inflasi targeting - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

inflasi targeting

Description:

tugas mata kuliah yang ada di ekonomi pembangunan – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:46
Slides: 37
Provided by: eka2199
Category:
Tags:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: inflasi targeting


1
Independensi Bank Sentral
  • Inflasi targetting

2
  • Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai
    Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan
    tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah
    undang-undang baru, yait?u UU No. 23/1999 tentang
    Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal
    17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan
    Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009.
  • Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan
    sebagai suatu lembaga negara yang independen
    dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas
    dari campur tangan Pemerint??ah dan/atau pihak
    lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas
    diatur dalam undang-undan
  • Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam
    merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan
    wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam
    undang-undang tersebut.
  • Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri
    pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank
    Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau
    mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari
    pihak manapun juga.
  • Status dan kedudukan yang khusus tersebut
    diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan
    peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter
    secara lebih efektif dan efisien

3
KEDUDUKAN BANK INDONESIA SEBAGAI LEMBAGA NEGARA
  •  Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia,
    kedudukan BI sebagai lembaga negara yang
    independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi
    negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat, Badan
    Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung. Kedudukan
    BI juga tidak sama dengan Departemen karena
    kedudukan BI berada di luar pemerintahan.
  • Status dan kedudukan yang khusus tersebut
    diperlukan agar BI dapat melaksanakan peran dan
    fungsinya sebagai Otoritas Moneter secara lebih
    efektif dan efisien.
  • Meskipun BI berkedudukan sebagai lembaga negara
    independen, dalam melaksanakan tugasnya, BI
    mempunyai hubungan kerja dan koordinasi yang baik
    dengan DPR, BPK, Pemerintah dan pihak lainnya.
  • Dalam hubungannya dengan Presiden dan DPR, BI
    setiap awal tahun anggaran menyampaikan informasi
    tertulis mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan
    moneter dan rencana kebijakan moneter yang akan
    datang.
  • Khusus kepada DPR, pelaksanaan tugas dan wewenang
    setiap triwulan dan sewaktu-waktu bila diminta
    oleh DPR. Selain itu, BI menyampaikan rencana dan
    realiasasi anggaran tahunan kepada Pemerintah dan
    DPR.
  • Dalam hubungannya dengan BPK, BI wajib
    menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BPK.

4
Hubungan BI dengan Pemerintah Hubungan Keuangan
  • Dalam hal hubungan keuangan dengan Pemerintah,
    Bank Indonesia membantu menerbitkan dan
    menempatkan surat-surat hutang negara guna
    membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
    (APBN) tanpa diperbolehkan membeli sendiri
    surat-surat hutang negara tersebut.
  • Bank Indonesia juga bertindak sebagai kasir
    Pemerintah yang menatausahakan rekening
    Pemerintah di Bank Indonesia, dan atas permintaan
    Pemerintah, dapat menerima pinjaman luar negeri
    untuk dan atas nama Pemerintah Indonesia.
  • Agar pelaksanaan tugas Bank Indonesia benar-benar
    terfokus serta agar efektivitas pengendalian
    moneter tidak terganggu, pemberian kredit kepada
    Pemerintah guna mengatasi deficit spending - yang
    selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia
    berdasarkan undang-undang yang lama - kini tidak
    dapat lagi dilakukan oleh Bank Indonesia.

5
Hubungan BI dengan Pemerintah Independensi
dalam Interdependensi
  • Meskipun Bank Indonesia merupakan lembaga negara
    yang independen, tetap diperlukan koordinasi yang
    bersifat konsultatif dengan Pemerintah, sebab
    tugas-tugas Bank Indonesia merupakan bagian yang
    tidak terpisahkan dari kebijakan-kebijakan
    ekonomi nasional secara keseluruhan.
  • Koordinasi di antara Bank Indonesia dan
    Pemerintah diperlukan pada sidang kabinet yang
    membahas masalah ekonomi, perbankan dan keuangan
    yang berkaitan dengan tugas-tugas Bank Indonesia.
  • Dalam sidang kabinet tersebut Pemerintah dapat
    meminta pendapat Bank Indonesia.
  • Bank Indonesia dapat memberikan masukan, pendapat
    serta pertimbangan kepada Pemerintah mengenai
    Rancangan APBN serta kebijakan-kebijakan lain
    yang berkaitan dengan tugas dan wewenangnya.
  • Pemerintah dapat menghadiri Rapat Dewan Gubernur
    Bank Indonesia dengan hak bicara tetapi tanpa hak
    suara.
  • Oleh sebab itu, implementasi independensi justru
    sangat dipengaruhi oleh kemantapan hubungan kerja
    yang proporsional di antara Bank Indonesia di
    satu pihak dan Pemerintah serta lembaga-lembaga
    terkait lainnya di lain pihak, dengan tetap
    berlandaskan pembagian tugas dan wewenang
    masing-masing.
  • BI mempunyai tugas yang dibagi dalam tiga
    keiompok besar Menetapkan dan melaksanakan
    kebijakan moneter. Mengatur dan menjaga
    kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan
    mengawasi bank
  • Dalam upaya menetapkan dan melaksanakan
    kebijaksanaan moneter BI berwenang menetapkan
    sasaran laiu inflasi.

