Title: SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
1SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
- Asep Saefumillah
- Departemen Kimia
- FMIPA-UI
2PROSES SERAPAN ATOM
- Suatu atom netral dalam keadaan gas dapat
menyerap radiasi dan elektron menjadi tereksitasi
ke level energi yang lebih tinggi - Terjadi transisi elektronik tanpa terjadinya
transisi ke level energi vibrasi dan rotasi.
Bandwidth atau lebar pita lebih sempit - Terjadi pada panjang gelombang yang diskrit, l
- Na(g) 3s 3p and 3p 5s dan transisi yang
lainnya dimungkinkan, pada energi foton transisi
yang tepat.
3SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
Instrumentasi dalam Metoda Spetrometri Nyala
Skema alat instrumen atomic-absorption
Skema alat instrument Atomic Emission
4Picture of a flame atomic-absorption spectrometer
5Picture of a graphite-furnace atomic-absorption
spectrometer
6PROSES SERAPAN ATOM
Spektroskopi atom berkaitan dengan pembahasan
mengenai serapan dan emisi cahaya oleh atom.
absorpsi
hv
emisi
hv
7Potensial ionisasi 5, 139 eV
5
E N E R G Y
4p0
3d
3p
4s
3s
2p
3
6103 A0
2s
1s
3p0
3303 A0
(eV)
2
5890 A0
3s
0
1s2 2s2 2p6 3s1
Diagram atomik untuk atom Natrium (nomor atom
11)
8TRANSISI SERAPAN ATOM
9ASPEK KUALITATIF
Radiasi elektromaknetik/foton/cahaya/sinar yang
terlibat dalam transisi elektronik (absorsi
maupun emisi) adalah spesifik untuk setiap jenis
transisi dan karenanya unik untuk setiap atom.
E1
hv
Absorpsi
?E E1-E2 hv hc/?
E0
E1
hv
Emisi
E0
10Contoh beberapa unsur dan panjang gelombang
spesifiknya
Elemen Panjang Gelombang (nm)
Ag (perak) 328,1
Cd (kadmium) 228,8
Cr (kromium) 357,9
Cu (tembaga) 324,8
Fe (besi) 248,3
11ASPEK KUANTITATIF
Jumlah unit sinar (? tertentu) yang diabsorpsi
(A) berbanding lurus dengan koefisien
absorptifitas (?), jarak tempuh sinar di dalam
daerah populasi atom (b), dan jumlah atom
(konsentrasi, C).
b
p
p0
Transmitan (T) P/P0 x 100 A log 1/T -log T
A ?.b.C (Lambert-Beer)
12Penentuan atom pada spektroskopi atom hanya
dapat dilakukan di dalam fasa gas.
ATOMISASI DAN EKSITASI
- Semua elemen di dalam sampel harus diubah dahulu
menjadi bentuk garam/senyawaan yang mudah diubah
menjadi fasa gas. - Spesi elemen dalam fasa gas ini kemudian diubah
menjadi atom-atom bebasnya (atomisasi).
13(No Transcript)
14NYALA DAN KEADAAN TEREKSITASI
- 3 tahapan percobaan memakai AAS 1. penguapan 2.
pereduksian menjadi atom 3. paparan pada nyala. - 2 tahap pertama terjadi di dalam nyala.
- Pengaruh suhu nyala nyala memiliki suhu yang
tinggi mempengaruhi jumlah fraksi atom dalam
keadaan tereksitasi. - Persamaan Boltzmann menggambarkan pengaruh suhu
di dalam nyala - N populasi atom pada masing-masing level
energi - g faktor statistik pada setiap level dan
merupakan ukuran jumlah elektron yang mungkin di
setiap level energi - g 2J 1 dimana J Russel-Saunders coupling
constant dan nilainya J L S or L ? S dimana L
bilangan kuantum momentum sudut orbital
(0,1,2,3 untuk s, p, d, f ) dan S spin ½. - Misalnya untuk transisi pada atom Na
- 3s½ 3p3/2 gu 2(LS) 1 2(1 ½) 1 4
and - go 2(0 ½) 1 2.
- 3s½ 3p½ go 2 and gu 2(1 - ½) 1 2.
- Populasi keseluruhan dari dua keadaan ini karena
terpisah hanya sebesar 5Å, maka dapat dipakai
rata-rata panjang gelombangnya dan ditambahkan
populasinya untuk dua keadaan tereksitasi - g 4 2 6 and go 2 lamda 5892Å.
