6. Buatlah benda uji tambahan dan dipadatkan
    sampai membal (refusal) dengan prosedur PRD-BS
    598 untuk 4 kadar aspal (satu yang memberikan
    rongga dalam campuran diatas 6 ,satu yang 6
    dan dua yang di bawah 6 ).
  • 7. Ukur berat isi benda uji dan / hitung
    kepadatan .
  • 8. Gambarkanlah batas - batas yang disyaratkan
    dalam grafik untuk setiap parameter yang
    terdaftar dalam tabel 3( 1 ),dan tentukan kadar
    aspal yang memenuhi ketentuan dalam
    Spesifikasi.
  • 9 Gambarkan dalam skala balok seperti
    ditunjukkan dalam Lamp. 3.F.

3.3. Prosedur rancangan campuran.
18
3.3. Prosedur Rancangan Campuran

lanjutan.8
  • 10. Rancangan Kadar Aspal umumnya mendekati
    tengah- tengah
  • rentang kadar aspal yang memenuhi semua
    parameter yang di
  • syaratkan.
  • 11. Suatu Campuran yang cocok harus
    memenuhi semua kriteria
  • dalam Tabel 3(1) dengan Suatu Rentang
    Kadar Aspal Praktis.
  • Rentang kadar aspal untuk campuran aspal
    yang memenuhi
  • semua kriteria rancangan harus
    mendekati ( atau lebih besar
  • dari ) satu persen
  • 12. Rentang kadar aspal ini dimaksudkan untuk
    mengakomodir
  • fluktuasi yang sesungguhnya dalam
    produksi campuran aspal.

3.3. Prosedur rancangan campuran.
19
3.3. Prosedur Rancangan Campuran
lanjutan.9
  • d.3. Persetujuan DMF sebagai rumusan
  • Perbandingan Campuran JMF
  • Apabila rancangan campuran lab
  • telah memenuhi ketentuan dgn
  • membubat camp di AMP,
  • penghamparan percobaan,
  • pengulangan pengujian Marshall
  • dan membal yg diambil dr AMP

20
3.3. Prosedur Rancangan Campuran
lanjutan.9
e) Petunjuk untuk Campuran
  • i). Latasir ( Sand Sheet )

a. Gunakan pasir yang mempunyai angularitas yang
lebih besar agar campuran lebih kuat dan lebih
tahan terhadap deformasi.
b. Latasir Kelas B dapat dibuat dengan atau
tanpa penambahan agregat yang kasar
,tergantung gradasi pasir ang tersedia.
3.3. Prosedur Rancangan Campuran.
21
3.3 Prosedur Rancangan Campuran
lanjutan.10
  • e) Petunjuk untuk Campuran

ii). Latason ( HRS )
a. Campuran bergradasi senjang menggunakan
campuran aggregat kasar dan halus.
b. Biasanya dua ukuran untuk aggragat kasar dan
juga dua ukuran untuk aggregat halus dimana
salah satunya adalah pasir bergradasi
halus.
c. Bahan bergradasi senjang yaitu bahan yang
lolos ayakan 2,63 mm tetapi tertahan
ayakan 0,600 mm.
d. Buatlah campuran yang mempunyai rongga dalam
campuran pada kepadatan membal (refusal)
sebesar 2 untuk lalu lintas menengah dan
1 untuk lalu lintas ringan Lihat Tabel
3(1)
3.3. Prosedur Rancangan Campuran..
22
3.3. Prosedur Rancangan Campuran
lanjutan.11
e) Petunjuk untuk Campuran

iii).Campuran Bergradasi Menerus ( Aspal Beton
)
  • a. Jauhkanlah gradasi dari kurva Fuller dan
    kemudian
  • arahkan gradasi memotong fraksi medium ( 2,36
    mm) dan
  • selanjutnya gerakkan gradasi kearah bawah
    menjauhi kurva
  • Fuller .

