GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit - PowerPoint PPT Presentation

1 / 44
About This Presentation
Title:

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit

Description:

Managed by IDP Education Australia GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit IAPBE-2006 TUJUAN Peserta mampu: Memahami konsep gender sebagai konstruksi sosial ... – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:218
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 45
Provided by: blogUmyA7
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit


1
GENDER DAN PENDIDIKAN Pengantar90 menit
  • IAPBE-2006

2
TUJUAN
  • Peserta mampu
  • Memahami konsep gender sebagai konstruksi sosial
  • Memahami pengaruh gender terhadap pendidikan
  • Sebagai bahan untuk pelatihan
  • pembelajaran inklusif gender di sekolah

3
INDIKATOR
  • Mampu membedakan antara identitas jenis kelamin
    yang kodrati dengan gender sebagai konstruksi
    sosial
  • Mampu mengidentifikasi pengaruh gender terhadap
    pendidikan
  • Mampu membedakan peran-peran bias gender dan
    setara gender

4
OUTCOME
  • Uraian konsep, cara memahami gender sebagai
    konstruksi sosial.
  • Uraian konsep pengaruh gender terhadap pendidikan
  • Sebagai bahan untuk pelatihan
  • pembelajaran inklusif gender di sekolah

5
OUTPUT
  • Peserta yang mampu memahami konsep gender
    sebagai konstruksi sosial dan memahami pengaruh
    gender terhadap pendidikan sebagai bahan untuk
    pelatihan pembelajaran inklusif gender di sekolah

6
LANGKAH-LANGKAH
PENGANTAR 5
IDENTIFIKASI 10
PENGUATAN I 20
PRESENTASI 15
DISPOK 10
PRESENTASI 10
PENGUATAN II 15
PENGAMATAN 5
7
MATERI
  • Gender dan konstruksi sosial
  • Perbedaan identitas jenis kelamin dan gender
    sebagai konstruksi sosial.
  • Mengapa gender harus berubah?
  • Pengaruh gender terhadap pendidikan
  • Manajemen sekolah
  • Pembelajaran

8
TARGET DAKAR (EFA)
  • Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak,
    khususnya anak perempuan, anak-anak dalam keadaan
    yang sulit dan mereka yang termasuk etnik
    minoritas, mempunyai akses pada dan
    menyelesaikan pendidikan dasar yang bebas dan
    wajib dengan kualitas yang baik.

9
Lanjutan
  • Mencapai perbaikan 50 pada tingkat keniraksaraan
    orang dewasa menjelang tahun 2015, terutama bagi
    kaum perempuan, dan akses yang adil pada
    pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan
    bagi semua orang dewasa.

10
Lanjutan
  • Penghapusan disparitas/ kesenjangan gender pada
    pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005 dan
    mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan
    menjelang tahun 2015 dengan fokus pada kepastian
    sepenuhnya bagi anak perempuan terhadap akses
    dalam memperoleh pendidikan dasar yang bermutu.

11
Tujuan Strategi Kesetaraan Gender
  • Pengarusutamaan gender pada lembaga-lembaga
    pendidikan dan manajemen sekolah.
  • Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar
    sehingga responsif terhadap kebutuhan dan
    kepentingan yang berbeda antara anak laki-laki
    dan perempuan serta mempromosikan kesempatan yang
    sama untuk belajar.

12
Fakta 2
  • Jumlah anak laki-laki yang putus sekolah di
    sekolah negeri lebih banyak dari anak perempuan.
    Sedangkan di MTs angka putus sekolah anak
    perempuan jumlahnya empat kali lipat dibanding
    laki-laki. Anak laki-laki lebih sering mengulang
    dibanding anak perempuan pada SD dan SMP meskipun
    angka keseluruhannya rendah.
  • Buku teks mengandung bias gender yang signifikan.
    Sebagian besar ditulis oleh laki-laki dengan
    gambar dan isi yang terus mencerminkan stereotip
    gender.

13
Fakta 1
  • Indonesia berada pada urutan 91 dari 175 negara
    menurut Indeks Pembangunan Gender UNDP 2001
  • Perempuan memikul tiga beban dalam pekerjaan,
    keluarga dan masyarakat. Sekitar 13 wanita
    berperan sebagai kepala keluarga.
  • Secara regional, Indonesia adalah salah satu
    negara dengan angka kematian ibu/anak tertinggi
    dengan banyak kasus anak perempuan dan perempuan
    dewasa yang mengalami gizi buruk.
  • Indonesia merupakan negara pemasok terbesar
    perdagangan anak perempuan Asia Tenggara
    prostitusi, pekerja rumah tangga, dan pekerjaan
    ekploitatif lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh
    kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah.

14
Stereotip gender
15
Demikian juga..
16
Ternyata.
17
Fakta 3
  • 3.74 laki-laki dan 4.39 perempuan usia 10-44
    tahun di Jawa Timur buta aksara
  • 5.43 anak usia 7-12 tahun tidak memiliki akses
    terhadap SD sedangkan 36.25 anak usia 13-15
    tahun tidak melanjutkan ke SMP (2003).
  • 34.4 siswa SMP dan 88.4 siswa SMA tidak
    melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
  • Angka putus sekolah siswa SD dan SMP yang rendah
    mengindikasikan bahwa akses merupakan masalah
    yang lebih serius dibanding dengan masalah
    partisipasi.

