Title: REKAYASA LALU LINTAS
1REKAYASA LALU LINTAS
2ELEMEN ARUS LALU LINTAS JALAN
- Pemakai Jalan (pengemudi dan pejalan kaki)
- Kendaraan
- Jalan
-
3A. Pemakai Jalan
- Penglihatan
- Waktu Persepsi dan Reaksi
- Karakteristik Lainnya
41. Penglihatan - Luas Pandangan
52. Waktu Persepsi dan Reaksi
- P I E V Time
- Perception pengamatan terhadap suatu isyarat dan
- memerlukan respon
- Intellection or Identification Identifikasi
terhadap isyarat - Emotion or Decision Penentuan respon yang
sesuai terhadap isyarat - Volition or Reaction Respon fisik sebagai hasil
dari keputusan. -
- dimana
- dp jarak persepsi-reaksi (PIEV)(m)
- t waktu (detik)
- v kecepatan (kpj)
6Waktu Reaksi Mengerem dari 321 Pengemudi
73. Karakteristik Lain
- Kemampuan membedakan warna.
- Pendengaran.
- Perasaan.
- Tinggi mata pengemudi.
- Tinggi pejalan kaki.
- Kecepatan jalan.
- Penggeseran lateral kendaraan.
- Umur.
8Faktor yang mempengaruhi Perilaku Pengemudi
- Motivasi
- Pengaruh Lingkungan
- Pendidikan
9B. Kendaraan
- Kendaraan Rencana
- Kinerja Percepatan Kendaraan
- Kemampuan Mengerem Kendaraan
- Persamaan Jarak Mengerem dan Reaksi
101. Kendaraan Rencana
Lintasan Tikungan Minimum Kendaraan Rencana WB-35
11(No Transcript)
12(No Transcript)
13MOBIL PENUMPANG
142. Kinerja Percepatan Kendaraan
Jenis Kendaraan Berat Tipikal (kg) Tingkat Percepatan Maksimum (kpj/dt) Tingkat Percepatan Maksimum (kpj/dt) Tingkat Percepatan Maksimum (kpj/dt)
Jenis Kendaraan Berat Tipikal (kg) 0-24 kpj dari 64 kpj dari 96 kp
Jenis Kendaraan Berat Tipikal (kg)
Mobil besar Mobil sedang Compact car Mobil kecil Pickup Truk 2-as tunggal Truk semitrailer 2.177 1.814 1.361 952 2.268 5.443 20.411 16,1 12,9 12,9 9,7 12,9 3,2 3,2 6,4 6,4 4,8 1,9 2,9 0,9 0,6 4,0 3,2 1,8 1,1 2,4 0,9 -
15Perlu diperhatikan bahwa jarak tempuh selama
percepatan dari kondisi berhenti adalah
dimana
jarak perjalanan selama percepatan (m)
percepatan (kpj/detik) t
waktu percepatan (detik)
16Contoh
Mobil besar bergerak dari kondisi diam (0 kpj)
sampai kecepatan 24 kpj dalam waktu 1,5 detik
pada tingkat percepatan 16,1 kpj/detik. Untuk
kondisi yang sama, Truk gandengan memerlukan
waktu 7,5 detik pada tingkat percepatan 3,2
kpj/detik. Jarak percepatan masing-masing
kendaraan adalah Mobil besar da 0,139 (16,1)
(1,5)2 5,03 m Truk da 0,139 (3,2) (7,5)2
25,02 m Perhitungan di atas mengasumsikan bahwa
tingkat percepatan adalah maksimum. Dalam keadaan
normal, pengemudi umumnya tidak menggunakan
percepatan maksimum dari kemampuan kendaraannya,
dan menyebabkan kedua jarak tersebut terlalu
kecil.