6
  • Babak baru tersebutjuga ditandai oleh perubahan
    tugas pokok dariberagam sasaran (Multiplier
    objective) menjadi sasaran tunggal (single
    objective).
  • Single objective tersebut adalah mencapai dan
    memelihara kestab'lan nii rupiah.
  • Dengan ngle objective maka tingkat keberhasilan
    BI dalam menjalankan misinya akan lebih mudah
    diukur dan dipertanggungjawabkan kepada
    masyarakat.
  • Dalam menjalankan tugas pokoknya, Bl diwajibkan
    untuk menetapkan target inflasi yang akan menjadi
    landasan bagi perencanaan dan pengendalian
    sasaran-sasaran moneter.
  • Kewajiban Bl hanya terbatas pada Inflasi yang
    dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter
  • Sasaran laju inflasi yang juga dikenal di dunia
    intemasional sebagai Inflation Targeting
    bukanlah suatu kebijakan moneter yang baru.
  • Target kebijaksanaan moneter ini sebenarnya sudah
    menjadi agenda Bank Sentral di banyak negara di
    dunia, walau Negara sedang berkembang masih
    jarang yang menggunakan sasaran laju inflasi
    tersebut,
  • Negara yang dikenal sebagai negara industri telah
    banyak menggunakannya.

7
  • Negara-negara yang telah menggunakan sasaran laju
    inflasi sebagai agenda pokok kebijaksanaan
    monetemya antara lain Selandia Baru, Kanada,
    Inggris, Finlandia, Swedia, Australia dan
    Spanyol.
  • Tingkat sasaran laju inflasi di negara-negara
    tersebut berkisar antar I dan 4.
  • Dan secara umum target-target berhasil dicapai,
    walau dibeberapa negara terjadi inflasi yang
    sedikit lebih tinggi. (RezaY Siregar 1999, 8).
  • Wijoyo Santoso dan donny Fajar A. (2000, hal 550
    mengatakan bahwa pada hakekatnya lnflation
    Targeting adalah suatu cara Bakn Sentral untuk
    mcnuntun ekspektasi Inflasi publik agar searah
    dengan target inflasiyang ditetapkan dalam rangka
    meniorong pertumbuhan ekonomi yang
    berkesinambungan dan meningkatkan kesempatan
    kerja.

8
Di Indonesia, disagegasi inflasi IHK tersebut
dikelompokan menjadi
  • 1. Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang
    cenderung menetap atau persisten (persistent
    component) di dalam pergerakan inflasi dan
    dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti
  • Interaksi permintaan-penawaran
  • Lingkungan eksternal nilai tukar, harga komoditi
    internasional, inflasi mitra dagang
  • Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen
  • 2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang
    cenderung tinggi volatilitasnya karena
    dipengaruhi oleh selain faktor fundamental.
    Komponen inflasi non inti  terdiri dari
  • Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food)
  • Inflasi yang dominan dipengaruhi
    oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan
    makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor
    perkembangan harga komoditas pangan domestik
    maupun perkembangan harga komoditas pangan
    internasional.  
  • Inflasi Komponen Harga yang diatur
    Pemerintah (Administered Prices)
  • Inflasi yang dominan dipengaruhi
    oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga
    Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif
    listrik, tarif angkutan, dll.

9
  • Determinan Inflasi
  • Inflasi timbul karena adanya tekanan dari
    sisi supply (cost push inflation), dari sisi
    permintaan (demand pull inflation), dan dari
    ekspektasi inflasi.
  • Faktor-faktor terjadinya cost push inflation
    dapat disebabkan oleh
  • depresiasi nilai tukar,
  • dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara
    partner dagang,
  • peningkatan harga-harga komoditi yang diatur
    pemerintah (administered price),
  • terjadi negative supply shocks akibat bencana
    alam dan terganggunya distribusi.
  • Faktor penyebab terjadi demand pull
    inflation adalah
  • tingginya permintaan barang dan jasa relatif
    terhadap ketersediaannya.
  • Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini
    digambarkan oleh output riil yang melebihi output
    potensialnya atau permintaan total (agregate
    demand) lebih besar dari pada kapasitas
    perekonomian.
  • Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi
    dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku
    ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka
    inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya.
    Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih
    cenderung bersifat adaptif atau forward looking.

10
Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga
di tingkat produsen dan pedagang terutama pada
saat menjelang hari-hari besar keagamaan
(lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan
upah minimum regional (UMR).M Meskipun
ketersediaan barang secara umum diperkirakan
mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan,
namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari
raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari
komdisi supply-demand tersebut. Demikian halnya
pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula
meningkatkan harga barang meski kenaikan upah
tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong
peningkatan permintaan. 
  • Inflatian Targeting meruakan kerangka kebijakan
    monerer yang mengharuskan target inflasi secara
    eksplisit dan diumumkan kepada publik, sehingga
    kebijakan moneter diarahkan sedemikian rupa
    untLrk mcncapai angka infi asi yang ditetpkan.
  • Dengan kerangka kerja yang demikian berarti
    inflasion targeting selain memiliki sasaran akhir
    laju inflasi uga menjadi inflasi langsung sebagai
    jangkar kebijakan moneter itu sendiri.
  • Adapat efektif dilakukan maka pada setiap awal
    periode program moneter, Bank Sentral harus
    menetapkan dan memberikan komitmen ecara
    eksplisil kepada masyarakat mengenai targett
    inflasi yang akan dicapai dalam suatuperiode
    tertentu.

11
  • Secara umum ada beberapa karakterisitik yang
    harus diemban bank sentral jika menerapkan
    kebijakan Inflasi Targeting (IT) , antara lain
  • Adanya publikasi mengenai target inflasi kedepan
    pada publik.
  • Adanya komitmen untuk menjaga stabilitas harga
    sebagai tujuan utama kebijakan moneter.
  • Penggunaan information inclusive strategy, yang
    mana banyak variabel-variabel, tidak hanya
    variabel moneter, digunakan sebagai informasi
    dalam implementasi IT.
  • Peningkatan transparansi strategi kebijakan
    moneter
  • Peningkatan akuntabilitas dari bank sentral
    tentang pencapaian tujuan IT. (Mishkin, 2000)
  • Pemilihan strategi kebijakan IT tentu juga tidak
    terlepas dari cerita sukses beberapa
    Negara-negara maju yang lebih dulu sukses
    mengimplementasikan kebijakan ini.
  • Namun cerita sukses tersebut tentunya tidak bisa
    ditelan mentah bagi Negara-negara lain yang ingin
    mengimplementasikan kebijakan IT, hal ini
    disebabkan karena ada perbedaan mendasar antara
    Negara maju dan berkembang.
  • Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain
  • Lemahnya institusi fiskal di Negara berkembang
  • Lemahnya institusi dan sistem keuangan, termasuk
    regulasi dalam implementasi prinsip kehati hatian
    dan supervisi bank
  • Rendahnya kredibilitas institusi moneter, dalam
    hal ini bank sentral Currency  substitution and li
    ability dollarization
  • 4. Negara berkembang sangat rentan
    terhadap sudden stopkhususnya dalam keluar masuk
    modal. (Mishkin, 2000)

12
 Kerjasama BI dengan Lembaga Lain
  • Menyadari pentingnya dukungan dari berbagai pihak
    bagi keberhasilan tugasnya,
  • BI senantiasa bekerja sama dan berkoordinasi
    dengan berbagai lembaga negara dan unsur
    masyarakat lainnya.
  • Beberapa kerjasama ini dituangkan dalam nota
    kesepahaman (MoU), keputusan bersama (SKB), serta
    perjanjian-perjanjian, yang ditujukan untuk
    menciptakan sinergi dan kejelasan pembagian tugas
    antar lembaga serta mendorong penegakan hukum
    yang lebih efektif.