18
Inisiatif Pemerintah Indonesia
  • UUD jelas menetapkan hak yang sama antara
    perempuan dan laki-laki dalam pendidikan, hukum,
    kesehatan, peran serta politik dan pekerjaan.
  • Inpres No.9/2000 mengenai Pengarusutamaan Gender
    dalam Pembangunan Nasional
  • Konvensi PBB mengenai Hak Anak (CRC).
  • Konvensi Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita
    (CEDAW),
  • Diskriminasi dalam Pekerjaan (ILO111)
  • Pemberian Upah yang Sama (ILO100).
  • Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium
    Development Goals)
  • RENSTRA DIKNAS

19
DUKUNGAN IAPBE
  • IAPBE turut mendukung program/kebijakan
  • pemerintah RI dalam menjalankan
  • kebijakan Nasional Pengarusutamaan
  • Gender (PUG) bidang pendidikan untuk
  • pencapaian target millenium goals 2015,
  • dan pelaksanaan Renstra DIKNAS
  • dengan menerapkan pembelajaran
  • inklusif gender.

20
  • DISPOK
  • 10

21
Lembar Kerja
  • Peserta mengidentifikasi perbedaan ciri-ciri
    biologis, sifat/karakter, peran/ pekerjaan antara
    laki-laki dan perempuan

Ciri-ciri Laki-laki Perempuan
Biologis
Sifat/karakter
Peran/pekerjaan
22
PRESENTASI 15
  • Dua orang peserta (laki-laki dan perempuan)
    mewakili kelompok yang terpilih untuk
    mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

23
PENGUATAN 20
  • Gender dan Konstruksi Sosial
  • Perbedaan identitas jenis kelamin dan dan gender
    sebagai konstruksi sosial.
  • Mengapa gender harus berubah?

24
PERBEDAAN JENIS KELAMIN - GENDER
G E N D E R Perbedaan peran, fungsi, dan
tanggungjawab laki-laki dan perempuan hasil
konteks sosial
JENIS KELAMIN (SEX) Perbedaan biologis laki-laki
dan perempuan Berikut fungsi reproduksinya
  • Ciptaan Tuhan
  • Bersifat kodrat
  • Tidak dapat berubah
  • Tidak dapat ditukar
  • Berlaku sepanjang zaman
  • di mana saja
  • Buatan manusia
  • Bersifat sosial
  • Dapat berubah
  • Dapat dilakukan laki-laki
  • perempuan sesuai dgn
  • kebutuhan,
  • kesempatan komitmen.
  • Tergantung waktu
  • Kepatutan budaya
  • setempat

Perempuan Menstruasi, Hamil, Melahirkan
Menyusui. Laki-laki Membuahi (spermatozoa)
25
MENGAPA GENDER BERUBAH?
  • Adanya perubahan struktur masyarakat dari
    masyarakat tradisional-feodalis (penghasilan
    tunggal) menuju masyarakat urban- modern
    (penghasilan ganda).
  • Pembagian kerja secara gender jika tidak disertai
    dengan adaptasi terhadap perubahan akan
    menimbulkan ketimpangan sosial.

26
Alur Perubahan Konstruksi Gender
Konstruksi gender
Ketahanan hidup keluarga
Modernisasi
Urban modern
Tradisional Feodal
Akses pendidikan yang setara
Perubahan pola pembagian kerja
Pendapatan ganda
Pendapatan tunggal
?
27
Masyarakat Traditional-Feudal Traditional-Feudal Urban-modern Urban-modern
Pola Kerja Gender Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Publik
Domestik ?
Produksi
Reproduksi ?
28
HASIL TERJADI KETIDAKADILAN
GENDER (Disebut demikian apabila salah satu
jenis kelamin berada dalam keadaan tertinggal
dibandingkan jenis kelamin lain).
MANIFESTASI DISKRIMINASI Stereotipi Subordinasi
Marjinalisasi Beban ganda/berlebih Kekerasan
29
Stereotipi /stigmatisasi dan pelabelan negatif
  • yaitu himpunan pandangan-pandangan, anggapan,
    atau kepercayaan negatif terhadap salah satu
    jenis kelamin. Pandangan-pandangan stigmatik dan
    negatif yang merendahkan memiliki dampak yang
    merugikan.

30
Subordinasi
  • adalah posisi sosial yang asismetris dengan
    adanya pihak yang superior dan inferior.
    Subordinasi ini merupakan kelanjutan dari
    pandangan yang stereotipi yang merendahkan.
    Subordinasi melandasi pola relasi atau pola
    hubungan sosial yang hirarkhis dimana salah satu
    pihak memandang dirinya lebih dari mereka yang
    direndahkan

31
Marginalisasi atau peminggiran
  • adalah proses penyingkiran kepentingan, hak-hak,
    kebutuhan, serta aspirasi berdasarkan jenis
    kelamin yang berlangsung secara sistematis dalam
    memperoleh manfaat dari kesejahteraan hidup dan
    pembangunan. Sebagaimana stereotipi,
    marginalisasi dapat terjadi secara sengaja atau
    dianggap sebagai sesuatu yang wajar

32
Beban kerja berlipat/berlebihan
  • yaitu memaksakan dan membiarkan salah satu jenis
    kelamin menanggung beban aktifitas berlebihan.