b. Buatlah campuran dengan rongga dalam
campuran pada kepadatan membal ( refusa )
sebesar 2,5 utk lalu-lintas berat, 2 untuk
menengah dan 1 untuk ringan. Lihat Tabel 3 (1)
3.4. Rumus Campuran Rancangan.
23
3.3. Prosedur Rancangan Campuran
lanjutan.12
Tabel 3.1 Ketentuan Sifat-sifat Campuran
  • Sifat-sifat Campuran Latasir Lataston
    Laston
  • Kls A WC Base WC
    BC Base
  • B
  • Penyerapan. Kadar Aspal Maks 2,0 1,2
    untuk Lalu Lintas gt 1.000.000 ESA
  • 1,7 untuk Lalu Lintas lt 1.000.000 ESA
  • Jml. Tumbukan per bidang 50
    75 112(1)
  • LL gt 1 juta ESA Min.
    Tidak -
    4.9

  • Maks Di gunakan -
    5.9
  • Rongga dlm gt 0,5 juta ESA Min.
    Utk LL 4.0
    3.9
  • Cam. () (4) lt 1 juta ESA Maks
    Berat 6.0
    4.9

  • Min. 3.0
    3.0
  • LL lt 0,5juta ESA Maks
    6.0
    5.0
  • Rongga dlm Agregat (VMA) () Min.
    20 18 17
    15 14 13

24
3.3. Prosedur Rancangan Campuran
lanjutan.13
Tabel 3.1 Ketentuan Sifat-sifat Campuran
  • LL gt 1 Juta ESA
    Min. Tidak 65 65
    63 60

  • di gunakan
  • Rongga terisi gt 0,5 juta ESA
    Min. Untuk LL
  • Aspal () lt 1 juta ESA
    Berat
    68
  • Lalu Lintas
    (LL) Min.
    75
    73
  • lt 0,5 juta ESA
  • Stabilitas Marshall (kg)
    Min. 200 800
    800 (1)

  • Maks 850
    -
    -
  • Kelelehan (mm) Min.
    2 2
    2 (1)
  • Maks
    3 -
    -
  • Marshall Quotient (kg/mm)
    Min. 80 200
    200

25
3.3. Prosedur Rancangan Campuran
Tabel 3.1 Ketentuan Sifat-sifat Campuran

Lanjutan
  • Stabilitas Marshall Sisa setelah
    Min. 85 untuk Lalu Lintas gt
    1.000.000 ESA
  • Pendaman Selama 24 jam, 60 0C(5)
    85 untuk
    Lalu Lintas lt 1.000.000 ESA
  • Rongga dlm Lalu Lintas (LL)
    Min. Tidak -
    2,5
  • Campuran () gt 1 juta ESA
    Maks Di gunakan
  • Pada (2,3)
    untuk Ll
  • Kepadatan gt 0,5 juta ESA
    Min. Berat
    2
  • Membal (refusal) lt 1 juta ESA
    Maks
  • Lalu Lintas
    (LL) Min.
    1
  • lt 0,5 juta ESA
    Maks

26
3.3. Prosedur Rancangan Campuran
Ketentuan Sifat-sifat Campuran

Lanjutan
Catatan 1). Modifikasi Marshall
Untuk menentukan kepadatan membal (refusal),
penumbuk bergetar (vibratory hammer) disarankan
untuk menghindari pecahnya butiran agregat dlm
campuran.
  • 2). Untuk kapadatan bembal, gunakan penumbukan
    bergetar(agar butiran agregat tdk pecah). Jika
    digunakan penumbukan manual jumlah tumbukan per
    bidang harus 600 utk cetakan berdiameter 6 in,
    400 utk cetakan diameter 4 in.

3). Untuk lalu lintas yg sangat lambat atau lajur
padat, gunakan kriteria ESA yg lebih tinggi.
27
3.3. Prosedur Rancangan Campuran
Ketentuan Sifat-sifat Campuran

Lanjutan
  • Catatan
  • 4). Berat jenis efektif agregat akan dihitung
    berdasarkan pengujian Berat Jenis Maksimum
    Agregat (Gmm test, AASHTO T-209).

5). Sebagai alternatif pengujian kepekaan kadar
air, dpt dipakai prosedur pengujian AASHTO
T283,dgn pengondisian beku cair (freeze thaw
conditioning) tidak diperlukan. Standar minimum
utk diterimanya prosedur T283 harus 80 Kuat
Tarik Sisa.
28
ContohTrial and Error Kombinasi Agregat
Gradasi berdasarkan Job-mix formula
  • Gradasi berdasarkan Spesifikasi

Permissible variation
29
Contoh pd cold material Trial and Error
Kombinasi Agregat
Catatan
P lolos saringan No 8 (JMF)
A CA lolos sar No 8()
B FA lolos sar No 8 ()
a
b
Didapat dr hasil perhitungan a (P-B)/(A-B) P
AaBbCc,ab1,00
c
  • Catatan
  • Penambahan filler tdk sepenuhnya seperti tabel
    krn,
  • pada CA dan FA Masih Melekat sebagian filler,

30
Contoh pd cold materialTrial and Error Kombinasi
Agregat
31
Contoh pd hot materialTrial and Error Kombinasi
Agregat
2
1
3
4
32
Contoh pd hot materialTrial and Error Kombinasi
Agregat
  • Estimate Bin No1
  • JMF memerlukan 37 lolos sar No8
  • FA pd bin1adalah material lolos saringan No8,
    tetapi Bin2,3dan 4 mengandung FA sedikit
  • Oleh krn itu 40FA pd Bin1 adalah perkiraan,
    tergantung dr koreksi tambahan mineral
  • filler
  • Estimate Mineral Filler (MF)
  • MF tlh diestimasipd cold bin pd 5,0 by weight,
    jadi harus di-rekalkulasi pd hot bin
  • Bin1,pd hotbin MFadalah 3,2 yg lolos sar N200.,
  • Bila 40 dr Bin1 dipakai, mk ada (0,4 x
    3,21,3) yg di suplai oleh Bin1
  • Pd JMF, adal 5 MF lolos sar 200, jadi MF hrs
    disuplay (5,0-1,3) 3,7
  • Krn 76,2 Min Filler lolos sarNo.200, mk Filler
    yghrs ditambahkan 3.7/0,762 4,8
  • ( 5)
  • Re-estimate Bin No 1
  • Estimasi Koreksi pd 40 CA 40-535
  • Total MinFiller 40, jdi sisanya (100-40)60
    dibagi ke3 Bin lainya yaitu,pd
  • Bin 220
  • Bin320
  • Bin420

1
2
3
4
33
3.4. Rumus Campuran Rancangan (Design
Mix Formula )
1. Kurang 30 hari sebelum pekerjaan, Kontraktor
hrs mengusulkan Rumus Campuran Rancangan
(DMF)
a) Sumber-sumber agregat yg memenuhi syarat
  • b) Menetukan ukuran nominal maksimum partikel

c) Gradasi agregat gabungan yang memenuhi
Tabel 2(3).
d) Persentase setiap fraksi agregat yang akan
digunakan pada penampung dingin maupun
penampung panas.
e) Kadar aspal total dan efektif terhadap total
campuran.
f) Temperatur tunggal saat campuran
dikeluarkan dari alat pengaduk.
3.4. Rumus Campuran Rancangan.
34
3.4. Rumus Campuran Rancangan (Design
Mix Formula )
  • 2. Kontraktor harus menyediakan data dan grafik
    campuran percobaan laboraturium
  • (untuk menunjukan bahwa campuran memenuhi
    semua kriteria dlmTabel 3(1))