15Nyala dan Keadaan Tereksitasi
- Anggap nyala udara-asetilen (2400C)
- T (2400 273)K 2673K
- Substitusi ke dalam persamaan Boltzmann
- 3.23x10?4
- Sejumlah kecil fraksi atom di dalam nyala
tereksitasi ke keadaan eksitasi ini
16Populasi Relatif dari Transisi Energi Lebih Tinggi
- Transisi 3p 5s juga dimungkinkan dan memiliki l
6161Å (E 3.22x10?12 erg. - Fraksi elektron 3p yang tereksitasi ke orbitasl 5
s dihitung - 5.34x10-5
- Jumlah fraksi yang terlibat pada transisi ini
lebih sedikit. - Selanjutnya, dapat diestimasi fraksi elektron
pada keadaan 5s relatif terhadap level energi 3s
-
- 5.34x10?5?3.23x10?4 1.72x10?8 QED
- Menunjukkan hanya sejumlah kecil spesies
pengabsorpsi berada dalam keadaan tereksitasi
oleh eksitasi nyala transisi energi yang lebih
tinggi probabilitasnya lebih kecil daripada
transisi dengan energi yang lebih rendah.
17MENGUKUR SERAPAN ATOM
- Hukum Beer (A log e bC ) dipatuhi jika
garis spektra lebih kecil dari pita absorpsi -
- Atom-atom dan molekul mengabsorpsi radiasi pada
panjang gelombang diskrit. - Radiasi dengan pita yang lebar mengandung foton
dengan beberapa panjang gelombang, beberapa
mungkin berguna namun kebanyakan tidak. Sehingga
nilai Po ( Pusable Puseless) lebih besar dan
absorbensinya lebih kecil dari yang diharapkan,
hanya sejumlah sinar tersedia yang bisa dipakai
untuk absorpsi. - Disamping itu sinar Pusable bisa terdiri dari
panjang gelombang dengan absorftifitas yang
berbeda. sampel tidak menyerap semua radiasi
dengan tingkat yang sama. - Perilaku non-linear teramati jika range l sumber
pengeksitasi lebih besar daripada range l
penyerapnya bandwidth dari sumber pengeksitasi
harus lebih sempit daripada bandwidth penyerap.
18Lebar Garis Transisi Atomik
- Lebar garis dari suatu spektrum absorpsi sangat
kecil (10?4Å) tetapi bisa diperlebar oleh karena - Doppler broadening gerakan termal acak dari
atom-atom relatif terhadap detektor - Pressure broadening dalam percobaaan serapan
atom tekanan cukup tinggi sehingga atom-atom
dapat mengalami sejumlah tumbukan antar atom yang
berakibat pada perubahan kecil dalam level energi
yang lebih rendah. - Lebar garis normal dari garis-garis eksitasi jauh
lebih besar dari garis ini - Monokromator tak bisa digunakan untuk memilah
rentang panjang gelombang l dalam Spektro
Serapan Atom (bandwidth ? few tenths of a nm).
19SUMBER NYALA
- Solusi terhadap masalah lebar garis yang sempit
ini dipakai sumber sinar dari atom yang sama
dengan analit yang diperiksa. - misal analisis Na analysis uap Na yang dipakai.
- Atom-atom dieksitasi oleh energi listrik
atom-atom tereksitasi mengemisikan l
karakteristik. Lebarpita dari sumber ltlt lebar
garis sampelkarena dihasilkan dari kondisi dimana
tidak terdapat pelebaran atau kecil - Hollow Cathode Tube Hollow cathode yang terbuat
dari material yang sama dengan yang dianalisis,
diuapkan dan mengemisikan radiasi dengan panjang
gelombang karakteristik. - Arus ion ke katoda ini mengontrol intensitas
foton yang dihasilkan Penambahan tegangan
antara katoda dan anoda akan mengontrol arus dan
fluks foton totalnya. - Arus optimum untuk setiap lampu (1-20ma).
20PEMBENTUKAN UAP ATOM
- Empat metode yang digunakan untuk menguapkan
sampel dari larutan - Oven Sampel ditempatkan di oven setelah
pelarutnya , sampel diuapkan ke dalam daerah
iradiasi dengan cara menaikkan suhunya secara
cepat. - Electric arc or spark Sampel dikenakan arus yang
tinggi atau tegangan A.C. yang tinggi. spark. - Ion bombardment Sampel ditempatkan di katoda dan
ditembaki oleh ions (Ar). Sputtering process
dislodges them from cathode and directs them to
irradiation region. - Flame atomization Sampel dispray ke dalam nyala
lalu mengalami atomisasi dan iradiasi oleh sinar
elektromagnetik.
21ATOMISASI NYALA
- Total consumption burner Sejumlah saluran
berbeda membawa sampel, bahan bakar, dan oksidan
ke area pembakaran. Semua sampel yang dibawa ke
daerah pembakaran ini dibakar - Sensitifitas lebih tinggi pada daerah dalam nyala
dibanding daerah dimana sampel tidak terbakar
sempurna. - Terdapat gangguan (turbulence) di dalam nyala
dari variasi ukuran droplet dapat meningkatkan
noise.
22Total comsumption nebulizer burner
23Premix (laminar Flow) burner
- Sampel, bahan bakar, dan oksidan dicampur sebelum
memasuki nyala - Turbulence secara signifikan dapat dikurangi
dengan menghilangkan ukuran droplet yang lebih
besar. - Mixing baffles dapat menjamin hanya kabut yang
halus saja yang dilewatkan masuk ke daerah
pembakar.
24Slot burner and expansion chamber
Premix or laminar-flow burner
25Outer cone Secondary reaction (combustion zone)
Interconal layer (faint) Region D
Blue cone Primary reaction zone Region C
Light path
Preheating Region B
Premixed C2H2 O2 Fine droplets of
solution Region A
26ATOMISASI ELEKTROTERMAL
- Semua sampel yang digunakan diatomisasi pada
tungku pengatoman (electrothermal). - Batas deteksinya 100-1000x lebih rendah dari
metode aspirasi/penga - kabutan.
- Hanya beberapa mL larutan sampel yang digunakan.
- Prinsip Dasar
- Wadah sampel dipanaskan untuk menguapkan atom
logam. - Sampel dikeringkan (pelarut diuapkan) pada 110C
- diAbukan sampel "burn off" ( pada 200-300C)
- diatomisasi.(2000-3000C)
- Jika dibandingkan dengan atomisasi nyala
- Ada interaksi dengan sampel matriks dan elektroda
- Reprodusibilitasnya rendah
- Batas deteksinya 10?10-10?12g (atau 1ppb)
dimungkinkan.
27BAHAN BAKAR/OKSIDAN
- Nyala bersuhu rendah unsur-unsur mudah
tereduksi (Cu, Pb, Zn, Cd) - Nyala bersuhu tinggi unsur yang sulit direduksi
(e.g. logam-logam alkali). - Bahan bakar natural gas, propana, butana, H2,
and asetien - Pengoksidasi - Udara and O2 (nyala suhu rendah).
N2O (nyala suhu tinggi). - Karakteristik nyala
- Sampel yang memasuki nyala diuapkan, direduksi
dan akhirnya dioksidasi. - Daerah-daerah di dalam nyala bergantung pada
- Laju aliran,
- Ukuran tetesan/kabut
- Kemudahan dioksidasi dari sampel.
- Posisi optimum nyala.
28Return to Slide 10
29SIFAT-SIFAT NYALA
- Saat sampel yang dinebulasikan diumpankan ke
nyala, pelarutnya akan menguap di dalam daerah
pembakaran utama (primary combustion zone, yang
terletak di daerah ujung nyala.) - Proses diatas menghasilkan partikel padatan yang
halus (aerosol padat) dan akan masuk kedalam
daerah interzonal (daerah yang terdapat di tengah
nyala). Di dalam daerah nyala paling panas ini,
partikel padat akan berubah menjadi atom gas dan
ion elementer.
30Karakteristik Nyala Pada Umumnya
no Fuel-oxidant T (0K) MaximunBurning velocity (cm s-1)
1 C2H8 - air 2267 39-43
2 H2 air 2380 300-440
3 C2H2 air 2540 158-266
4 H2-O2 3080 900-1400
5 C2H8-O2 3094 370-390
6 C2H2-N2O 3150 285
7 C2H2-O2 3342 1100-2480
31Elemen ? (nm) Flame type
Al 309,3 Nitrous oxide-Acetylene (28000 C)
Pb 217,0 Air-Acetylene (24000 c)
Ag 328,1 Air-acetylene (24000 c)
Sn 235,5 Nitrous oxide acetylene (28000 C)
32N
- N /N0 g(e)/g(d)exp(-E/kT)
A
E
N0
Nilai N/N0 pada beberapa unsur
Atom ? gd/ge 20000 K N/N0 30000 K N/N0
Cs 852,1 2 4,44 x 10-4 7,24 x 10-3
Na 589,0 2 9,86 x 10-6 5,88 x 10-4
Ca 422,7 3 1,21 x 10-7 3,69 x 10-5
Fe 372,0 2,29 x 10-9 1,31 x 10-6
Cu 324,8 2 4,82 x 10-10 6,65 x 10-7
Mg 285,2 3 3,35 x 10-11 1,5 x 10-7
Zn 213,9 3 7,45 x 10-15 5,5 x 10-10
33Profil Nyala dalam AAS
34PRINSIP PENGUKURAN
- Idealnya, jumlah cahaya yang sampai ke detektor
menurut Hukum Beers Law - P Po10?ebC .
- Sejumlah interference bisa merubah nilainya
menjadi - P Po10?ebC Pemission ? Pbackground ?
Pscattering. - P emisi disebabkan emisi analite di dalam nyala
- Dihilangkan dari penyerapan dengan modulasi dari
sumber sinarnya measures only AC levels
emission DC level. - Pbackground, Pscattering disebabkan absorpsi
oleh nyala atau oleh matrik sampel namun
independen terhadap analit. - Interferensi cahaya dinolkan dengan membandingkan
blanko dengan sampel - Problem bisa dari matrik sampel. Misalnya bisa
disebabkan oleh kandungan garam yang tinggi (dari
garam-garam NaCl or KI). Garam-garam ini
mempunyai spektrum absorpsi yang lebar di dalam
nyala karena tidak tereduksi. Pada umumnya
dipakai sumber sekunder yang kontinyu seperti
lampu D2 - Setiap lampu (D2 and HCT) termodulasi tetapi 180
ditempatkan satu sama lain. - Sistem deteksi mengukur perbedaan antara dua
sinyal absorbanasi AHCT Asample Abrdband
sedangkan Acontinuum source Abrd band.
Merupakan absorbensi dari sampel
35Sumber lampu D2 Eliminasi Gangguan Latar Belakang
36MONOKROMATOR
- Diperlukan untuk memilih satu dari beberapa garis
emisi (lemitted) dikenal sebagai HCT. - Karena biasanya terpisah dengan baik dari garis
spektra yang diinginkan, maka dengan mudah bisa
dipakai suatu monokromator untuk mengeliminasi
gangguan interferensi ini.
37TEKNIK-TEKNIK ANALISIS
- Hukum Beer, A kC, tidak selalu terpenuhi dalam
membuat kurva kalibrasi - Methode standar adisi digunakan untuk
meminimalkan pengaruh matriks. - Anion- tinggi puncak serapan dipengaruhi oleh
jenis dan konsentrasi anion. Masalahnya bisa
mengurangi jumlah atom yang terbentuk. Matrik
yang tidak diketahui akan sulit untuk dilakukan
koreksinya. - Kation Keberadaan kation-kation lain dapat
membentuk senyawa stabil dengan kation yang
sedang dianalisis. Misalnya Al Mg memberikan
hasil yang lebih rendah untuk analisis Mg karena
terbentuknya oksida Al/Mg.
38Contoh Analisis
- Kandungan nikel dalam air sungai ditentukan
dengan cara Spektro Serapan Atom setelah
sebelumnya 5.00 L sampel di lewatkan suatu
penukar ion. Lalu kolom dibilas dengan 25.0 mL
larutan garam melepaskan semua nikel, setelah
dibilas volume ditepatkan menjadi 75.00 mL
10.00 mL aliquot larutan ini dianalisis setelah
penambahan volume larutan 0.0700 ?g Ni/mL ke
masing-masing larutan. Plot grafik hasil
analisis. Lalu tentukan konsentrasi Ni dalam air
sungai tersebut.
39- GANGGUAN-GANGGUAN ANALISIS
-
- Gangguan kimiawi Atomisasi yang tidak sempurna
karena terbentuknya ikatan ionik dalam sampel.
Contoh CaSO4 and Ca3(PO4)2 memiliki ikatan ionik
yang sangat kuat akibatnya proses atomisasi
tidak dapat berjalan sempurna Pemecahan
Tambahkan La, yang mempunyai ikatan ionik lebih
kuat terhadap sulfat dan fosfat, sehingga dapat
membebaskan ion Ca.
40b) Gangguan spektral (Spectral Interference)
Garis spektra yang akan dianalisis overlap dengan
garis spektra unsur lainnya di dalam
sampel. Problem Sinar dari lampu katoda diserap
oleh oleh atom pengganggu Pemecahan Gunakan
lebar celah sesempit mungkin untuk memilahkan
garis spektra tertentu Gunakan garis spektra
sekunder selain garis spektra primer.
41