Title: Subjective well-being ini merupakan suatu bentuk evaluasi mengenai kehidupan individu yang bersangkutan. Bentuk evaluasi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu: penilaian secara kognitif, seperti kepuasan hidup, dan respon emosional terhadap kejadian,
1BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH
PERTANYAAN PENELITIAN
- Subjective well-being ini merupakan suatu bentuk
evaluasi mengenai kehidupan individu yang
bersangkutan. Bentuk evaluasi dapat dilakukan
melalui dua cara yaitu penilaian secara
kognitif, seperti kepuasan hidup, dan respon
emosional terhadap kejadian, seperti merasakan
emosi yang positif (Diener,2002).
- Bagaimana gambaran subjective well-being pada
lansia penghuni panti jompo? - Mengapa subjective well-being dialami oleh lansia
penghuni panti jompo?
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui gambaran subjective well-being
pada lansia penghuni panti jompo dan mengkaji
faktor-faktor yang menyebabkan subjective
well-being yang dialami oleh lansia penghuni
panti jompo
Subjective well-being penting bagi lansia karena
dengan seseorang memiliki penilaian yang lebih
tinggi tentang kebahagiaan dan kepuasan hidup
maka mereka cenderung bersikap lebih bahagia dan
lebih puas (Muba, 2009)
MANFAAT PENELITIAN
- Manfaat Teoritis
- Manfaat praktis
2BAB II
Pengertian Subjective Well-being Menurut Diener
dan Lucas (1999), Subjective Well-being adalah
evaluasi seseorang tentang hidup mereka, termasuk
penilaian kognitif terhadap kepuasan hidupnya
serta evaluasi afektif dari mood dan emosi-emosi.
Komponen Subjective Well-Being
Menurut (Diener, 1997) subjective well-being
diukur berdasarkan pada prespektif individu yang
bersangkutan, melalui 3 komponen yang saling
berhubungan antara lain 1. Kepuasan Hidup 2.
Afeksi Positif 3. Afeksi Negatif
3Subjective Well-being Pada Lansia Penghuni Panti
Jompo
Didalam panti jompo terkadang lansia mengalami
beberapa masalah yang menyebabkan lansia merasa
tidak betah untuk tinggal didalam panti jompo,
hal tersebut dapat menyebabkan lansia mengalami
depresi (Partini, 2002). Namun jika lansia
memiliki Subjective Well-being maka dapat
membuat lansia menikmati kehidupanya terutama
didalam panti jompo, karena individu yang
memiliki Subjective Well-being pada umumnya
memiliki kualitas hidup yang mengagumkan (Diener,
2000). Besar kecilnya tingkat Subjective
Well-being seseorang dapat dilihat berdasarkan
prespektif hidup dari orang yang bersangkutan,
melalui 3 komponen yang saling berhubungan yaitu
kepuasan hidup, afeksi positif dan afeksi negatif
(Diener, 1977) Seseorang yang memiliki
subjective well-being dia akan dengan mudah
beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Dia
akan cenderung lebih menikmati hidup karena dia
menjalaninya dengan rasa bahagia tanpa tertekan
dan selalu berfikir positif.
4BAB III
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan studi kasus Stake (dalam Heru Basuki,
2006) menjelaskan bahwa studi kasus ditekankan
oleh beberapa peneliti karena memfokuskan tentang
apa yang dapat dipelajari secara khusus pada
kasus tunggal. Penekanan studi kasus adalah
memaksimalkan pemahaman tentang kasus yang
dipelajari dan bukan untuk mendapatkan
generalisasi.
Subjek Penelitian Subjek adalah seorang lansia
berjenis kelamin laki-laki berusia 60-70 tahun
yang tinggal didalam panti jompo
Wawancara Dalam penelitian ini akan digunakan
tipe wawancara bebas-terpimpin. Wawancara
bebas-terpimpin kebebasan juga diberikan, dalam
arti yang diwawancarai dapat memberikan jawaban
dalam situasi bebas, tapi peneliti juga
mengendalikan, peneliti memberikan arah dari
wawancara.
