Pasar Uang - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

Pasar Uang

Description:

Filsafat Pemikiran Moral Raghib al-Isfahani Oleh : Tri Ismiyati NIM 09705251002 Maju * * * * * * * * * * * * Menu Utama Analisis Nilai Moral Bentuk Pemikiran Moral ... – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:800
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 23
Provided by: and131
Category:
Tags: modal | pasar | uang

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: Pasar Uang


1
Filsafat Pemikiran Moral Raghib al-Isfahani
Oleh Tri Ismiyati NIM 09705251002
Oleh Tri Ismiyati NIM 09705251002
Maju
2
Menu Utama
Latar Belakang Raghib al-Isfahani
Bentuk Pemikiran Moral Raghib al-Isfahani
Analisis Nilai Moral
Analisis Motivasi Perbuatan Moral
Balik
3
  • Latar Belakang Raghib al-Isfahani
  • Raghib al-Isfahani, nama lengkapnya Abu Qasim
    al-Husein Ibn Muhammad Ibn al-Mufaddal, adalah
    pemikir Islam klasik yang nyaris terlupakan.
  • Hidup pada masa pemerintahan Bani Saljuk pada
    Dinasti Abbasyiah dan bermukim di kota Isfahan
    dan Ray.
  • Raghib al-Isfahani wafat pada tahun 502 hijriah
    atau 1108 masehi.
  • Pada masa kehidupannya, syariah telah menempati
    posisi sentral dalam segala aktivitas kehidupan
    manusia (Amril M., 200233-34).

Balik
Maju
4
  • Raghib al-Isfahani adalah seorang filsuf
    muslim dengan karakteristik pemikiran moralnya
    mampu memberi jawaban-jawaban rasional dan agamis
    sehingga tatanan kehidupan yang negatif dalam
    konteks moral dapat dibendung.

Balik
Maju
5
  • Bentuk Pemikiran Moral dari
  • Raghib al-Isfahani
  • Raghib al-Isfahani menempatkan ahkam al-sharia
    sebagai dasar pemikirannya dan menempatkan
    makarim al-sharia di atasnya sebagai
    penyempurna.
  • Ahkam al-sharia adalah ibadah-ibadah fardhu
    yang telah ditentukan dalam batasan-batasan yang
    ditetapkan, bila meninggalkannya termasuk
    kategori dzalim yang disengaja.
  • Makarim al-sharia, walaupun termasuk ibadah,
    merupakan suatu keutamaan yang sifatnya sunat.
  • (Raghib al-Isfahani, 1987
    93-94)

Balik
Maju
6
Hubungan makarim al-sharia dengan ahkam
al-sharia
  • Menurut pemikiran Raghib al-Isfahani adanya
    keharusan ahkam al-sharia sebagai dasar bagi
    makarim al-sharia tidak saja ada keterkaitan
    antara yang fardhu dengan yang sunat tetapi juga
    adanya hubungan kausal dimana agama (dipahami
    sebagai ahkam al-sharia) penjadi penyebab bagi
    lahirnya moralitas (makarim al-sharia).

Balik
Maju
7
Makarim al-Sharia
  • Adalah suatu ungkapan terhadap sesuatu yang tidak
    akan menjauhkan diri dari sifat-sifat Allah SWT
    yang terpuji seperti hikma (kebijaksanaan), jud (
    kebaikan), hilm (murah hati), ilm (pengetahuan),
    dan afw (kepemaafan).
  • Ungkapan yang ditujukan pada orang yang memiliki
    sifat-sifat Allah SWT tersebut, tentu saja
    sifat-sifat Allah jauh lebih mulia daripada
    sifat-sifat-Nya yang ada pada manusia.
  • Untuk mencapainya, orang harus melakukan
    penyucian daya-daya jiwa.
  • (Raghib al-Isfahani,
    198759)

Maju
Balik
8
Penyucian Daya-daya Jiwa
  • Membaiknya mufakkara (daya berpikir)
  • Sehingga dapat membedakan yang haq dan batil,
    membedakan yang benar dengan yang bohong dalam
    ucapan, dan membedakan yang indah dan jelek dalam
    tindakan.
  • Membaiknya daya shahwiya (syahwat) dengan iffa
    (sederhana)
  • Sehingga jiwa akan terpimpin oleh kemurahatian
    dan kedermawanan.
  • Membaiknya daya hamiyya (gelora amarah) dengan
    mengekangnya
  • Sehingga menghasilkan kesantunan yang pada
    gilirannya dapat pula menghasilkan keberanian.
  • Sedemikian rupa sehingga ketiga daya ini akan
    menghasilkan adala (adil) dan ihsan (baik budi)
    .
  • (Raghib
    al-Isfahani, 1987111)

Balik
Maju
9
Analisis Nilai Moral
  • Setidaknya ada dua aliran dalam kajian nilai
    moral, yaitu aliran naturalisme dannon
    naturalisme. Bagi naturalisme, nilai-nilai
    (values) adalah sejumlah fakta. Karena itu tiap
    kepuutusan nilai harus diuji secara empirik.
  • Bagi non naturalisme, nilai bukan fakta . Fakta
    dan nilai adalah dua jenis yang terpisah dan
    tidak secara absolut tidak tereduksi satu dengan
    yang lain. Karena itu nilai tidak dapat duji
    secara empirik.
  • (Paul W. Taylor, 1967355-356)

Maju
Balik
10
Kelompok Naturalisme
  • Dalam kelompok naturalisme dengan utilitarianisme
    yang dipelopori David Hume, Jeremy Bentham dan
    dilanjutkan John Stuart Mill yang menekankan
    tujuan perbuatan perbuatan moral adalah
    memaksimalkan kegunaan atau kebahagian bagi
    banyak mungkin orang. Sehingga teori ini disebut
    juga teleologis atau terarah pada tujuan
    (K.Bertens, 2007246-254).
  • Bagi Kelompok naturalisme, nilai adalah fakta.
    Sehingga sifat baik seperti jujur, adil , santun,
    dermawan dan lain sebagainya atau kebalikannya
    beserta konsekuensi dari setiap perbuatan adalah
    indikator untuk menetapkan suatu perbuatan baik
    atau tidak (Amril M., 2002246).

Maju
Balik
11
Kelompok Non Naturalisme
  • Pada kelompok ini terdapat deontologis dengan
    tokohnya Immanuel Kant dan prima facies duties
    oleh William David Ross yang mengukur
    baik-tidaknya suatu perbuatan bukan berdasarkan
    hasilnya melainkan berdasarkan perbuatan itu
    sendiri. Jadi menurut teori ini orang melakukan
    perbuatan berdasarkan kewajiban apa yang harus
    dilakukan (K. Bertens, 2007254-259).
  • Bagi kelompok non naturalisme, nilai itu bukan
    fakta, tetapi bersifat normatif dalam
    memberitahukan sesuatu itu baik atau buruk, benar
    atau salah sehingga keputusan nilai tidak dapat
    diuji secara empirik. Hanya dapat diketahui
    melalui intuisi moral yang telah dimiliki oleh
    manusia, yaittu kesadaran adanya nilai murni
    sperti benar atau salah dalam berperilaku (Amril
    M., 2002246).

Balik
Maju
Balik
12
Konsep Nilai Moral Raghib al-Isfahani
  • Pemikiran moral Raghib al-Isfahani dapat
    menyentuh baik aliran naturalisme maupun non
    naturalisme kendati tidak sama persis.
  • Konsep khair (baik) menurutnya terdiri dari 3
    khair li dhatihi (baik karena zatnya), khair li
    ghairihi (baik karena yang lainnya), dan khair li
    dhatihi wa li ghairihi (baik krena zatnya dan
    karena yang lainnya). Namum akhirnya hanyaa
    membagi dua secara tegas yaitu khair mutlaq
    (baik mutlak) dan khair muqayyad (baik
    kondisional).

Maju
Balik
Balik
13
Khair Mutlaq (Baik Mutlak)
  • Adalah perbuatan baik yang dipilih karena
    perbuatan itu sendiri dan setiap orang berakal
    sangat menginginkannya.
  • Baik mutlak memiliki sifat manfaat, indah, dan
    lezat yang tidak terikat oleh ruang dan waktu.
  • Apa saja yang berada pada posisi manfaat dan
    mendorong untuk meraih khair ukhrawy (baik
    akhirat) dan saada haqiqiya (kebahagian hakiki)
    disebut dengan khair dan saada (kebahagian).
  • Sebaliknya sharr (tidak baik) memiliki
    sifat-sifat aniaya, tercela, dan merugikan diri
    sendiri.

Maju
Balik
14
Khair Muqayyad (baik kondisional)
  • Adalah perbuatan yang didalamnya selain
    mengandung tiga sifat baik mutlak juga terdapat
    satu atau lebih sifat sharr (tidak baik).
  • Obyek dinilai baik kondisional apabila
    sifat-sifat baik nya memberikan nilai lebih
    dibanding sifat-sifat tidak baikartinya sesuatu
    dianggap baik bukan karena perbuatan itu sendiri
    tetapi ditentukan oleh sesuatu di luar perbuatan
    itu sendiri.
  • Khair muqayyad bersifat faktual karena
    kehadirannya dapat diamati dan diuji.

Maju
Balik
15
Analisis Motivasi Melakukan Perbuatan Moral
Peranan Akal
Teori filsafat moralnya tentang taharat al-nafs
(penyucian jiwa) sebagai tahap awal dalam proses
mencapai fadila (kebajikan) sebagai bentuk
perilaku moral yang diinginkan pada dasarnya
bertumpu pada pendominasian akal sebagai bentuk
nyata dari mufakkara (berpikir) untuk
mengendalikan dua daya jiwa lainnya. Ini menjadi
bukti peran utama akal guna mewujudkan perbuatan
moral.
Maju
Balik
16
Tahap Tampilnya Perilaku
  • Sanih (lintasan pikiran)
  • Khatir (ide)
  • Irada (kehendak/keinginan)
  • Hazm (cita-cita)
  • Amal (perbuatan)
  • Benih perbuatan moral telah tampil pada tahap
    khatir (ide). Menurutnya, pada tahap kedua ini
    seseorang harus menguji idenya apakah khair
    (baik) atau sharr (jahat). Bila baik, dipelihara
    dan tampilkan dalam perbuatan dan bila jahat
    harus dihilangkan sebelum menjadi keinginan
    (Raghib al-Isfahani, 1987109-110).

Balik
Maju
17
Tahap Khatir (Ide)
Perilaku moral atau amoral, kendati masih dalam
bentuk embrio, dapat dikontrol pada tahap ini.
Karena itu pengawasan dini diperlukan sejak dalam
tahap ide. Penting untuk menyingkirkan sharr
(kejahatan) pada tahap ini sebelum sampai pada
tahap selanjutnya, yaitu tahap irada (keinginan).
Balik
Maju
18
Tahap Irada (Keinginan)
Irada (keinginan) adalah keinginan yang kuat
dalam diri seseorang yang dapat menjadi
cita-cita. Irada (keinginan dipengaruhi oleh
akal, syahwiya (syahwat), dan ghadab
(emosi). Penyucian jiwa sebagai upaya mencapai
makarim al-sharia berada pada tahap keinginan
ini, dimana suatu perilaku yang akan tampil
sangat rentan terhadap pengaruh akal, syahwat,
dan emosi.
Balik
Maju
19
Tahap Hazm (cita-cita) Keinginan yang kuat
dapat menjadi cita-cita.
Tahap Amal (perbuatan) Perilaku baik terjadi
bila pada tahap keinginan menggunakan daya
berpikir. Perilaku emosi bila pada tahap
keinginan berada pada dimensi marah. Dan perilaku
amoral terjadi bila pada tahap keinginan berada
pada dimensi syahwat.
Balik
Maju
20
Kelezatan dalam Daya Jiwa
  • Kelezatan aqliya (rasional)
  • Berupa kelezatan ilmu dan hikmah, kelezatan yang
    paling mulia.
  • Kelezatan badaniya (tubuh)
  • Misalnya makan, minum, dan seksual merupakan
    kelezatan paling rendah tapi paling banyak
    disukai manusia dan hewan.
  • Kelezatan aqliya dan badaniya
  • Umpamanya kelezatan menguasai dan mengalahkan.

Balik
Maju
21
Kesimpulan
  • Dalam pemikiran moral Raghib al-Isfahani, makarim
    al-sharia dan saada (kebahagian) merupakan
    penggerak perilaku moral karena melalui ini
    seseorang dapat mencapai kehidupan yang baik di
    dunia dan akhirat.
  • Seseorang dalam mencapai makarim al-sharia dan
    saada tetap dalam kerangka kebaikan dan
    kebajikan bagi masyarakat,
  • karena masyarakat merupakan bagian dari kehidupan
    individu.

Balik
Maju
22
Terimakasih
Terima Kasih
Out
Balik
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com