13
Beberapa Kerjasama dimaksud adalah dengan
pihak-pihak sbb
  • Departemen Keuangan (MoU tentang Mekanisme
    Penetapan Sasaran, Pemantauan, dan Pengendalian
    Inflasi di Indonesia, MoU tentang BI sebagai
    Process Agent di bidang pinjaman dan hibah luar
    negeri Pemerintah, SKB tentang Penatausahaan
    Penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dalam rangka
    penyehatan perbankan)
  • Kejaksaan Agung Kepolisian Negara SKB tentang
    kerjasama penanganan tindak pidana di bidang
    perbankan
  • Kepolisian Negara RI dan Badan Intelijen Negara
    MoU tentang Pemberantasan uang palsu
  • Menkokesra, Kementrian Koperasi dan UKM MoU
    bidang Pemberdayaan dan Pengembangan UMKM
  • Perhimpunan Pedagang SUN (Himdasun) MoU tentang
    Penyusunan Master Repurchase Agreement (MRA)
  • Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur
    Bank Indonesia tentang Koordinasi Pengelolaan
    Uang Negara 

14
Evaluasi Kinerja Kerangka Kebijakan Moneter
Tahun Target Inflasi IHK Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Target Pertumbuhan Base money Nilai Tukar Rupiah per USD (Rata-rata) Pertumbuhan Base money actual (JUB) Inflasi IHK aktual
2000 5-7 3-4 8.3 8238 23.4 9.53
2001 6-8.5 5.0 11-12 10255 15.37 12.53
2002 9-10 3.5-4.0 14-15 9316 5.98 10.03
2003 8-10 3.5-4.0 13 8575 14.25 5.06
15
TIME LAG
16
MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKSANAAN MONETER
  • BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
    mencerminkan sikap kebijakan moneter yang
    ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan
    kepada publik. Lebih lengkapnya, BI Rateadalah
    kebijakan keuangan yang ditetapkan BI setiap
    bulan yang didahului rapat anggota dewan gubernur
    dengan melihat kondisi perekonomian di dalam dan
    luar negeri secara keseluruhan.
  • Kemudian sikap BI terhadap kondisi tersebut
    dirumuskan lewat operasi moneter sebagai acuan
    untuk ditetapkannya BI Rate.
  • Salah satu faktor utama penetapan nilai BI
    Rate adalah inflasi.
  • Harga-harga barang dan jasa akan naik atau turun
    secara umum dan terus-menerus akibat naik
    turunnya inflasi. Penetapan BI Rate akan
    tergantung dari naik turunnya inflasi tersebut.
    Jika inflasi naik, Bank Indonesia
    akan menaikkan BI Rate. Sebaliknya, jika inflasi
    turun, Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate.
  • terdapat beberapa perbedaan berkenaan dengan
    besarnya pengaruh uang terhadap perekonomian
    (yakni besamya angka pelipat uang) serta
    bagaimana jal ur pengaruh (mekanisme
    transmisi) perubahan jumlah uang terhadap
    perekonomian.
  • Ada beberapa jalur dalam mana perubahan
    jumlah uang mempengaruhi kegiatan ekonomi
    (biasanya kegiatan ekonomi diu kur dengan
    pengeluaran total masyarakat)

17
Jalur Biaya Modal (The Cost
Of Capital Channel)
  • Dalam ekonomi Keynes, tingkat bunga
    merupakan penghubung utama antara sektor
    moneter dengan sektor riil.
  • Perubahan jumlah uang misalnya, akan
    mempengaruhi tingkat bunga.
  • Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi
    investasi atau bahkan mungkin juga
    konsumsi.
  • Investasi merupakan bagian dari pengeluaran
    total (agregate expenditure).
  • Perubahan dalam pengeluaran total pada
    gilirannya akan mempunyai efek ganda terhadap
    keseimbangan pendapatan nasional.
  • Dengan demikian, tingkat bunga yang
    merupakan beaya modal dapat dipandang sebagai
    indikator pengaruh kebijaksanaan
    moneter/sektor moneter terhadap keseimbangan
    pendapatan (sektor riil),

18
Jalur Kekayaan (Wealth Channel)
  • Pengaruh perubahan jumlah uang terhadap
    pendapatan nasional dapat juga melalui jalur
    kekayaan. Pengertian keka-yaan biasanya
    meliputi

  • Kekayaan yang berupa barang phisik (rumah,
    tanah dan sebagainya)
  • Surat berharga .
  • Uang tunai
  • Hubungan antara kekayaan dengan pengeluaran
    total (dalam hal ini konsumsi) telah
    dijelaskan oleh Pigou (yang sering disebut
    dengan Pigou effect atau real balance
    effect).
  • Real balance effect dapat dijelaskan
    sebagai berikut perubahan nilai uang kas
    riil (real cash balance) baik disebabkan
    oleh karena turunnya harga (dengan jumlah
    uang tetap) ataupun naiknya jumlah uang
    (dengan harga tetap) akan mempengaruhi
    tingkat konsumsi. Konsumsi merupakan bagian
    dari pengeluaran total.
  • Dengan perubahan pengeluaran total maka
    keseimbangan pendapatan akan berubah.
  • Dengan demikian kebijaksanaan moneter akan
    mempengaruhi jumlah, uang (dimana uang
    merupakan bagian dari kekayaan) salah satu
    komponen kekayaan ini (dalam hal ini uang kas
    riil) akan mempengaruhi konsumsi (melalui
    real balance/ Pigore effect). Konsumsi
    merupakan bagian dari pengeluaran total.
    Perubahan pengeluaran total akan mengakibatkan
    perubahan pendapatan.

19
Jalur Harga Relatip (Teori Portfolio)
  • Teori portfolio merupakan dasar yang
    rasional mengapa seseorang memegang sesuatu
    (beberapa) kekayaan tertentu, termasuk dalam
    bentuk uang.
  • Beberapa anggapan teori ini antara lain
  • Setiap orang akan selalu berusaha untuk
    menyamakan pendapatan marginal (marginal return)
    dari masing-masing bentuk kekayaan dalam
    portfolionya.
  • Bertambahnya salah satu bentuk kekayaan
    akan menurunkan harga bentukkekayaan tersebut
    relatip terhadap bentuk kekayaan yang lain.
    Individu tersebut akan
    menukarkan bentuk kekayaan yang harganya
    turun tersebut dengan bentuk kekayaan Iain
    yang harganya lebih tinggi.
  • Proses pertukaran tersebut (dengan demikian
    juga berarti proses perubahan susunan
    bentuk kekayaan akan berjalan terns (akan
    dilakukannya) sampai pendapatan marginal dari
    masing-masing bentuk kekayaannya sama besar,

20
  • Perubahan harga relatip sebenarnya
    merupakan konsekuensi dari proses penyesuaian
    susunan portfolio seseorang. Misalnya,
    penambahan jumlah uang sebagai akibat dari
    kebijaksanaan moneter membeli surat berharga
    oleh Bank Sentral, akan menyebabkan individu
    kelebihan uang kas dalam portfolionya.
  • Individu akan menukarkan kelebihan uang kas
    ini dengan bentuk kekayaan yang lain. Harga
    kekayaan lain akan naik (atau retumnya
    turun).
  • Produksi (dan dengan demikian investasi)
    pada bentuk kekayaan lain ak.an naik.
    Investasi naik akan mengakibatk.an pendapatan
    juga bertambah. Dari contoh ini jelas bahwa
    kenaikan jumlah uang akan dapat menaikan
    pendapatan.

Jalur Langsung (Teori Monetarist)
  • Menurut teori ini pengaruh kebijaksanaan moneter
    terhadap.Gf-P secara langsung.
  • Jalur mekanisme langsung, ini sifatnya lebih
    sederhana.
  • Menurut pendapatnya, karena sebenamya
    mekanisme transmisi itu begitu kompleks
    sehingga suk.ar untuk digambarkan, maka tidak
    bisa dinyatakan secara spesifik.
  • Oleh karena itu tidak bisa digambark.an
    secara ter perinci. Secara skematis
    mekanisme transmisi versi mone tarist ini
    dapat digambark.an sebagai berikut.

21
Pengaruh jumlah uang terhadap pengeluaran
total melalui perubahan harga.
Kebijaksanaan moneter untuk tujuan
stabilisasi ekonomi tergantung pada, pertama
kuat/tidaknya hubungan antara perubahan
kebijaksanaan moneter dengan kegiatan ekonomi
dan kedua jangka waktu antara perubahan
kebijaksanaan moneter dengan efeknya terhadap
kegiatan ekonomi.
22
Recognition lag (pengakuan) mencakup waktu dari
to ke t 1, yakni waktu yang diperlukan oleh
Bank Sentral untuk mengumpulkan data ekonomi
serta menganalisa perubahan kegiatan ekonomi yang
diinginkan dengan melakukan kebijaksanaan
moneter. Pada waktu to tingkat kegiatan
ekonomi telah berubah, misalnya terdapatnya
kenaikan pengangguran yang cukup besar.
Sebelum Bank Sentral mengambil kebijaksanaan
moneter guna mengatasi masalah pengangguran ini
diperlukan waktu terlebih dahulu untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan
pengangguran.Administrative lag menunjukkan
waktu antara diketahuinya ( oleh Bank
Sentral) akan diperkirakan untuk merubah
kebijaksanaan moneter (t1) dengan waktu
dalam mana Bank Sentral betul-betul merubah
satu atau beberapa instrumen kebijaksanaan
moneter (t2)
  • Keseluruhan recognition dan administrasi lag
    sering disebut dengan inside lag, yakni
    Jangka waktu antara perubahan keadaan
    kegiatan ekonomi yang memerlukan perubahan
    kebijaksanaan moneter dengan perubahan
    satu atau beberapa instrumen kebijaksanaan
    moneter,
  • Outside/impact lag adalah waktu antara
    perubahan dalam instrumen kebijaksanaan
    moneter (t2) dengan efek dari kebijaksanaan
    moneter tersebut dalam kegiatan ekonomi.
    Lag ini mengukur lamanya waktu dalam
    mentransfer perubahan kebijaksanaan
    moneter dengan efeknya terhadap kegiatan
    ekonomi (t3).
    .
  • Masalah lag ini sangat penting terutama
    dalam kaitannya dengan kebijaksanaan
    stabilisasi.
  • Lag ini rnenunjukkan efisiensi kebijaksanaan
    moneter. Karena adanya tenggang waktu (lag)
    inilah yang sering kebijaksanaan moneter yang
    ditujukan untµk stabilisasi kegiatan ekonomi
    malah berakhir dengan ketidakstabilan.