Observasi Pada penelitian ini, peneliti akan
menggunakan metode observasi non -partisipasi.
Dalam observasi ini observer atau peneliti tidak
ikut ambil bagian secara langsung dalam situasi
yang ditelitinya. Peneliti tidak sebagai pemain,
tetapi sebagai penonton.
5BAB IV
- Pembahasan
- Gambaran subjective well-being pada lansia
penghuni panti jompo - Kepuasan hidup
- Kepuasan hidup yang didapat menurut subjek,
subjek merasa puas dengan kehidupanya karena
subjek dapat berprestasi dalam pekerjaanya,
anak-anak subjekpun dapat mandiri dan telah
memiliki perkerjaaan yang bagus. - Afeksi positif
- Afeksi positif pada subjek cukup tinggi karena
subjek seringkali merasakan emosi yang positif,
subjek cukup perhatian, bersemangat dalam
menjalankan hidup, antusias dan bangga dalam
menjalankan kehidupanya. - Afeksi negatif
- Afeksi negatif pada subjek tidak terlalu muncul
dan dapat diatasi oleh subjek, walau dapat
diatasi subjek tetap merasa wajar untuk merasakan
sedih dan gelisah
6BAB V
Kesimpulan
Subjective Well-being dimiliki oleh subyek karena
subjek puas dengan kehidupannya karena banyak
prestasi yang diperoleh subjek seperti
memenangkan tender, afeksi positif subyek sering
munculseperti memiliki banyak teman dan subjek
jarang sekali mengalami afeksi positif didalam
kehidupanya.
Prediktor yang muncul didalam diri subjek yaitu
Optimisme, subjek sangat optimis dengan
kehidupannya, subjek juga banyak bergaul di dalam
lingkungan sosialnya dan subjek juga merupakan
orang yang taat beribadah.
Saran
- Subjek agar menjaga kesehatan dirinya, selalu
meningkatkan keimanannya, menjaga hubungan dengan
teman-teman yang ada dipanti jompo - Bagi keluarga diharapkan memperhatikan subjek,
sebisa mungkin meluangkan waktu untuk mengunjungi
subjek, dan selalu memotivasi agar subjek bisa
menikmati hidup, sehingga tidak terlalu
memikirkan anak cucunya - Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan
subjek lansia wanita, lansia yang tinggal di
rumah anak-anaknya, ataupun lansia yang hidup
sendirian.
7- Alat Pengumpul Data
- Pedoman Wawancara
- Pedoman Observasi
- Alat Tulis
- Alat Perekam dan Kaset
- Teknik Analisis Data
- Organisasi Data
- Koding dan Analisis
- Analisa Tematik
- Keakuratan Penelitian
- Triangulasi data, yakni digunakannya variasi
sumber sumber data yang berbeda. - Triangulasi penelitian, yakni digunakannya
beberapa peneliti atau evaluator yang berbeda. - Triangulasi teori, yakni digunakannya beberapa
perspektif yang berbeda untuk menginterpretasi
data yang sama. - Triangulasi metodologis, yakni dipakainya
beberapa metode yang berbeda untuk meneliti suatu
hal yang sama.
8- Prediktor subjective well-being yang dialami oleh
lansia penghuni panti jompo - Dari 8 prediktor mengenai subjective well-being,
ada 3 prediktor yang muncul didalam diri subjek,
3 prediktor itu adalah - Optimisme
- Subjek sangat optimis didalam kehidupanya,
subjek merasa tidak ada hal yang tidak mungkin,
selama kita masih tetap mau untuk mencoba
sesuatu. - Kontak sosial
- Subjek tidak memilih-milih dalam berteman dan
saat subjek mengalami kesulitan banyak teman
subjek yang menolongnya karena subjek juga banyak
bergaul didalam lingkungan sosialnya. - Pemahaman tentang arti dan tujuan
- Subjek termasuk orang yang sabar, selain itu
subjek rajin beribadah dan ketika ada yang
bermasalah dengan subjek, subjek dapat memaafkan
kesalahan orang lain. -