Title: MATA KULIAH FONOLOGI
1MATA KULIAH FONOLOGI
2Pengertian Fonologi
- Dari beberapa sumber, pengertian fonologi dapat
dikemukakan sebagai berikut - 1) Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang
memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf, 1984 30).
3pengertian
- 2) Fonologi ialah bidang dalam linguistik yang
menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya
(Kridalaksana, 1995 57). - 3) Fonologi ialah bidang linguistik yang
mempelajari, menganalisis, dan membicarakan
runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara
etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan
logi yaitu ilmu (Chaer, 1994 102).
4simpulan
- Berdasarkan beberapa sumber tersebut dapatlah
disimpulkan bahwa fonologi ialah bidang linguisik
atau lmu bahasa yang menyelidiki, mempelajari,
menganalisis, dan membicarakan runtutan
bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia berserta fungsinya.
5Cabang Fonologi
Fonologi
Fonemik
Fonetik
6Pengertian
- 1) Fonetik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan
apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi
sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer, 1994
102).
7Pengertian
- 2) Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan
menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam
tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan
bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia
(Keraf, 1984 30).
8Pengertian
- Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki penghasilan,
penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa ilmu
interdisipliner linguistik dengan fisika,
anatomi, dan psikologi (Kridalaksana, 1995 56).
9simpulan
- Dengan demikian, jelaslah bahwa fonetik itu ialah
cabang studi fonologi yang menyelidiki,
mempelajari, dan menganalisis penghasilan,
penyampaian, dan penerimaan bunyi-bunyi
ujaran/bahasa yang dipakai dalam tutur tanpa
memperhatikan fungsinya sebagai pembeda
makna/arti, yang melibatkan analisis ilmu fisika,
anatomi, dan psikologi.
10Fonemik
- 1) Fonemik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan
fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
Untuk jelasnya kalau kita perhatikan baik-baik
ternyata bunyi i yang terdapat pada kata-kata
intan, angin, dan batik adalah tidak sama.
11- Begitu juga bunyi p pada kata inggris pace,
space, dan map, juga tidak sama.
Ketidaksamaan bunyi i dan bunyi p pada
deretan kata-kata di atas itulah salah satu
contoh obyek atau sasaran studi fonetik.
12- Dalam kajiannya, fonetik akan berusaha
mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta
menjelaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya, perbedaan
bunyi p dan b yang terdapat, misalnya, pada
kata paru dan baru adalah menjadi contoh
sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi p
dan b itu menyebabkan berbedanya makna kata
paru dan baru itu (Chaer, 1994 102).
13Pengertian
- 2) fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi
ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti
(Keraf, 1984 30). - 3) Fonemik adalah penyelidikan mengenai sistem
fonem suatu bahasa (Kridalaksana, 1995 56).
14simpulan
- Jadi, jelaslah bahwa fonemik itu adalah cabang
studi fonologi yang menyelidiki dan mempelajari
bunyi ujaran/bahasa atau sistem fonem suatu
bahasa dalam fungsinya sebagai pemdeda arti. - Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam
bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap
serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan,
maka dalam fonemik kita mempelajari dan
menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi
ujaran/bahasa yang manakah dapat mempunyai fungsi
untuk membedakan arti.
15Jenis-jenis Fonetik
- Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa,
Chaer (1994 103) membedakan adanya tiga jenis
fonetik, yaitu
Fonetik
Fonetik Auditoris
Fonetik Artikulatoris
Fonetik Akustik
16penjelasan
- fonetik artikulatoris, disebut juga fonetik
organis atau fonetik fisiologis, mempelajari
bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia
bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta
bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
17penjelasan
- Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai
peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi-bunyi
itu diselidiki frekuensi getarannya,
amplitudonya, intensitasnya, dan timbrennya - Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme
penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
18- Kridalaksana (1995 57) mengemukakan adanya
fonetik-fonetik sebagai berikut.
Fonetik
Fonetik instrumental
Fonetik terapan
Fonetik parametris
19penjelasan
- Fonetik instrumental adalah bagian dari fonetik
yang merekam, menganalisis, dan mengukuur
unsur-unsur bunyi dengan mesin atau alat-alat
elektronis seperti spektograf, osiloskop, dan
lai-lain.
20- Fonetik parametris adalah pendekatan dalam
fonetik yang memandang wicara sebagai sistem
fisiologis tunggal dengan variabel-variabel
artikulasi dalam saluran suara yang terus-menerus
bergerak dan saling bekerja sama dalam dimensi
waktu untuk menghasilkan kontinuum bunyi yang
disegmentasikan oleh pendengar menurut kaidah
bahasa yang berlaku. Pandangan dinamsis ini
berbeda dari pandangan statsis yang menganggap
wicara sebagai urutan segmen-segmen yang terurai
sebagai kumpulan ciri-ciri yang dapat
dipisah-pisahkan (tempat artikulasi, artikulator,
dan sebagainya).
21- Fonetik terapan yaitu bidang linguistik terapan
yang mencakup metode dan teknik pengucapan bunyi
dengan tepat misalnya, untuk melatih orang yang
gagap, untuk melatih pemain drama, dan sebagainya.
22- Ramelan (1985 82) mengemukakan adanya fonetik
sebagai berikut
fonetik
fonetik khusus
fonetik umum
23Penjelasan
- fonetik umum, yaitu fonetik yang membahas bunyi
bahasa yang dapat dihasilkan manusia secara umum. - Fonetik khusus, yaitu fonetik yang memfokuskan
perhatiannya pada bunyi bahasa tertentu, misalnya
fonetik yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa
Indonesia disebut fonetik bahasa Indonesia.
24Alat Ucap
Alat Ucap
Udara, yang dialirkan keluar dari paru-paru.
- Titik artikulasi bagian dari alat ucap yang
menjadi tujuan sentuh dari artikulator
Artikulator, bagian dari alat ucap yang dapat
digerakkan atau atau digeserkan untuk
menimbulkan suatu bunyi.
25Pita Suara
- Di ujung atas dari larynx terdapatlah dua buah
pita yang elastis yang disebut pita suara. Letak
pita suara itu horizontal. Antara kedua pita
suara itu terdapat suatu celah yang disebut
glottis.
26Vokal
- Vokal adalah bunyi ujaran yang terjadi karena
udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat
halangan (Keraf, 1984 34).
Vokal
Maju Mundurnya Lidah
Posisi Bibir
Tinggi Rendahnya Lidah
27Diftong
Diftong lebar
Diftong turun
Diftong naik
Diftong sempit
28Konsonan
- Konsonan adalah bunyi ujaran yang terjadi karena
udara yang keluar dari paru-paru mendapat
halangan. (Keraf, 1984 35). Konsonan adalah
bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat
aliran udara pada satu tempat di saluran suara di
atas glottis bunyi bahasa yang dapat berada pada
tepi suku kata dan tidak sebagai inti suku kata
fonem yang mewakili bunyi tersebut (Kridalaksana,
1993 118).
29Berdasarkan artikulator dan titik artikulasinya
- Konsonan-konsonan dapat dibagi atas
- 1) Konsosnan bilabial, yaitu bunyi yang
dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah
bibir p, b, m, w. Karena kedua belah bibir
sama-sama bergerak, serta keduanya juga menjadi
titik sentuh dari bibir yang lainnya, maka
sekaligus mereka bertindak sebagai artikulator
dan titik artikulasi. - 2) Konsonan labiodental, yaitu bunyi yang
dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas sebagai
titik artikulasi dan bibir bawah sebagai
artikulatornya f, v.
30- Konsonan apikointerdental, yaitu bunyi yang
terjadi dengan ujung lidah (apex) yang bertindak
sebagai artikulator dan daerah antargigi (dens)
sebagai titik artikulasinya. Dalam bahasa
Indonesia hanya terdapat konsonan t dan n. Dalam
bahasa Jawa terdapat konsonan t, d, dan n. - 4) Konsonan apikoalveolar, yaitu bunyi yang
dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator
dan lengkung kaki gigi (alveolum) sebagai titik
artikulasinya. Dalam bahasa Indonesia hanya
terdapat d dan n, sedangkan dalam bahasa Jawa
terdapat t, d, dan n.
31- Konsonan palatal, yaitu bunyi yang dihasilkan
oleh bagian tengah lidah sebagai artikulatror dan
langit-langit keras (palatum) sebagai titik
artikulasinya c, j, ny. - 6) Konsonan velar, yaitu bunyi yang dihasilkan
oleh belakang lidah sebagai artikulator dan
langit-langit lembut (velum) sebagai titik
artikulasinya, misalnya k, g, ng, kh.
32- 7) Hamzah (glotalstop), yaitu bunyi yang
dihasilkan dengan posisi pita suara tertutup sama
sekali, sehinga sama sekali menghalangi udara
yang keluar dari paru-paru. Celah antara kedua
pita suara (sama dengan glottis) tertutup rapat. - 8) Laringal, yaitu bunyi yang terjadi karena pita
suara terbuka lebar. Bunyi ini dimasukkan dalam
konsonan karena udara yang keluar mengalami
gesekan
33Berdasarkan halangan yang dijumpai udara waktu
keluar dari paru-paru
Getar atau tril
Konsonan hambat (stop)
Frikatif
Likuida atau disebut juga lateral
Spiran
34Penjelasan
- 1) Konsonan hambat (stop), yaitu konsonan yang
terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru
sama sekali dihalangi, misalnya p, b, k, t, d,
dan lai-lain. Dalam pelaksanaannya, konsonan
hambat dapat disudahi dengan suatu letusan dalam
hal ini konsonan hambat itu tersebut konsonan
peletus atau konsonan eksplosif, misalnya
konsonan p dalam kata pukul, lapar. Atau konsonan
hambat itu dapat dilaksanakan dengan tidak ada
letusan maka hambat itu bersifat implosif,
misalnya t dalam kata berat, parit, dan lai-lain.
Dengan cara sederhana dapat dikatakan bahwa
hambat eksplosif terdapat bila suatu konsonan
hambat diikuti vokal, sedangkan konsonan hambat
implosif terjadi bila konsonan hambat itu tidak
diikuti vokal.
35- 2) Frikatif, yaitu bila udara yang keluar dari
paru-paru digesekkan, terjadilah bunyi yang
disebut bunyi geser atau frikatif, misalnya f, v,
kh. - 3) Spiran, yaitu bila udara yang keluar dari
paru-paru mendapat halangan berupa pengadukan,
sedangkan sementara itu terdengar bunyi desis,
maka konsonan itu disebut spiran s, z, sy.
36- 4) Likuida atau disebut juga lateral, yaitu bunyi
yang dihasilkan dengan mengangkat lidah ke
langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan
keluar melalui kedua sisi (sisi latin latus)
lidah l.
37- 5) Getar atau tril, yaitu bunyi yang dihasilkan
dengan mendekatkan lidah ke alveolum atau pangkal
gigi, kemudian lidah itu menjauhi lagi alveolum,
dan seterusnya terjadi lagi seperti tadi
berulang-ulang dengan cepat, sehingga udara yang
keluar digetarkan. Bunyi ini, yang dihasilkan
dengan ujung lidah sebagai artikulator disebut
getar apical (apical tril).
38- Di samping itu dalam ilmu bahasa dikenal pula
semacam bunyi getar lain yang mempergunakan anak
tekak sebagai artikulatornya, dan yang bertindak
sebagai titik artikulasinya adalah belakang
lidah. Konsonan getar macam ini disebut getar
uvular (uvular tril). Getar apical dilambangkan
dengan /r/, sedangkan getar uvular secara fonetis
dilambangkan dengan /R/.
39Berdasarkan turut tidaknya pita suara bergetar,
konsonan dapat dibagi atas
- 1) Konsonan bersuara, yaitu bila pita suara turut
bergetar b, d n. g, w, dan sebagainya. - 2) konsonan tak bersuara, yaitu bila pita suara
tidak bergetar p, t, c, k, dan sebagainya
40Berdasarkan jalan yang diikuti arus udara ketika
keluar dari rongga ujaran, konsonan dapat
dibeda-bedakan atas
- 1) Konsonan oral, yaitu bila udaranya keluar
melalui rongga mulut (mulut Latin os, -oris),
misalnya p, b, k, d, w, dan sebagainya. - 2) konsonan nasal, yaitu bila udaranya keluar
melalui rongga hidung (hidung Latin nasus),
misalnya m. n, ny, ng.
41Intonasi
Tekanan (Stress)
Durasi
Nada
Perhentian
42tekanan
tekanan
Tekanan Kalimat
Tekanan Distingtif dan Nondistingtif
Tekanan dalam Bahasa Indonesia
43Penjelasan
- Intonasi adalah kerja sama antara nada, tekanan,
durasi, dan perhentian-perhentian yang menyertai
suatu tutur, dari awal hingga ke perhentian
terakhir (Keraf,1984 38). Intonasi adalah pola
perubahan nada yang dihasilkan pembicara pada
waktu mengucapkan ujaran atau bagian-bagiannya
(Kridalaksana, 1993 85).
44tekanan
- 1) Pengertian Tekanan
- Yang dimaksud dengan tekanan (stress) adalah
suatu jenis unsur supra segmental yang ditandai
oleh keras lembutnya arus ujaran. Arus ujaran
yang lebih keras atau lebih lembut ditentukan
oleh amlpitudo getaran, yang dihasilkan oleh
tenaga yang lebih kuat atau lebih lemah. Bila
kita mengucapkan sepatah kata secara nyaring,
misalnya kata /perumahan/, maka akan terdengar
bahwa dalam arus ujaran itu ada bagian yang lebih
keras diucapkan dari bagian yang lain
45- Jadi, dalam hal ini dapat dibeda-bedakan beberapa
macam tekanan yang bertalian dengan tingkatan
keras-lembutnya, yaitu - Tekanan paling keras
- Tekanan keras
- Tekanan lembut
- Tekanan paling lembut
46Penjelasan
- 1) Pengertian Tekanan
- Yang dimaksud dengan tekanan (stress) adalah
suatu jenis unsur supra segmental yang ditandai
oleh keras lembutnya arus ujaran. Arus ujaran
yang lebih keras atau lebih lembut ditentukan
oleh amlpitudo getaran, yang dihasilkan oleh
tenaga yang lebih kuat atau lebih lemah.
47- Bila kita mengucapkan sepatah kata secara
nyaring, misalnya kata /perumahan/, maka akan
terdengar bahwa dalam arus ujaran itu ada bagian
yang lebih keras diucapkan dari bagian yang lain.
Jadi, dalam hal ini dapat dibeda-bedakan beberapa
macam tekanan yang bertalian dengan tingkatan
keras-lembutnya, yaitu
48- Tekanan paling keras
- Tekanan keras
- Tekanan lembut
- Tekanan paling lembut
49- 2) Tekanan Distingtif dan Nondistingtif
- Dalam beberapa bahasa Barat, misalnya Inggris dan
Belanda, tekanan dapat berfungsi untuk membedakan
arti (distingtif). Berarti bila tekanan keras
pada suatu bagian (segmen) dari kata dipindahkan
ke bagian yang lain maka makna kata berubah,
misalnya - Inggris refuse sampah
- refuse menolak
50- 3) Tekanan dalam Bahasa Indonesia
- Walapun tekanan dalam bahasa Indonesia tidak
bersifat distingtif, itu tidak berarti bahwa
kata-kata dalam bahasa Indonesia tidak mengandung
tekanan. Seperti dalam ilustrasi dengan kata
/prumahan/, jelas ada tekanan dalam bahasa
Indonesia.
51- Tetapi yang menimbulkan persoalan adalah di mana
letak tekanan keras pada kata-kata bahasa
Indonesia? Bangsa Indonesia yang memiliki
bermacam-macam bahasa daerah dan dialek, memiliki
pola intonasi yang berbeda ragamnya. Keanekaan
intonasi itu dibawa serta ke dalam bahasa
Indonesia, hingga mempengaruhi pula intonasi
bahasa Indonesia. Dalam pergaulan kita
sehari-hari, kita menjumpai bermacam-macam orang
yang mempergunakan bahasa Indonesia, tetapi
betapa beda intonasi yang digunakan oleh seorang
Jawa dari seorang Batak, seorang Minang dari
seorang Sunda, Ambon atau Flores
52- Tetapi katakanlah manakah dari semua intonasi itu
yang benar? Ukuran-ukuran manakah yang dipakai
untuk menetapkan intonasi yang benar? Hingga kini
belum ada ketentuan resmi mengenai hal itu.
53- 4) Tekanan Kalimat
- Walaupun tekanan yang distingtif dalam bidang
kata tidak ada dalam bahasa Indonesia dalam
bidang kalimat tekanan yang distingtif itu ada.
Tekanan semacam itu biasanya disebut empasis.
54- Tekanan itu dibuat antara lain kalau ada kata
atau bagian tertentu dari kalimat dipentingkan
atau dipertentangkan dengan bagian lain.
Misalnya - Anak itu memukul adikku.
- Anak itu memukul adikku.
- Anak itu memukul adikku.
- Anak itu memukul adikku
- Anak itu memukul adikku.
55Nada
Nada yang Distingtif dan Nondistingtif
Nada dalam Kalimat
56Penjelasan
- 1) Pengertian Nada
- Yang dimaksud dengan nada (pitch) adalah suatu
jenis unsur suprasegmental yang ditandai oleh
tinggi rendahnya arus ujaran (Keraf, 1984 42).
57- Tinggi rendahnya arus ujaran terjadi karena
frekuensi getaran yang berbeda antara segmen.
Bila seorang berada dalam kesedihan ia akan
berbicara dengan nada yang rendah.
58- Sebaliknya berada dalam keadan gembira atau
marah, nada tinggilah yang dipergunakan orang.
Suatu perintah atau pertanyaan selalu disertai
nada yang khas. Nada dalam ilmu bahasa biasanya
dilambangkan dengan angka misalnya /232/ yang
berarti segmen pertama lebih rendah bila
dibandingkan dengan segmen kedua, sedangkan
segmen ketiga lebih rendah dari segmen kedua.
59- Kata /bangsat/ akan diucapkan dengan nada yang
berbeda kalau situasi yang dimasuki itu berbeda - 4 3 3 . . 2
- /bang sat/ dan /bang sat/
- Nada dalam tutur yang pertama melukiskan
kemarahan atau kekecewaan. Tutur yang kedua
terjadi waktu seorang berkelakar dengan kawannya.
60- Nada yang Distingtif dan Nondistingtif
- Dalam bahasa German, demikian juga dalam bahasa
nusantara, nada dalam bidang kata tidak diakui
sebagai fonem, yaitu bahwa tidak ada nada yang
bersifat distingtif. Sebaliknya, ahli-ahli bahasa
mengakui bahwa nada (pitch) dalam bahasa Yunani
dan Cina mempunyai fungsi distingtif, yaitu
peranan untuk membedalkan arti.
61- Dalam bahasa Cina terdapat empat kesatuan nada
yang dilambangkan dengan tanda-tanda tertentu,
yaitu - Nada menurun
- Nada rata
- Nada menurun lalu naik
- Nada mendaki
62Durasi dalam Kalimat
- Sebagai sudah dikatakan di atas durasi dalam
bidang kata tidak terdapat dalam bahasa
Indonesia. Namun dalam bidag kalimat terdapat
durasi yang distingtif. Sebuah segmen dalam
sebuah kalimat dapat diucapkan dalam waktu yang
relatif lama dari segmen-segmen lain dalam
kalimat, untuk menekan segmen itu.
63- Misalnya
- /pakaian yang dipakainya itu maha..l sekali/
64- Atau apabila seorang lagi berpidato atau berbicra
akan mengucapkan bagian tertentu dari pidatonya,
entah berwujud klausa, kalimat, atau rangkaian
kalimat-kalimat dalam waktu yang lebih lambat
dari bagian-bagian lainnya. Dan dalam banyak hal
cara ini sering digunakan bagian yang tidak
penting diucapkan cepet-cepet. Sementara bagian
yang penting diucapkan lambat-lambat
65 Perhentian
- Perhentian macam yang pertama disebut perhentian
antara koma atau perhentian nonfinal atau jeda.
Perhentian ini biasanya dilambangkan dengan tanda
koma (,). Sedangkan perhentian macam yang kedua
disebut perhentian akhir/pinal. Perhentian ini
biasanya dilambangkan dengan titik (.) atau titik
koma ()
66- Bila suaranya merendah, dan akan dilambangkan
dengan tanda tanya (?). Kalau suaranya menaik,
dan akan dilambangkan dengan tanda seru (!).Kalau
suaranya lebih keras kedengaran dengan suara yang
menurun.
67- Perhatikan macam-macam kalimat dengan macam-macam
perhentian di bawah ini - /Saya pergi ke Bogor/ hanya ada perhentian akhir.
- /7menurut laporan FBI tahun 1981, sepertiga
peristiwa pembunuhan di florida ada hubungannya
dengan narkotika /ada satu perhentian antara dan
satu perhentian final.
68- /bahwa kecanduan narkotika merusak manusia, baik
pisik maupun mental, sudah sering dikemukakan,
dan bukti-buktinya pun banyak /ada lebih dari
satu perhentian antara dan satu perhentian akhir.
69Pengertian Fonem
- Objek penelitian fonetik adalah fon, yaitu bunyi
bahasa pada umumnya tanpa memperhatikan apakah
bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda
makna kata atau tidak. Sebaliknya, objek
penelitian fonemik adalah fonem, yakni bunyi
bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna
kata.
70- Kalau dalam fonetik, misalnya kita meneliti
bunyi-bunyi /a/ yang berbeda pada kata-kata
seperti lancar, laba, dan lain atau meneliti
perbedaan bunyi /i/ seperti yang terdapat pada
kata ini, intan, dan pahit maka dalam fonemik
kita meneliti apakah perbedan bunyi itu mempunyai
fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
71- Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi
tersebut kita sebut fonem, dan jika tidak
membedakan makna adalah bukan fonem.
72- Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan
arti, sedangkan huruf adalah lambang bunyi atau
lambang fonem (Finoza, 2005 61). Fonem tidak
sama dengan huruf. Fonem adalah bunyi dari huruf,
dan huruf adalah lambang dari bunyi. Jumlah huruf
ada 26, jumlah fonem lebih dari 26.
73- Ada fonem yang dilambangkan oleh dua huruf
seperti /kh/, /ng/, dan /sy/. Ada beberapa huruf
yang dilambangkan oleh satu fonem seperti /e/
pada kata /sate/, /pedas/, dan /enak/.
74- Klasifikasi Fonem
- Fonem dapat diklasifikasi atau digolongkan atas
- Fonem Segmental
- Fonem segmental ialah fonem yang dapat
dianalisis, karena merupakan bagian dari unsur
segmental bahasa. Jenis fonem ini disebut juga
fonem primer, misalnya /a/, /b/, /c/, /d/, dan
sebagainya. Fonem segmental ini dibagi atas
vokal, diftong, dan konsonan.
75- Fonem Suprasegmental
- Fonem suprasegmental yaitu fonem yang
kehadirannya menyertai fonem segmental. Jenis
fonem ini disebut juga fonem sekunder, misalnya
tekanan, nada, intonasi, dan sebagainya.
76- 1)Tekanan adalah kuat lemahnya suara ketika suatu
bunyi bahasa diucapkan (difonasikan). - 2) Nada adalah tinggi rendahnya atau naik
turunnya suatu arus ujaran atau bunyi bahasa.
Dalam bahasa Cina dan Muangthai nada ini sangat
menentukan makna leksis.
77- 3) Durasi adalah panjang pendeknya waktu yang
diperlukan untuk mengucapkan sebuah bunyi,
misalnya /lembab/ diucapkan dengan /lem/ lebih
panjang daripada /bab/. - 4) Jeda adalah perhentian di antara arus ujaran,
baik di antara fonem dan fonem maupun di antara
kata dan kata.
78Alofon
- Alofon adalah varian fonem berdasarkan posisi.
Misalnya, fonem /i/ pada kata ingkar, cita, dan
tari, masing-masing /i/ tersebut merpakan alofon
dari /i/ fonem /o/ mempunyai alofon seperti pada
kata tokoh dan toko, dan sebagainya.
79Perubahan Fonem
- Dalam pelaksanaan bunyi-bunyi ujaran, terjadlah
pengaruh timbal balik antara bunyi-bunyi ujaran
yang berdekatan. Karena adanya pengaruih timbal
balik itu terjadilah perubahan-perubahan bunyi
ujaran ada perubahan yang jelas kedengaran, ada
yang kurang jelas kedengaran.
80- Perubahan yang tidak jelas misalnya fonem /a/
yang berada dalam suku kata terbuka kedengarannya
lebih nyaring, bila dibandingkan dengan fonem /a/
yang terdapat dalam suku kata tertutup
bandingkan antara pada, kata, rata, dengan
bedak, tidak, sempat, dan lain-lain.
81- Perubahan-perubahan yang jelas kedengaran dan
yang terpenting, yang biasa terdapat dalam bahasa
adalah - Asimilasi
- Asimilasi dalam pengertian biasa berarti
penyamaan. Dalam ilmu bahasa asimilasi berarti
proses dua bunyi yang tidak sama disamakan atau
dijadikan hampir bersamaan. Asimilasi dapat
dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu
berdasarkan tempat dari fonem yang
diasimilasikan, dan berdasarkan sifat asimilasi
itu sendiri.
82Berdasarkan tempat dari fonem yang
diasimilasikan, asimilasi dapat dibadi atas
- Asimilasi progresif bila bunyi yang
diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang
mengasimilasikan. Contoh dalam bahasa Indonesia
sejauh ini belum dapat ditemukan. Tetapi untuk
memperjelas proses ini dapat diambil suatu contoh
asing - Latin Kuno colnis gt Latin collies.
- Dalam contoh di atas fonem /n/ diasimilasikan
dengan fonem /i/ yang mendahuluinya.
83- Asimilasi regresif bila bunyi yang diasimilaskan
mendahului bunyi yang mengasimilasikan, misalnya
- al salam (Arab) - assalam gt asalam
- in perfect - imperfect gt imperfek
- ad similatio - assimilasi gt asimilasi
- in moral - immoral gt imoral
84berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, asmilasi
dapat dibedakan atas
- 1) Asimilasi total bila dua fonem yang disamakan
itu dijadikan serupa betul - ad similatio - assimilasigt asimilasi
- in moral - immoral gt imoral
- al salam - assalam gt asalam
85- 2) Asimilasi parsial bila kedua fonem yang
disamakan itu, hanya disamakan sebagian saja,
misalnya - in perfect- imperfectgt imperfek
- in post - import gt impor, dan lain-lain.
86- Disimilasi
- Kebalikan dari asimilasi adalah disimilasi, yaitu
proses dimana dua bunyi yang sama dijadikan tidak
sama. Contoh - saj- jana Skt - sarjana
- kolonel - kornel
- prakrti Skt. - pekerti
- lauk-lauk - lauk-pauk
- sayur-sayur - sayur-mayur
- citta Skt. - cipta
87Suara Bakti
- Dalam mengucapkan kata-kata seperti gurauan,
kepulauan, pakaian, putra, putri, bahtra, dan
lain-lain, kedengaran bahwa dalam hubungan
fonem-fonem itu timbul lagi bunyi w atau y,
an/tara u-a, dan antara i-a. sedangkan pada
kata-kata putra, putri, dan bahtra diselipkan
bunyi e (pepet) antara t-r bunyi ini sama sekali
tidak mempunyai fungsi untuk membedakan arti
gunanya hanya sebagai pelancar ucapan saja.
88- Bunyi-bunyi semacam itu disebut suara bakti.
- Jadi, suara bakti adalah bunyi yang timbul antara
dua fonem, dan mempunyai fungsi untuk melancarkan
ucapan suatu kata.
89DAFTAR PUSTAKA
- Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu
Bahasa. Surabaya Airlangga University Press. - Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta PT
Rineka Cipta. - Depdikbud. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta Balai Pustaka. - Finoza, Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa
Indonesia. Jakarta Diksi Insan Mulia. - Keraf, Gorys. 1994. Tata Bahasa Indonesia. Ende
Flores Nusa Indah - Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik,
Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. - Ramelan. 1985. English Phonetics. Semarang IKIP
Semarang press.
90