33
Kekerasan berbasis gender
  • yaitu serangan atau kekerasan yg dilaku-
  • kan, baik terhadap laki-laki maupun perem-
  • puan berdasarkan pandangan gendernya.
  • Kekerasan berbasis gender disebabkan
  • pandangan bias yang menempatkan salah
  • satu jenis kelamin superior dan lebih ber-
  • kuasa. Umumnya, kekerasan berbasis gen
  • der lebih banyak terjadi pada perempuan
  • dari pada pada laki-laki. Hal tersebut
  • didasarkan pada persepsi dominan bahwa
  • perempuan adalah mahluk lemah.

34
Ketidakadilan Gender adalah
Ketidakadilan Sosial
  • Gender sebagai salah satu kategori
    sosial(ras,etnis, klas, agama, kemampuan fisik
    dan usia) berpotensi menimbulkan ketidakadilan
    sosial jika tidak ditumbuhkan sikap sensitif
    terhadap bentuk-bentuk diskriminasi sosial
    stereotipi,subordinasi, marginalisasi, beban
    berlebihan dan kekerasan.
  • Sikap diskriminatif dapat menghadangi akses,
    partisipasi, kontrol dan mendapatkan manfaat dari
    semua aktifitas dan hak-hak dasar.

35
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER
Kesetaraan suatu proses yang seimbang antara
laki-laki dan perempuan dalam memperoleh akses/
kesempatan, partisipasi, kontrol dan manfaat
pembanguna/ kegiatan. Keadilan gender Suatu
kondisi yang sama antara laki-laki dan perempuan
dalam mencapai hak-hak dasar dalam lingkup
keluarga, masyarakat, negara dan dunia
internasional. Kesamaan pemenuhan hak-hak dasar
akan meningkatkan kualitas dan martabat
kemanusiaan laki-laki Perempuan secara adil.
36
DISPOK10
  • Peserta mengidentifikasi jumlah laki-laki dan
    perempuan (Guru, murid, kepala sekolah) melalui
    diskusi kelompok dan mencari factor penyebabnya.

37
PRESENTASI10
  • 2 orang peserta (1 peserta laki-laki dan 1
    perempuan) mempresentasikan hasil diskusi
    kelompoknya, peserta yang lain mengkritisi

38
PENGUATAN15
  • Pengaruh gender terhadap pendidikan
  • Manajemen sekolah
  • Pembelajaran

39
MANAJEMEN SEKOLAH
40
PEMBELAJARAN
41
PENGAMATAN 5
  • Setiap peserta secara individual mengamati gambar
    peran-peran gender dan memberikan komentar secara
    tertulis di kertas
  • Hasil pengamatan dikumpulkan

42
ISTILAH
  • SENSITIF GENDER
  • Kepekaan bahwa ketidaksetaraan gender dapat
    menimbulkan ketidakadilan sosial.
  • PERSPEKTIF/WAWASAN GENDER
  • Cara pandang bahwa konstruksi gender dapat
    mempengaruhi kehidupan sosial dan kebijakan
    publik.
  • NETRAL GENDER
  • Perbedaan gender bukan sebagai masalah
    struktural.
  • BIAS GENDER
  • Mengunggulkan salah satu jenis kelamin dalam
    kehidupan sosial dan kebijakan publik.

43
Lanjutan
  • KEBIJAKAN RESPONSIF GENDER
  • Manajemen lembaga atau organisasi, peraturan
    atau perundangan yang mengakomodir kebutuhan
    praktis dan strategis perempuan dan laki-laki
    untuk mencapai hasil yang sama.
  • Kebutuhan Gender Praktis
  • Kebutuhan untuk mendukung pelaksanaan peran
    gender konvensional sehingga tidak menghalangi
    target yang diharapkan. Mengupayakan terjadinya
    fleksibilitas peran laki-laki dan perempuan
    dalam mengharmonisasikan kebutuhan domestik dan
    pekerjaan.
  • Kebutuhan Strategis gender
  • Kebutuhan untuk mengubah relasi dan peran gender
    tradisional guna mencapai target yang manajemen
    diharapkan. Memberlakukan affirmatif action
    kepada perempuan untuk meningkatkan ketrampilan
    dan kapasitas manajerial.

44
PEMBELAJARAN INKLUSIF GENDER
  • Kurikulum inklusif gender
  • Mengintegrasikan prinsip-prinsip kesetaraan
    gender dalam bahan ajar sebagai upaya untuk
    mencapai keadilan sosial.
  • Guru sensitif gender
  • Guru yang memiliki kepekaan bahwa gender
    merupakan konstruksi sosial yang dapat
    menimbulkan ketidaksetaran akses, partisipasi dan
    kemampuan untuk mengambil manfaat dari hasil
    belajar.
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com