23
  • Milton Friedman adalah salah satu ahli
    ekonomi yang mempermasalahkan lag dalam
    kebijaksanaan moneter dan fiskal. Gambar
    berikut menjelaskan permasalahan tersebut.

24
  • Misalnya, kebijaksanaan moneter yang
    ekspansip diambil pada saat perekonomian lesu
    (titik A). Karena efek kebijaksanaan ini ada
    tenggang waktu, maka baru terasa justru pada
    waktu perekonomian membaik, dan bahkan
    kegiatan ekonomi dapat lebih melonjak (titik C)
    dibandingkan dengan apabila tidak
    diambil kebijaksanaan moneter ekspansip
    (perekonomian akan bergerak seperti pada
    pola garis tidak patah-patah).
  • Kegiatan ekonomi terus meningkat dan inflasi
    mungkin dapat timbul. Untuk mencegahnya, maka
    diambil kebijaksanaan moneter yang
    restriktip. Karena adanya lag, maka efeknya
    terasa pada waktu kegiatan ekonomi menurun,
    dan bahkan menurunnya lebih tajam (titik D).
  • Dengan .demikian tampak dengan jelas,
    bahwa kebijaksanaan moneter yang dimaksudkan
    untuk menstabilkan perekonomian justru
    berakliir dengan ketidakstabilan. Garis
    patah-patah menggambarkan gerak gelombang
    kegiatan perekonomian sebagai akibat adannya
    kebijaksanaan moneter, yang lebih tidak stabil
    dibandingkan tanpa kebijaksanaan moneter.

25
Transmisi Kebijakan Moneter
  • Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan
    memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah
    satunya tercermin dari tingkat inflasi yang
    rendah dan stabil.
  • Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia
    menetapkan suku bunga kebijakan BI 7DRR sebagai
    instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi
    aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan
    akhir pencapaian inflasi.
  • Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI 7DRR
    sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut
    sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag).

26
BI 7-day (Reverse) Repo Rate
  • Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka
    operasi moneter dengan memperkenalkan suku bunga
    acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI
    7-Day Repo Rate, yang akan berlaku efektif
    sejak 19 Agustus 2016. Selain BI Rate yang
    digunakan saat ini, perkenalan suku bunga
    kebijakan yang baru ini tidak mengubah stance kebi
    jakan moneter yang sedang diterapkan.
  • Mengapa BI memperkenalkan suku bunga acuan BI
    baru? Hal itu agar suku bunga kebijakan dapat
    secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan
    dan sektor riil. Instrumen BI 7-Day Repo
    Rate sebagai acuan yang baru memiliki hubungan
    yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang,
    sifatnya transaksional atau diperdagangkan di
    pasar, dan mendorong pendalaman pasar keuangan.
  • Pada masa transisi, BI Rate akan tetap digunakan
    sebagai acuan bersama dengan BI Repo Rate 7 Hari.
  • Penguatan kerangka operasi moneter ini merupakan
    hal yang lazim dilakukan di berbagai bank sentral
    dan merupakan best practice internasional dalam
    pelaksanaan operasi moneter. Kerangka operasi
    moneter senantiasa disempurnakan untuk
    meningkatkan efektivitas kebijakan. Khususnya
    untuk menjaga stabilitas harga.
  • Penguatan kerangka operasi moneter juga
    mempertimbangkan kondisi makroekonomi yang
    kondusif dalam beberapa waktu terakhir, yang
    memberikan momentun bagi upaya penguatan kerangka
    operasi moneter.