173. KEMAMPUAN MENGEREM
Dimana db adalah jarak yang diperlukan untuk
memperlambat kendaraan dari suatu kecepatan ke
kecepatan lain
V kecepatan awal kendaraan (kpj) U kecepatan
akhir kendaraan (kpj) a tingkat
percepatan/perlambatan G kemiringan, dinyatakan
dalam desimal
18Contoh
Jika suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan 60
kpj dan koefisien gesekan 0,40 pada jalan datar,
maka Jarak mengerem yang dibutuhkan untuk
melambat sampai 30 kpj adalah
Jarak mengerem yang dibutuhkan untuk berhenti
adalah
194. APLIKASI RUMUS JARAK REAKSI DAN MENGEREM
- Dimana
- t waktu reaksi mengerem, 2,5 detik
- V kecepatan rencana, kpj
- a tingkat perlambatan, m/det2
20Elemen dan Total Jarak Pandangan Menyiap Jalan
Dua Lajur
21Jarak tempuh d1 selama perioda pergerakan awal
dihitung dari rumus berikut
dimana t1 waktu pergerakan awal (detik) a
percepatan (km/j/detik) v kecepatan kendaraan
yang menyiap (kpj) m perbedaan kecepatan
kendaraan yang disusul dan yang menyusul
(kpj)
Jarak selama berada di jalur lawan (d2) dapat
dihitung dengan rumus
dimana t2 waktu menyiap selama berada di
jalur lawan (detik) v kecepatan kendaraan yang
menyiap (kpj)
22d3 Jarak bebas, adalah jarak bebas antara
kendaraan berlawanan dan kendaraan yang menyiap
pada akhir gerakan menyiap, nilainya adalah
antara 30 sampai 90 m. d4 Jarak yang ditempuh
kendaraan lawan pada waktu melakukan gerakan
menyiap untuk memperkecil kemungkinan berhadapan
dengan kendaraan lawan selama kendaraan menyiap
berada di jalur lawan. Dengan asumsi kecepatan
kendaraan lawan sama dengan kendaraan menyiap
maka dapat dianggap
23(No Transcript)
24(No Transcript)
25C. Jalan
- Klasifikasi jalan menurut fungsi
- Ciri geometrik jalan
261. Klasifikasi jalan menurut fungsi
27Jaringan Jalan Perkotaan
Sistem Persentase dari Total Panjang Jalan Antar Kota
Arteri primer Arteri primer arteri sekunder Jalan kolektor Jalan lokal 2 4 6 12 20 25 65 75
28Skema Klasifikasi Menurut Fungsi Jaringan Jalan
Antar Kota
29Skema Proporsi Jaringan Jalan Perkotaan
30PP No. 43 th 1993 ttg Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan
- (1) Jalan kelas I
- Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 mm, dan muatan sumbu terberat
yang diijinkan lebih besar dari 10 ton. - (2) Jalan kelas II
- Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 mm dan muatan sumbu terberat
diijinkan 10 ton. - (3) Jalan kelas IIIA
- Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 mm dan muatan sumbu terberat yang
diijinkan 8 ton. - (4) Jalan kelas IIIB
- Jalan kolektor yang dapat diialui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak
melebihi 12.000 mm dan muatan sumbu terberat yang
diijinkan 8 ton. - (5) Jalan kelas IIIC
- Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.100 mm, ukuran panjang tidak
melebihi 9.000 mm dan muatan sumbu terberat yang
diijinkan 8 ton.
312. Ciri Geometrik Jalan
- Alinyemen Horisontal
- Alinyemen Vertikal
- c. Potongan Melintang
- d. Kanalisasi
32Alinyemen Horisontal
33Tikungan Lingkaran Penuh (Full Circle)
34Tikungan spiral-lingkaran (spiral-circle-spiral)
35Tikungan spiral (spiral-spiral)
36Fungsi Lengkung Peralihan
- Memberikan jejak yang mudah diikuti, sehingga
gaya sentrifugal bertambah dan berkurang secara
teratur sewaktu kendaraan memasuki dan
meninggalkan busur lingkaran. - Memberikan kemungkinan untuk mengatur pencapaian
kemiringan. Peralihan dari kemiringan normal
(normal crossfall) ke superelevasi penuh pada
busur lingkaran dapat dilakukan sepanjang
lengkung peralihan. - Tampian suatu jalan akan bertambah baik dengan
menggunakan lengkung peralihan.
37Ilustrasi Lengkung Peralihan Spiral
Tanpa Spiral
Dengan Spiral
38No Spiral
FYI NOT TESTABLE
39b. LENGKUNG VERTIKAL
40Assistant with Target Rod (2ft object height)
Observer with Sighting Rod (3.5 ft)
41Lengkung Vertikal Cembung
SSD
PVI
Line of Sight
PVC
G2
PVT
G1
h2
h1
L
For S lt L
For S gt L
42Lengkung Vertikal Cekung
Light Beam Distance (SSD)
G1
headlight beam (diverging from LOS by ß degrees)
G2
PVT
PVC
h1
PVI
h20
L
For S lt L
For S gt L
43(No Transcript)
44c. POTONGAN MELINTANG
45LAPIS PERKERASAN
46d. KANALISASI
47Segregated Left-turn Lane
48Kanalisasi untuk memisahkan kendaraan roda 4 dan
2 (Surabaya)
49Kanalisasi Sementara (Bau-Bau, Sulawesi Tenggara)
50(No Transcript)
51TYPICAL URBAN DOUBLE-LANE ROUNDABOUT
52PERUNDANGAN
- UU 34 Tahun 2004 tentang Jalan
- UU 22 Tahun 2009 tentang Angkutan Jalan
- PP 34 Tahun 2006 tentang Jalan
- PP 44 Tahun 2007 tentang Perubahan PP 15 tahun
2006 tentang Jalan Tol - PP No 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan