Sistem Perencanaan dan Anggaran pada Era Otonomi Daerah - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

Sistem Perencanaan dan Anggaran pada Era Otonomi Daerah

Description:

Sistem Perencanaan dan Anggaran pada Era Otonomi Daerah – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:249
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 35
Provided by: DR232043
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: Sistem Perencanaan dan Anggaran pada Era Otonomi Daerah


1
Sistem Perencanaan dan Anggaran pada Era Otonomi
Daerah
2
Kondisi di daerah
  • Pemahaman terhadap elemen organisasi berbasis
    fungsi diterjemahkan berbeda-beda dalam
    menempatkan program-program pokok pembangunan.
  • Melihat pusat sebagai sumber anggaran saja dan
    belum sepenuhnya diikuti dengan kewajiban
    fungsional
  • Kewajiban administrasi perencanaan, pelaksanaan
    dan pelaporan belum dilaksanakan secara memadai

3
Kondisi di pusat
  • Tidak mudah membangun visi dan misi bersama
    karena mode of orientation para pengambil
    keputusan masih bertumpu pada nostalgia strategi
    masa lalu
  • Perubahan strategi perencanaan menjadi sistem
    unified budget belum diikuti dengan perubahan
    pola pikir piramida yang bertumpu pada hubungan
    fungsional atas dasar pembagian kewenangan yang
    jelas antara pusat dengan daerah serta antar
    stakeholders
  • Pembagian kewenangan yang mulai dibangun belum
    didasarkan kategorisasi jenis pelayanan atau
    lebih didasarkan atas pembagian kekuasaan.
  • Pencapaian kinerja program belum didasarkan
    sistem akumulasi data

4
Analisis Situasi
  • Perubahan struktural
  • Nomenklatur dinas dan elemen organisasi beragam
  • Penggabungan dengan dinas-dinas lain
  • Perubahan fungsional
  • Tugas pokok dan fungsi / kewenangan beragam
  • Hubungan pusat dan daerah tidak berdasarkan
    hubungan struktural

5
Analisis Situasi
  • Dampak positif
  • Aspirasi daerah lebih diakomodasi
  • Keberagaman fungsi lebih merespon keberagaman
    kebutuhan
  • Dampak negatif
  • Ketidakserasian hubungan antara pusat dengan
    dinas
  • Mekanisme nasional sulit dibangun secara
    hierarkhi

6
Strategi kontingensi
  • Mode of orientation pengambil keputusan merupakan
    refleksi dari pemahaman terhadap asas
    desentralisasi, dekonsentrasi dan pembantuan
  • Hubungan antara pusat dengan daerah dibangun
    berdasarkan hubungan fungsional, sehingga dapat
    mendorong terbangun visi dan misi bersama (misal
    RPJP, RPJM dan Renstra disusun secara terbuka,
    demokratis dan partisipatoris)
  • Merealisasikan kesejahteraan rakyat (tingkat
    mikro) dengan kebijakan dan program yang terarah
    secara nasional (tingkat makro) dengan kondisi
    kelembagaan di daerah yang sinergis (tingkat
    meso)

7
Metode
  • Perubahan peraturan dan perundang-undangan (UU,
    PP, Keppres, Kepmen, SK Dirjen)
  • Perubahan sistem perencanaan dan budgetting
    (Rapid Distric Matrix, LFA, PAP, RBB)
  • Bekerja dalam kerangka stakeholders dan
    shareholders
  • Perubahan pedoman umum dan operasional
  • Penerapan IT dalam perencanaan dan pelaporan
    mendorong untuk terciptanya struktur program yang
    memiliki komponen selaras
  • Man power planning
  • Pilot project nasional sebagai media bersama
    mengadakan perubahan secara sistematis

8
Rencana Aksi
  • Gunakan momentum penyusunan RPJP.RPJM, Renstra
    untuk mereview strategi
  • Merespon UU nomor 32/2004 tentang Pemerintahan
    Daerah dan 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan
    antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai
    landasan perubahan strategi secara sistematis
  • Perlu perubahan elemen organisasi pusat berbasis
    sasaran program/ masalah pembangunan
  • Desentralisasi berbagai kewenangan secara
    terencana dan sistematis
  • Tugas-tugas pembantuan pemerintah ke pemerintah
    provinsi dst-nya sd desa digunakan sebagai media
    menyelaraskan visi dan misi.

9
Rencana Aksi
  • Membangun mekanisme penyusunan Perda dan Peratuan
    Kepala Daerah yang serasi dengan visi dan misi
    pembangunan nasional dan kesejahteraan rakyat
  • Distribusi anggaran secara adil, proporsional,
    demokratis, transparan, dan bertanggungjawab
  • Database sasaran dan pertanggungjawaban dana
    dekon APBN dan APBD
  • Mensinergiskan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
    dengan RKAKL

10
Rencana Aksi
  • Mengkaji implikasi Pasal 13 Ayat (g) urusan wajib
    provinsi Penanggulangan masalah sosial secara
    lintas kabupaten/kota dan Pasal 14 Ayat (g)
    urusan wajib kabupaten/kota penanggulangan
    masalah sosial serta Pasal 22Ayat (h)
    kewajiban daerah mengembangkan sistem jaminan
    sosial.
  • Menyusun dasar pelimpahan wewenang Pemerintah
    melalui Kementrian kepada Gubernur untuk
    pendanaan dalam rangka dekonsentrasi.

11
Rencana Aksi
  • Sumber Dana Alokasi Umum, Dana Dekonsentrasi,
    Dana Alokasi Khusus,Dana Hibah, Dana Bagi Hasil,
    PAD, Dana Masyarakat dan Dana Darurat merupakan
    sumber pendanaan program pembangunan
    kesejahteraan rakyat.
  • Komitmen bersama antara pemerintah pusat dengan
    pemerintah daerah diferensiasi peran dan
    hubungan fungsional

12
DANA PERIMBANGAN
adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN,
yg dialokasikan kepada Daerah utk membiayai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi.
Dana Perimbangan terdiri dari
  • Bagian Daerah dari PBB, BPHTB, PPh Perseorangan,
  • dan SDA
  • Dana Alokasi Umum
  • Dana Alokasi Khusus.

13
PELAKSANAAN PERIMBANGAN KEUANGAN
  • Untuk mengatasi masalah vertical imbalance
  • ? dilakukan melalui Bagian Daerah dengan
  • pemberian bagi hasil dari penerimaan perpajakan
  • dan penerimaan SDA
  • Untuk mengatasi masalah horizontal imbalance
  • ? dilakukan melalui Dana Alokasi Umum (DAU)
  • Untuk kebutuhan khusus Daerah dan kepentingan
    Nasional, termasuk utk kegiatan reboisasi
  • ? dilakukan melalui Dana Alokasi Khusus.

14
BAGIAN DAERAH DARI BAGI HASIL ()
1. PBB 10 16,2 64,8 - 16,2 64,8() 2.
BPHTB 20 16 64 - 16 64() 3.
IHH 55 30 15 20 16 64 - 4. PSDH/IHPH
55 30 15 20 16 32 32 5. Landrent/Iuran
tetap 20 16 64 20 16 64 - 6. Royalty
Pertamb. Umum 20 16 64 20 16 32 32 7.
Perikanan 100 - - 20 - - 80 8.
Minyak 100 - - 85 3 6 6 9. Gas
Alam 100 - - 70 6 12 12 10. Dana
Reboisasi 100 - - 60 - 40 - 11. PPh
Perseorangan 100 - - 80 8 12 -
15
Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar-Daerah, yang
pengunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh Daerah.
16
Rumus Dasar Perhitungan DAU
17
KEBIJAKAN DALAM ALOKASI DANA ALOKASI UMUM
  • Dalam alokasinya tidak terlepas dari komponen
    Dana Perimbangan lainnya (One Package)
  • Formula DAU menggunakan Konsep Fiscal Gap (Fiscal
    Needs Fiscal Capacity)
  • Penyempurnaan variabel Fiscal Needs dan Fiscal
    Capacity dengan tidak menyimpang dari UU Nomor 33
    Tahun 2004
  • Formula yang simple dan mudah dipahami

18
Lanjutan .
  • menggunakan Faktor Penyeimbang, yaitu Kebutuhan
    minimal suatu Daerah
  • Akurasi data yang digunakan dalam perhitungan DAU
    menjadi perhatian utama
  • Tidak hanya terkait dengan Belanja Pegawai, dalam
    pengertian bahwa belanja Pegawai tidak harus dari
    DAU tetapi dari APBD (PAD, Dana Perimbangan
    diluar DAK, dan penerimaan lainnya diluar Hibah
    dan Dana Darurat).

19
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
A. Kebutuhan khusus yang dapat dibiayai dengan
DAK
  • Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara
    umum dengan mengunakan rumus DAU, dan atau
  • Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas
    nasional.

B. DAK diberikan kepada Daerah tertentu
berdasarkan usulan Daerah dg penyediaan Dana
Pendamping 10 yg berasal dari penerimaan umum
APBD (kecuali untuk DAK reboisasi).
C. Pengalokasian DAK ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dg perhatikan pertimbangan Mendagri
Otda, Menteri Teknis terkait instansi yang
membidangi perencanaan pembangunan nasional.

20
KEBIJAKAN DALAM ALOKASI DANA ALOKASI KHUSUS
  • Dalam pengalokasiannya dengan memperhatikan
  • Pola penetapan yg digunakan TOP DOWN, dimana
    penentuannya berdasarkan usulan Daerah
  • Memegang prinsip spill over effect dan equality
  • Kegiatan yang menjadi prioritas nasional adalah
    kebutuhan Daerah yg dpt menyerap lapangan kerja,
    meningkatkan ketahanan pangan, menurunkan tkt
    kemiskinan, dan memperkuat stabilitas Daerah

21
Lanjutan .
  • Dengan memperhatikan kemampuan APBN , selain
    untuk kegiatan reboisasi juga diarahkan untuk
    kegiatan diluar reboisasi
  • Sementara diprioritaskan untuk kegiatan dibidang
  • Kesehatan dan Pendidikan Nasional,
    mengingat kegiatan
  • tsb sudah menjadi kewenangan Daerah dan
    merupakan
  • salah satu kebutuhan dasar masyarakat.

22
Trend anggaran daerah, pusat pinjaman luar
negeri
Daerah
Rupiah
Pusat
Pinjaman Luar Negeri
Tahun
23
Studi Kasus
  • Alokasi Anggaran Program Pemberdayaan Fakir
    Miskin
  • Mekanisme Program
  • Sistem Perlindungan Sosial
  • Program Kompensasi
  • Draft RUU SKSN Pengelolaan Pelayanan Kesos

24
Alasan Pengalokasian Anggaran Program
Pemberdayaan Fakir Miskin
  • Jumlah FM
  • FM Secara Nasional
  • Kondisi Geografis
  • Kelengkapan Administrasi
  • - Laporan
  • - TOR dan Usulan
  • - Profil KUBE
  • - G I S

25
(No Transcript)
26
(No Transcript)
27
(No Transcript)
28
(No Transcript)
29
Modifikasi skema Perlindungan Sosial(Chu,
Ke-yong Sanjeev G. 1998. Social Safety nets
Issues and Recent Experiences (IMF, Washingtton)
Responsive Reliable Resilient
SUSTAINABLE DEVELOPMENT
SUSTAINABLE DEVELOPMENT
State obligation
Social Protection
Community
S O C I A L D E V E L O P M E N T
Traditional or Informal Private or Community
Based Schemes
Formal public Schemes
Consumer Subsidies
Social Security
E M P O W E R M E N T
Social Insurance
Public or Social Assistance
I C L U S I O N
Social Capital
30
  • Program Kompensasi

Tanpa Syarat (Unconditional)
Dengan Syarat (Conditional)
Subsidi Langsung Tunai (cash transfer)
Pemerintah
Perusahaan
Pelayanan
Insentif Tabungan
Diskon Harga
Kupon/ Voucer
air bersih
Keterangan
pendidikan
Sudah dilaksanakan
kesehatan
Belum dilaksanakan
perumahan
31
BAGAN MEKANISME PENYALURAN SUBSIDI LANGSUNG
TUNAI (SLT) KEPADA RUMAH TANGGA MISKIN
MENKO KESRA BAPPENAS
Data RT KIN
BPS
DEPKEU/ KPPN
DEPSOS
BRI PUSAT
PT POS IND
ID
KANCA BRI JL. VETERAN
BPS KAB/KOTA
KPRK POSINDO
KANCA BRI / KCP BRI UNIT
KANCA BRI /KCP BRI UNIT
ID
KANCA POSINDO
Ket Alur Dana Alur Adminstrasi.
Pengawasan Pemda
PEMDA / DINAS SOS PROP/KAB/KOTA
RUMAH TANGGA M I S K I N
32
Draft RUU SKSN PENGELOLAAN PELAYANAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
  • pengelolaan sistem kesejahteraan sosial nasional
    merupakan tanggung jawab menteri sosial
  • pemerintah menentukan kebijakan nasional dan
    standar nasional pelayanan kesejahteraan sosial
    untuk menjamin mutu pelayanan kesejahteraan
    sosial
  • pemerintah dan / atau pemerintah daerah wajib
    mendirikan instansi yang menangani masalah sosial
    dan dilengkapi dengan unit pelaksana teknis
    pelayanan kesejahteraan sosial

33
Draft RUU SKSN PENGELOLAAN PELAYANAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
  • pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi
    atas penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan
    sosial lintas daerah kabupaten/ kota
  • pemerintah kabupaten/kota mengelola pelayanan
    kesejahteraan sosial yang sesuai dengan
    karakteristik permasalahan sosial lokal
  • pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan
    koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan
    pengendalian pembangunan kesejahteraan sosial

34
Kepustakaan
  • Brinckerboff, P.C. 1996. Financial Empowerment
    More Money for More Mission, An Essential
    Financial Guide for Not-For-Profit Organizations.
    Colorado Alpine Guild, Inc.
  • Brown, Tony. 1998. Empower the People. New York
    Quill William Morrow.
  • Covey, S.R., Merrill, A.R. and Merrill, R.R.
    1994. First Things First. New York Simon
    Schuster.
  • Craig, G Mayo, M. (ed.) 1995. Community
    Empowerment A Reader in Participation and
    Development. London Zed Books
  • Dubois and K. K. Miley. 1996. Social Work, An
    Empowering Profession, Allyn and Bacon, Boston.
  • ESCAP. 1999. HRD Course for Poverty Alleviation.
    Bangkok HRD Division.
  • Friedmann, John.1992. Empowerment The Politics
    of Alternative Development, Cambridge Blacwell.
  • Harry Hikmat. 2003. Strategi Pemberdayaan
    Masyarakat. Bandung HUP
  • Harry Hikmat dan Kusnaka Admiharja. 2003.
    Participatory Reseach Appraisal. Bandung HUP
  • Harry Hikmat (ed.) 2005. Strategi Nasional
    Penanggulangan Kemiskinan Program Pemberdayaan
    Fakir Miskin. Jakarta Departemen Sosial
  • Hanna, M. G and Robinson, B. 1994. Strategies for
    Communiy Empowerment Direct-Action and
    Transformative Approaches to Social Change
    Practice. New York The edwin Mellen Press.
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com