27
  • Mekanisme bekerjanya perubahan BI 7DRR sampai
    mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut
    sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter.
  • Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank
    Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen
    moneter dan target operasionalnya mempengaruhi
    berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum
    akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi.
  • Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi
    antara Bank Sentral, perbankan dan sektor
    keuangan, serta sektor riil.
  • Perubahan BI 7DRR mempengaruhi inflasi melalui
    berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga,
    jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga
    aset, dan jalur ekspektasi.

28
(No Transcript)
29
  • Pada jalur suku bunga, perubahan BI 7DRR
    mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga
    kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang
    mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat
    menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif
    melalui penurunan suku bunga untuk mendorong
    aktifitas ekonomi.
  • Penurunan suku bunga BI 7DRR menurunkan suku
    bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari
    perusahaan dan rumah tangga akan meningkat.
    Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan
    biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi.
  • Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi
    dan investasi sehingga aktifitas perekonomian
    semakin bergairah.
  • Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami
    kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan
    menaikkan suku bunga BI 7DRR untuk mengerem
    aktifitas perekonomian yang terlalu cepat
    sehingga mengurangi tekanan inflasi.
  • Perubahan suku bunga BI 7DRR juga dapat
    mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini sering
    disebut jalur nilai tukar.
  • Kenaikan BI 7DRR, sebagai contoh, akan mendorong
    kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia
    dengan suku bunga luar negeri.

30
  • Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut
    mendorong investor asing untuk menanamkan modal
    ke dalam instrument-instrumen keuangan di
    Indonesia seperti SBI karena mereka akan
    mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih
    tinggi.
  • Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan
    mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah.
  • Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor
    lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri
    menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif
    sehingga akan mendorong impor dan mengurangi
    ekspor.
  • Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada
    menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan
    perekonomian.
  • Perubahan suku bunga BI 7DRR mempengaruhi
    perekonomian makro melalui perubahan harga aset.
  • Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset
    seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi
    kekayaan individu dan perusahaan yang pada
    gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk
    melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan
    investasi.

31
  • Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan
    ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi publik akan
    inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga
    yang diperkirakan akan mendorong aktifitas
    ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong
    pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi
    dengan meminta upah yang lebih tinggi.
  • Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh
    produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga
  • Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja
    memerlukan waktu (time lag).
  • Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan
    yang lain.
  • Jalur nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat
    karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai
    tukar bekerja sangat cepat.
  • Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat
    berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan
    moneter.
  • Apabila perbankan melihat risiko perekonomian
    cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan
    suku bunga BI 7DRR biasanya sangat lambat.
  • Juga, apabila perbankan sedang melakukan
    konsolidasi untuk memperbaiki permodalan,
    penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya
    permintaan kredit belum tentu direspon dengan
    menaikkan penyaluran kredit.
  • Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit
    perbankan juga belum tentu direspon oleh
    meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat
    apabila prospek perekonomian sedang lesu.
  • Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan,
    perbankan, dan kondisi sektor riil sangat
    berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya
    proses transmisi kebijakan moneter.

32
  • Tujuan Kebijakan Moneter BI

33
Tujuan Kebijakan Moneter Bank Indonesia
  • Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan
    oleh penguasa moneter (biasanya bank sentral)
    untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit
    yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan
    ekonomi masyarakat (Nopirin, 1997).
  • Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan
    memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini
    sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 
    pasal 7 tentang Bank Indonesia.
  • Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah
    antara lain adalah kestabilan terhadap
    harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada
    inflasi.
  • Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005
    Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan
    moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama
    kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework)
    dengan menganut sistem nilai tukar yang
    mengambang (free floating).
  • Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam
    mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan.
  • Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan
    kebijakan nilai tukar untuk mengurangi
    volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan
    untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.

Dalam  ?melaksanakan kebijakan moneter, Bank
Indonesia menganut sebuah kerangka kerja yang
dinamakanInflation Targeting Framework (ITF).
Kerangka kerja ini diterapkan secara formal
sejak Juli 2005, setelah sebelumnya menggunakan
kebijakan moneter yang menerapkan uang
primer (base money) sebagai sasaran kebijakan
moneter
34
  • Bank Indonesia secara eksplisit mengumumkan
    sasaran inflas?i kepada publik dan kebijakan
    moneter diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi
    yang ditetapkan oleh Pemerintah tersebut.
  • Untuk mencapai sasaran inflasi, kebijakan moneter
    dilakukan secara forward looking, artinya
    perubahan stance kebijakan moneter dilakukan
    melaui evaluasi apakah perkembangan inflasi ke
    depan masih sesuai dengan sasaran inflasi yang
    telah dicanangkan. 
  • Dalam kerangka kerja ini, kebijakan moneter juga
    ditandai oleh transparansi dan akuntabilitas
    kebijakan kepada publik. 
  • Secara operasional,  stance kebijakan moneter
    dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan 
    (BI Rate) yang diharapkan akan memengaruhi suku
    bunga pasar uang dan suku bunga deposito dan suku
    bunga kredit perbankan. 
  • Perubahan suku bunga ini pada akhirnya akan
    memengaruhi output dan inflasi. 
  • Dengan telah dilepaskannya sistem nilai tukar
    dengan band intervensi nilai tukar (crawling
    band) di tahun 1997, Bank Indonesia memerlukan
    jangkar nominal (nominal anchor)  baru dalam
    rangka menjalankan kebijakan moneter.  Jangkar
    nominal adalah variabel nominal (seperti indeks
    harga, nilai tukar, atau uang beredar) yang
    ditargetkan secara eksplisit oleh bank sentral
    sebagai dasar/patokan bagi pembentukan harga
    lainnya. 
  • Misalnya kalau nilai tukar dijadikan target, maka
    inflasi luar negeri akan menjadi inflasi
    domestik. 