3. Sifat-sifat benda uji yang sudah di padatkan
harus dihitung. (Menggunakan metode dan
rumus Asphalt Institute MS-2 (1994),atau
Petunjuk Rancangan Campuran Aspal,
Puslitbang Jalan (1999).
3.4. Rumus Campuran Rancangan.
35
3.4. Rumus Campuran Rancangan (Design
Mix Formula )
4. Direksi Pekerjaan dalam 7 hari akan
  • a) Menyetujui DMF tersebut ( memenuhi Spec )
  • (Untuk mengizinkan Kontraktor untuk
    menyiapkan AMP dan
  • penghamparan percobaan).

b) Menolak usulan tersebut jika tidak memenuhi
Spesifikasi.
c) Bila ditolak maka hrs dilakukan percobaan
campuran tambahan
d) Direksi,dpt menyarankan utk memodifikasi
rumus rancangan atau mencoba agregat
lainnya
3.4. Rumus Campuran Rancangan.
36
3.4. Rumus Campuran Rancangan
(DM)
Mulai
Benda uji dgn (-1,-0.5,Pb,0.5,1dan1,5)
Marshal test (VMA,VIM,VFB dll) Spesifikasi
Tentukan kadar aspal Pd VIM 6
  • Bagan alir pembuatan DMF

Buat benda uji dgn (-0.5,Kas,0.5) Min dua buah
Kepadatan Mutlak VIMprdgtpersyaratan
Stop
Pbkadar aspal (perkiraan)
37
3.4. Rumus Campuran Rancangan (Design
Mix Formula )
Mendapatkan DMF definitiv Dgn Trial mixing
Asphalt Tank
Mulai
Report
DMF Tentative (hasil lab)
Heater
  • yes

Stocked Material
Marshal Disain
DMF Definitiv
yes
Cold Bin
Agreggate Washing
Dryer
Screenigs
Mixer
Out put AMP Capacity
Scale for Filler
N0
fedeer
Stock Bin
38
3.5. Rumus Perbandingan Campuran ( Job
Mix Formula )
  • Trial Compacting

DMF Definitiv
Report
JMF FINAL (PENGESAHAN)
yes
Marshal Test (Specification)
Compaction By Roller
Paved Thickness
Weight Of Roller
Compaction speed
no
KEMBALI TRIAL MIX
3.5. Rumus Perbandingan Campuran .
39
3.5. Rumus Perbandingan Campuran ( Job
Mix Formula )
  • 1.Percobaan campuran di AMP dan penghamparan
    yang memenuhi ketentuan dapat disetujui sebagai
    Rumus Perbandingan Campuran ( JMF)

2.Setelah (DMF) disetujui, maka dilakukan
penghamparan percobaan .
3.Paling sedikit penghamparan percobaan 50 ton
untuk setiap jenis campuran
3.5. Rumus Perbandingan Campuran .
40
3.5. Rumus Perbandingan Campuran ( Job
Mix Formula )
4.Percobaan mengunakan AMP ,penghamparan
,peralatan dan prosedur pemadatan yang diusulkan.
  • 5.Alat penghampar (paver) harus menghampar bahan
    sesuai dengan tebal yang disyaratkan tanpa
    segregasi, tergores, dsb.

6.Kombinasi penggilas yang diusulkan mampu
mencapai kepadatan yang disyaratkan dan dengan
waktu tertentu.
3.5. Rumus Perbandingan Campuran .
41
3.5. Rumus Perbandingan Campuran ( Job
Mix Formula )
  • 7.Contoh campuran penghamparan yg sudah
    dipadatkan harus dibawa ke lab untuk
  • 1. Dibuatkan benda uji Marshall
  • 2. Pemadatan membal ( refusal ) .
  • 3. Hasil pengujian ini harus
  • dibandingkan dengan
  • Tabel 3(1)

42
3.5. Rumus Perbandingan Campuran ( Job
Mix Formula )
  • 8.Bila percobaan gagal memenuhi Spesifikasi pada
    salah satu ketentuannya maka perlu dilakukan
    penyesuaian dan percobaan harus diulang kembali.

