Title: PENGENDALIAN HAYATI
1PENGENDALIAN HAYATI
- MIKROBA PENGENDALI HAMA
- MIKROBA PENGENDALI PENYAKIT
2A. HAMA1. Strategi pengendalian hama
- Aplikasi Reguler
- Kultivasi dan pemanenan hasil tanaman
mengurangi / mengeluarkan patogen dari ekosistem. - Beberapa patogen yg berguna terkadang memiliki
kemampuan rendah dalam penyebaran dan hdup di
lingkungan. - Kondisi tersebut, agensia pengendali hayati
harus sangat virulen, mudah diproduksi massal
atau aplikasi secara rutin. Contoh aplikasi
Bacillus thuringiensis
3- Limited Release
- Strategi ini diterapkan agar populasi mereka
di lingkungan stabil (hutan, padang rumput) - Contoh Virus pengendali serangga hama pinus
di Kanada, yg diaplikasikan secara kontinu dan
sukses mengendalikan hama tsb. - Keberhasilan strategi limited release
tergantung pd efektivitas transmisi patogen dari
generasi ke generasi, persistensi yg baik dari
patogen di lingkungan, dan kapasitas
penyebarannya. - Untuk mikroba pembentuk spora (tipe resting
stage lain) memungkinkan mereka untuk bertahan pd
saat tanpa inang.
4- Manipulasi Patogen Enzootic
- Pada keadaan tertentu, pengendalian mikrobial
suatu hama dapat dicapai dengan cara mendorong
tumbuhnya patogen alami - Contoh manipulasi teknik kultivasi pasture
(padang rumput) di New Zealand. Penggunaan lahan
secara berulang untuk penanaman tanaman kacang2an
adakalanya menghambat pertumbuhan Nematoda
(diduga karena adanya peningkatan populasi alami
dari fungi parasit nematod
5- Dari ketiga strategi tersebut, untuk mengetahui
strategi mana yang paling efektif perlu dipahami
mode of action, pathogenicity dan populastion
biology dari interaksi patogen dan hama.
6(No Transcript)
72. Bakteri sebagai agensia pengendali hama
- Strain2 Bacillus spp. Merupakan mikroba patogen
komersial pertama - B. thuringiensis (B.t.) pertama ditemukan
menginfeksi larva ngengat di Jerman (1911).
Selanjutnya ditemukan berbagai strain B.t
diisolasi dari berbagai Lepidopteran - Mode of Action
- B.t adl aerob, penghasil toksin dimana saat
sporulasi menghasilkan baik spora maupun kristal
protein besar (bentuknya bipiramid). Kristal tsb
adl ?-endotoksin (sebag besar tersusun atas
polipeptida). - Molekul tsb adl inert protoxin
8- Ketika larva diberi campuran spora dan kristal,
kristal akan larut dalam cairan usus serangga yg
basa, kmd didegradasi oleh protease, melepaskan
polipeptida toksik. - Toksin berinteraksi dengan glikoprotein dalam
membran plasma dr sel2 usus, menghancurkan
regulasi pertukaran ion. Akibatnya bagi larva
epithelium usus mengalami lisis, otot2 usus dan
bagian mulut mengalami paralisis. Kematian dapat
terjadi setelah 30 menit s/d 3 hari setelah
pemberian bakteri. - Beberapa strain B.t juga dpt menghasilkan molekul
toksin lain yi. ß-eksotoksin. Toksin ini
termostabil (kebalikan dari ?-endotoksin), sangat
toksik untuk berbagai species insek (broad
spectrum toxin)
9- Agensia bakteri lain
- Bacillus sphaericus (patogen bbrp larva nyamuk
Anopheles Culex), toksin berasosiasi dengan
inklusi protein dan spora. - Bacillus popilliae, membunuh insek melalui
infeksi (bukan toksin). Hanya dpt dikultur secara
in vivo. - Pasteuria ( Bacillus) penetrans, mrpk parasit
obligat nematoda parasit tanaman. Spora dapat
bertahan lama di lingkungan.
10(No Transcript)
113. Fungi sebagai agensia pengendali hama
- Beberapa strain fungi patogen pengendali insek
dan mite (tungau) telah dikomersialkan. - Fungi mempenetrasi inang melalui kutikula
- Faktor lingkungan yg kritis mempengaruhi
parasitisme fungi adalah humiditas relatif. - Nematode-trapping fungi, predator nematod ini
memperangkap melalui peralatan adhesive (jaring
hifa). Menghasilkan toksin, immobilisasi inang
kmd hifa mempenetrasi melalui kutikula. Bbrp
species menghasilkan antibiotik yg mencegah
perkembangan mikroba kompetitor.
12(No Transcript)
13(No Transcript)
145. Pengendalian Hama oleh Virus
- Terutama dalam pengendalian hama vertebrata
(Kelinci), insek dan mites - Contoh virus Myxoma (penyebab myxomatosis)
- Virus baculoviruses pengendali Lepidoptera dan
Hymenoptera, bbrp Crustacea dan mites
15(No Transcript)
16(No Transcript)
17B. PENYAKIT1. Strategi pengendalian penyakit
- Beberapa produk komersial agensia pengendali
hayati telah banyak dipasarkan (Lihat Tabel). - Antibiosis dan cell-wall degrading enzymes mrpk
strategi biokontrol yg cukup berhasil, disamping
parasitisme - Mekanisme cross-protection atau hyperparasitism
juga telah banyak diketahui dan berhasil - Rizosfir adalah target yg lebih baik drpd
phylloplane utk biokontrol penyakit tanaman
18Beberapa agensia pengendali hayati patogen tanaman
Mikrooragnisme Negara registrasi Target patogen
Bakteri Agrobacterium radiobacter Bacillus subtilis Pseudomonas fluorescens Pseudomonas fluorescens Fungi Peniophora gigantea Pythium oligandrum Trichoderma harzianum Trichoderma viride Trichoderma sp. Fusarium oxysporum USA, Australia, NZ USA Australia USA UK USSR Israel Europe USSR Japan Crown gall Groath enhancement Bacterial blotch Seedling diseases Fomes annosus Pythium sp. Damping off Timber pathogens Root diseases Fusarium oxysporum
192. Bakteri sebagai antagonis
- Keberhasilan pengendalian penyakit crown gall
oleh bakteri tanah A. radiobacter var.
tumefaciens - Biokontrol penyakit take-all (Gaeumannomyces
graminis var. tritici) oleh Trichoderma spp. Dan
Pseudomonas fluorescens - Plant growth promoting rhizobacteria (PGPR)
merupakan kelompok rizobakteri yang mampu
meningkatkan pertumb tanaman melalui mekanisme
produksi antibiotik, siderofor, maupun plant
growth hormones.
203. Fungi sebagai antagonis
- Komersialisasi agensia biokontrol penyakit
tanaman pertama (1963) adl penggunaan Peniophora
gigantea untuk mengendalikan penyakit busuk akar
pinus Heterobasdion (Fomes) annosum. - Trichoderma (T. viride, T. harzianum, T. hamatum,
T. koningii) merupakan fungi antagonis untuk
mengendalikan berbagai patogen tanaman. Mekanisme
pengendalian umumnya melalui parasitisme dan
antibiosis.
21(No Transcript)
22MEKANISME PENEKANAN PATOGEN
- Substrate competition
- Siderophore production
- Antibiotic production (phenazine, pyrrolnitrin,
pyoluteorin, gliotoxin, viridin, gliovirin) - Volatile substances (Ammonia, HCN, Pyrone)
- Enzymes (chitinase, cellulase)
- Parasitism
- Plant growth promoting factors