35
  • Mengapa kebijakan moneter memerlukan jangkar
    nominal? Karena tanpa adanya jangkar nominal,
    tidak ada kejelasan kemana kebijakan moneter akan
    diarahkan sehingga masyarakat tidak memiliki
    pedoman dalam membuat ekspektasi inflasi. 
  • Ibarat kapal yang mengapung di lautan tanpa
    kejelasan kearah mana kapal dilabuhkan. 
  • Sebaliknya, dengan adanya jangkar nominal
    masyarakat akan membuat ekspektasi inflasi yang
    diperlukan dalam kalkulasi usahanya sesuai dengan
    jangkar nominal tersebut. 
  • Dengan mengumumkan sasaran inflasi dan Bank
    Indonesia secara konsisten dpt mencapainya akan
    meningkatkan kredibilitas kebijaan moneter yg pd
    gilirannya ekspektasi inflasi masyarakat sesuai
    dengan sasaran yang ditetapkan BI. 
  • Ada sejumlah alasan mengapa menggunakan jangkar
    nominal dengan ITF.
  • ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat.  Dengan
    sasaran inflasi secara eksplisit masyarakat akan
    memahami arah inflasi.  Sebaliknya dengan sasaran
    base money, apalagi jika hubungannya dengan
    inflasi tidak jelas, masyarakat lebih sulit
    mengetahui arah inflasi kedepan.
  • ITF yang memfokuskan pada inflasi sebagai
    prioritas kebijakan moneter sesuai dengan mandat
    yang diberikan kepada Bank Indonesia.
  • ITF bersifat forward looking sesuai dengan dampak
    kebijakan pada inflasi yang memerlukan time lag.
  • ITF meningkatkan trasparansi dan akuntabilitas
    kebijakan moneter mendorong kredibilitas
    kebijakan moneter.  Aspek transparansi dan
    akuntabilitas serta kejelasan akan tujuan ini
    merupakan aspek-aspek good governance dari sebuah
    bank yang telah diberikan independensi.

36
  • Lanjutan
  • ITF tidak memerlukan asumsi kestabilan hubungan
    antara uang beredar, output dan inflasi. 
    Sebaliknya, ITF merupakan pendekatan yang lebih
    komprehensif dengan mempertimbangkan sejumlah
    variabel informasi tentang kondisi perekonomian.
  • Bagaimana ITF diterapkan? Dalam kerangka ITF,
    Bank Indonesia mengumumkan sasaran inflasi ke
    depan pada periode tertentu. 
  • Setiap periode Bank Indonesia mengevaluasi apakah
    proyeksi inflasi ke depan masih sesuai dengan
    sasaran yang ditetapkan.  Proyeksi ini dilakukan
    dengan sejumlah model dan sejumlah informasi yang
    dapat menggambarkan kondisi inflasi ke depan. 
  • Jika proyeksi inflasi sudah tidak kompatibel
    dengan sasaran, Bank Indonesia melakukan respon
    dengan menggunakan instrumen yang dimiliki. 
  • Misalnya jika proyeksi inflasi telah melampaui
    sasaran, maka Bank Indonesia akan cenderung
    melakukan pengetatan moneter. 
  • Secara reguler, Bank Indonesia menjelaskan kepada
    publik mengenai asesmen terhadap kondisi inflasi
    dan outlook ke depan serta keputusan yang
    diambil.
  • Jika sasaran inflasi tidak tercapai maka
    diperlukan penjelasan kepada publik dan
    langkah-langkah yang akan diambil untuk
    mengembalikan inflasi sesuai dengan sasarannya.
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com