9.Campuran rancangan tidak akan disetujui
sebagai Rumus Perbandingan Campuran (JMF) sebelum
penghamparan percobaan yang dilakukan memenuhi
semua ketentuan
3.5. Rumus Perbandingan Campuran .
43
3.5. Rumus Perbandingan Campuran ( Job
Mix Formula)
11.Pengaspalan yang permanen belum dapat
dimulai sebelum diperoleh rumus perbandingan
Campuran (JMF) yang disetujui , seperti yang
diuraikan pada Tabel 3(2)
13.Contoh campuran aspal dari AMP / dari truk
di AMP, dibawa ke lab dlm kotak yg terbungkus
rapi.
  • 12.12 benda uji Marshall
  • harus dibuat drisetiap
  • penghamparan percobaan

3.5. Rumus Perbandingan Campuran .
44
14. Benda uji Marshall harus dicetak dan
dipadatkan pada temperatur yang
disyaratkan dalam Tabel 5(1) dan
menggunakan jumlah penumbukkan yang di
syaratkan dalam Tabel 3(1) .
  • 3.5. Rumus Perbandingan Campuran ( Job
    Mix Formula)

15. Kepadatan rata-rata (Gmb) dari
semua benda uji yang diambil dari
penghamparan percobaan yang memenuhi
ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar
Kerja (Job Standartd Density ) , yang harus
dibandingkan dengan pemadatan campuran
aspal terhampar dalam pekerjaan .
3.5. Rumus Perbandingan Campuran .
45
3.5. Rumus Perbandingan Campuran ( Job
Mix Formula)
  • Flow chart Job Mix Formula

8
Testing Aggregate
13
14
2
AMP Trial
Paving Trial
7
9
Testing Aggregate Dan Filler
Cold Bin Calibration
Hot Bin Calibration
10
1
4
6
12
15
Asphalt Agg Filler (tested)
Preliminary DMF
DMF tentative
DMF Definitive
JMF adjusted
JMF Definitive
11
3
Testing Mix Properties
5
Testing Asphalt
Testung Mix Properties
3.6. Rumus Penerapan JMS Toleransi yg
diijinkan.
46
3.6. Penerapan JMF Toleransi Yg
Diizinkan
  • a) Campuran yang dihampar harus sesuai dengan
    JMF ,dalam batas toleransi sesuai dgn Tabel 3(2)

b) Pengambilan benda uji dilakukan setiap hari
baik bahan maupun campurannya (seperti
dalam Pasal 7(3) dan 7 (4) danSetiap
bahan yang tidak mencapai batas toleransi (JMF)
ditolak
3.6. Rumus Penerapan JMS Toleransi yg
diijinkan.
47
3.6. Penerapan JMF Camp Toleransi Yg
Diizinkan
Lanjutan
  • Tabel 3(2) Toleransi Komposisi Campuran
  • Agregat Gabungan Lolos Ayakan
    Toleransi Komposisi Campuran
  • Sama atau lebih besar dari 2,36 mm
    5 berat total Agregat
  •   2,36 mm sampai No .50
    3 berat total Agregat
  •   No.100 dan tertahan No .200
    2 berat total Agregat
  •   No.200
    1 berat total
    Agregat
  •  
  • Kadar Aspal
    Toleransi
  •   Kadar Aspal
    0,3 berat Total
    campuran
  • Temperatur Campuran
    Toleransi
  •  
  • Bahan meninggalkan AMP dan dikirim
    10 C
  • ketempat Penghamparan

3.6. Rumus Penerapan JMS Toleransi yg
diijinkan.
48
3.6. Penerapan JMF Camp Toleransi Yg
Diizinkan
Lanjutan
  • c). Bila bahan pokok sdh memenuhi batas-batas dr
    JMF dan toleransi yang diizinkan , tetapi
    menghasilkan perbedaan serta adanya perubahan
    sumber material, maka JMF baru harus dibuat

d) Batas-batas absolut yang ditentukan oleh JMF
maupun toleransi yang diizinkan harus tetap
dipenuhi
49
Terima Kasih
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com